Seorang paruh baya sibuk memamerkan dagangannya agar tak kalah bersolek dengan beragam kios di sepanjang Jalan Raya Condet, Jakarta Timur. Adalah Yusuf (57) yang setia dengan penganan khas Betawi yang hampir raib ditelan zaman itu.
"Saya dagang, kalau dagang emping aja nih ya, saya dari tahun 1995," ucapnya mengawali perbincangan di suatu siang di balik tumpukan emping dagangannya di kawasan Balekambang, Kramatjati, Jakarta Timur, Selasa (10/6/2014).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, perkembangan jaman turut pula menggeser ketersediaan lahan. Namun, Yusuf tetap bertahan dengan dagangannya yang kian terpinggirkan.
"Kalau soal dari awal pertama saya udah dagang macem-macem, tapi dalam perkembangan bagus jalan ini rame. Biasa dulu orang sini bawa (emping) ke kota," ucap Yusuf sembari menata tumpukan emping.
Meski telah berusia setengah abad lebih, gerak gerik Yusuf masih tampak bertenaga. Pembawaannya yang ramah juga membuat bapak 5 anak itu mudah akrab dengan siapapun.
"Saya jual kiloan biasanya, ya setengah kilo juga bisa. Sekilo Rp 60 ribu sampai Rp 65 ribu lah. Kualitasnya ini bagus, orang udah pada tahu emping Condet bagus emang," ujarnya menjajakan dagangannya.
Dengan mematok harga itu, setiap harinya Yusuf bisa menjual emping dan opak sekitar 5 kilogram lebih. Meski pada jaman dahulu omset penjualannya jauh lebih banyak, Yusuf tak patah arang dan tetap bertahan.
"Sekarang yang masih jualan emping kayak gini di Condet setahu saya tinggal 2. Itu sama teman saya di sebelah sana. Kalau dulu lebih banyak dan dibawa ke kota. Sekarang udah jarang," kata Yusuf yang beraksen kental Betawi.
Namun, Yusuf selalu bersyukur dengan keadaannya. Apalagi dengan berjualan emping dan opak, dia merasa turut serta membudayakan penganan khas Betawi yang mulai tersisihkan.
(dha/trq)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini