Mbah Muhridin Gembala Sapi yang Geram dengan Korupsi Impor Sapi

Wong Cilik

Mbah Muhridin Gembala Sapi yang Geram dengan Korupsi Impor Sapi

- detikNews
Rabu, 04 Jun 2014 16:54 WIB
Mbah Muhridin Gembala Sapi yang Geram dengan Korupsi Impor Sapi
Jakarta - Padang rumput di tengah rawa-rawa Jl Madrasah 2, Jeruk Purut, Jakarta Selatan nampak lebat seperti bulu domba yang belum dipotong. Ketika sinar mentari terpantul dari kilau warna hijau rumput, sebuah nuansa lain ikut terpancar di tengah Ibukota.

Seorang tua bertubuh kerempeng, berkulit legam, dan berambut mulai putih nampak sibuk mengayunkan arit ke sana ke mari. Dia itu adalah Mbah Muhridin (59) seorang tukang rumput yang sehari-harinya memberi makan sapi-sapi perah.

β€œDulu pertama saya kerja itu semua sapi punya bos saya ada delapan puluhan. Tapi sekarang tinggal empat belas. Kalau sudah habis sapinya nanti saya kerja apa lagi?” ujar Mbah Muhridin mulai khawatir ketika menyiangi rumput di siang Rabu (21/5/2014).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tak ada yang lebih menyenangkan dalam pekerjaan Mbah Muhyidin kecuali melihat sapi gemuk subur setelah diberi makan banyak oleh dia. Sapi-sapi gemuk itu lantas menghasilkan susu yang banyak pula sehingga untung sang majikan pun besar.

Tapi apa lacur ketika susu banyak yang diimport di negeri yang katanya agraris ini. Sedikit demi sedikit sapi-sapi milik majikan Mbah Muhridin berkurang karena biaya produksi tak sebanding dengan hasil yang diraih.

Padang rumput hijau nan segar pun mulai berkurang di Jakarta Raya ini. Tak segemuk dan seproduktif dulu lagi, semakin banyak pula sapi terjual. Tanah yang tadinya untuk kandang sapi juga telah dikonversi menjadi rumah untuk disewakan.

β€œSama lokal saja kita kalah sama Boyolali, apalagi kalau sama yang import. Semakin kalah lah kita. Kalau pun sapinya dipotong juga kalah sama harga sapi import yang harganya lebih murah, dagingnya lebih gemuk. Makin kalah saja kita mau ke mana-mana,” ucap Mbah Muhridin.

Masih ada belasan sapi yang harus diberi makan, Mbah Muhridin pun menyampingkan kekhawatiran. Sambil mengarit rumput, sambil dia lampiaskan uneg-uneg yang mengganjal dalam pikiran dia.

β€œSaya sebal sama koruptor itu. Kerjaannya bikin rakyat kecil kayak kita ini susah melulu. Dia enak-enakan makan duit korupsi, kita ngasih makan sapi saja sudah susah. Apalagi waktu ada korupsi sapi itu saya kesal sekali itu,” sebut Mbah Muhridin.

β€œPas ada korupsi sapi itu pas banget sapi-sapi bos saya semakin sedikit. Lama-lama kalau sampai habis mungkin saya pulang kampung saja lah. Balik jadi petani lagi yang hasilnya buat makan sendiri,” kata Mbah Muhridin.

(bpn/trq)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads