Jahitan Sepatu Jaya Selama 12 Tahun di Pinggir Rel

Wong Cilik

Jahitan Sepatu Jaya Selama 12 Tahun di Pinggir Rel

- detikNews
Jumat, 25 Apr 2014 10:38 WIB
Jakarta -

Mungkin yang di bawah tak selamanya rendahan. Mungkin pula yang selalu diinjak bukan berarti tak ada gunanya. Mungkin saja kita sering tak awas pelindung kaki kita mulai terkelupas.

Sepatu lama memang tak sebagus sepatu baru, tapi sepatu baru mungkin tak senyaman sepatu lama. Ketika sepatu lama rusak, seorang penjahit sepatu bernama Jaya (64) bersedia memperbaiki.

“Sudah lama sih kalau buka sol sepatu di sini. Ada kali 12 tahun yang lalu. Jangan ditanya penghasilan, soalnya ya memang tidak tentu. Pokoknya mah kalau sudah punya uang Rp 300.000 sih saya pulang ke kampung di Bogor,” kata Jaya di sebuah sudut samping gardu penjagaan perlintasan KA Stasiun Tebet, Jakarta Selatan, Kamis (17/4/2014).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sela-sela antara gardu itu dengan pagar tertutup oleh terpal. Sebidang papan yang ditumpuk pun menjadi tempat tidur Jaya setiap hari.

“Ya di sini saja kalau tidur. Sehari misal bisa jahit empat-lima sepatu, habis itu tidur. Kalau tidak ya nyari sepatu bekas buat dijahit jadi bagus lagi. Soal harga sepatu bekas sih variasi, dari Rp 20.000 sampai Rp 50.000,” sebut Jaya.

Lima menit sekali suara gemuruh kereta melintas memekakan telinga Jaya. Apa boleh buat, ketika uang pun tak dipunyai maka sewa lapak kecil saja hanya mimpi belaka.

Masih untung tak diusir petugas, Jaya terima pasrah saja akan apa yang terjadi nantinya. Lebih baik bagi Jaya untuk tak mengumpati keadaan, ketimbang hanya menjadi bulan-bulanan kehidupan.

“Intinya sih kalau di sini ya jangan cari gara-gara saja. Tetap jaga sikap, jangan macam-macam. Tapi sih saya pasrah saja kalau digusur. Dulu juga pernah ada petugas yang mau gusur saya, tapi taunya mau jarah sepatu. Nggak tahu tuh petugas beneran apa bukan, tapi saya bilang saja kalau mau sepatu ya ambil saja nggak usah pakai teriak-teriak,” ucap Jaya.

Tumpukan sepatu di hadapan Jaya masih memperlihatkan kerja keras yang belum membuahkan hasil. Tangan terampil Jaya pun terlihat sedikit bergetar ketika memasukan benang-benang sol ke sepatu hitam pekat yang sedari tadi dia genggam.

“Anak saya ada empat di kampung saya di Bogor, yang dua sih sudah berkeluarga, tapi saya masih punya anak kecil umur 3,5 tahun. Masih doyan susu, jadi saya nyari duit buat beli susu. Kadang juga keponakan saya pada makan di rumah, jadi ya saya baru pulang ke sana kalau sudah bawa uang,” tutur Jaya.

Belum satu jua ada orang mampir ke lapak Jaya hari ini untuk mengapresiasi jasa Jaya. Tapi senyum lebar Jaya setiap kali berbincang dengan siapa saja tak melihatkan seseorang yang tengah pusing mencari keping.

(bpn/trq)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads