Uyun Berharap Pemimpin yang Seperti Tukang Sapu, Sering Melihat ke Bawah

Wong Cilik

Uyun Berharap Pemimpin yang Seperti Tukang Sapu, Sering Melihat ke Bawah

- detikNews
Selasa, 01 Apr 2014 19:52 WIB
Uyun
Jakarta - Entah berapa kali sudah sejak pagi hari itu Uyun (43) mondar-mandir mengayunkan sapu di sepanjang Jl Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan. Entah berapa banyak daun kering yang telah dia kumpulkan dalam karung.

Matahari belum pergi bekerja pun Uyun telah memulai pekerjaannya sebagai tukang sapu. Berbaju oranye terusan dan sebuah topi agar tidak silau, dia terus bekerja meski gaji belum dia terima sejak perusahaan yang mempekerjakan dia bangkrut.

“Setelah itu saya ditarik ke Dinas Kebersihan, tapi gaji juga belum turun. Saya sih pasrah saja, kalau sudah waktunya pasti nanti diberikan,” kata Uyun di Selasa (25/3/2014) siang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sudah sesiang itu, Uyun baru hendak menyantap sarapan dan berharap rasa kenyang dapat bertahan hingga sore nanti. Sejenak menyeka peluh di muka, kemudian nasi bungkus yang sedari tadi menggantung di pagar dalam plastik putih pun dibuka dia.

“Yang penting tadi anak-anak sudah makan. Nanti malam kalau bisa anak-anak juga makan lagi,” ucap dia kemudian.

Bekerja menjadi tukang sapu jalanan memang menguras tenaga, meski upah yang diterima kurang sebanding dengan resiko kesehatan. Tapi siapa mengira jasa Uyun itu sangat berarti di kota besar ketika tak seorang pun menaruh perhatian pada daun yang berserakan. Bahkan banyak dari orang kota yang mungkin buta huruf, sehingga tak mengerti arti kalimat ‘Buanglah Sampah Pada Tempatnya’.

“Biar kata saya belum gajian, saya tidak mau punya hutang banyak-banyak. Maksimal dalam sebulan jangan sampai lebih dari Rp 50.000 hutang saya. Takut nggak sanggup bayar. Nanti siapa yang bayar kalau bukan saya atau suami saya?” ujar Uyun usai menyantap sarapan sekaligus makan siangnya itu.

Mungkin benar pendapat Uyun, daripada hutang membengkak lebih baik jika hidup hemat. Tak mungkin bagi Uyun untuk merasa kenyang dari uang hasil berhutang.

“Paling sering sih saya berhutang di warung, jadi beli lauk buat makan di rumah tapi bayarnya nunggu saya dapat gaji,” tutur Uyun.

Diayunkan lagi sapu lidi itu setelah menyantap nasi bungkus. Masih banyak waktu hingga pukul 16.00 WIB untuk pulang ke rumah.

Sesekali orang yang lewat pun menyapa Uyun dengan ramah. Setidaknya bagi Uyun masih ada orang-orang yang peduli dengan dia. Meski sudah ada yang peduli padanya, Uyun menyimpan harapan lebih. Uyun berharap bukan sekadar orang yang lalu lalang di jalan tempatnya menyapu yang peduli, tapi juga pemimpin terpilih nantinya.

“Pemimpin itu harusnya seperti orang nyapu. Selalu melihat ke bawah, jadi semua masalah bisa beres,” tutur Uyun.



(bpn/trq)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads