Esok hendak makan apa pun belum terbersit sama sekali di pikiran dia. Betapa harga-harga semakin hari semakin melangit, itulah yang dia pikirkan.
“Sebentar lagi mau Pemilu lagi pun belum kepikiran sama saya mau pilih siapa. Dipilih pun sama saja, nggak banyak perubahan. Yang sana jadi pejabat, yang sini masih juga nyapu,” ujar Uyun di hari Selasa (25/3/2014) siang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Kalau biasanya sih saya ngikut keluarga di Cianjur milih PPP. Dari dulu milih itu sih. Kalau di kampung sih sekampung pada ikut-ikutan milih itu semua, saya aja tidak tahu siapa tokoh-tokohnya dari situ,” ujar Uyun.
Uyun pun tak begitu memikirkan apa yang terjadi setelah memilih di Pemilu. Hanya Presiden terpilih kemudian yang muncul dan selanjutnya Uyun masih harus berjibaku mengadu nasib di Ibu Kota.
“Tapi sekarang keluarga suami saya yang dari Cikarang milihnya PDIP. Saya juga diajak pilih itu sama keluarga suami saya, karena saya lebih sering ke Cikarang,” imbuh dia.
Kedua partai itu sebenarnya bukan pilihan Uyun saat ini. Masih mengganjal rasanya jika memilih sekedar ikut-ikutan saja.
“Kalau pilihan saya sendiri sih kayaknya Gerindra deh. Baru kayaknya sih, masih belum tahu juga. Saya belum tahu bagaimana-bagaimana orangnya sih. Cuma perasaan saja mau pilih itu,” ucap Uyun.
Jika boleh memilih, Uyun lebih memilih memikirkan bagaimana bisa makan esok hari ketimbang memikirkan orang yang belum dikenal dia. Hanya kerinduan yang membekas di angan dia supaya nostalgia harga-harga murah terulang kembali. Ketika uang Rp 10 ribu bisa dipakai untuk beli macam-macam makanan.
(bpn/trq)