Ketika Veteran RI Bicara Perbedaan Pejabat Dulu dan Sekarang

Ketika Veteran RI Bicara Perbedaan Pejabat Dulu dan Sekarang

- detikNews
Rabu, 26 Mar 2014 15:52 WIB
Jakarta - Sang surya telah merendah dan semakin dekat dengan rumah Eyang Wimo (88) yang veteran Perintis Kemerdekaan RI itu. Sepertinya sang surya pun tertarik mendengar cerita Eyang Wimo yang menggebu-gebu bersama para cucu.

Rumah amat sederhana yang hanya berlapis semen di Jl Percetakan Negara IX, Jakarta Pusat, cukup untuk menjadi media pendidikan turun temurun. Lain dulu lain sekarang, Eyang Wimo pun bicara soal perubahan watak kepemimpinan masa dulu dengan saat ini.

“Tugas saya setelah menjadi pejuang kemerdekaan adalah menjadi pengawal dari Penasihat Presiden, Bapak Sayuti. Beliau orang yang sangat sederhana kesehariannya. Padahal beliau itu pejabat yang langsung di bawah Presiden Sukarno. Pertama kali rumah Pak Sayuti itu di Matraman,” ujar Eyang Wimo kala Kamis (20/3/2014) petang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sikap sederhana Pak Sayuti seakan menginspirasi Eyang Wimo untuk senantiasa hidup sederhana. Tak terbersit sedikitpun dalam benak Eyang Wimo untuk hidup mewah bergelimang harta.

“Pak Sayuti itu dulu kalau pergi ke istana naik becak. Coba bedakan dengan pejabat di masa sekarang. Pasti naik mobil mewah,” tutur Eyang Wimo.

“Ketika tahun 60an, Pak Sayuti pindah ke Pasar Kemayoran. Setelah pindah pun tetap beliau ke mana-mana naik angkutan umum,” lanjut Eyang mengisahkan.

Pemimpin itu sejatinya memang harus berbaur dengan masyarakat. Memasang mata dan telinga di tengah-tengah harapan masyarakat. Terlebih lagi waktu itu jabatan Pak Sayuti yang diceritakan Eyang Wimo adalah seorang Penasihat Presiden Sukarno.

Masih lantang suara Eyang Wimo meski kadang terdengar sedikit serak karena belum ada minuman tersaji. Memang kondisi Eyang Wimo yang berjuang merebut kemerdekaan dari tangan penjajah itu amat sangat sederhana.

Dapur yang menjadi satu dengan teras rumah, dan tembok yang tak bercat itu menjadi saksi kesederhanaan hidup Eyang Wimo. Tapi peci kuning emas di kepala Eyang mengeluarkan nuansa mewah tersendiri. Nampak menawan dan bukan sekedar pencitraan.

“Pertama kali bertemu Pak Sayuti, saya masih berjuang sembunyi-sembunyi di kampung saya Magelang. Kalau Pak Sayuti itu pejuangnya Sawangan. Kedua wilayah ini sangat dekat,” kata Eyang Wimo melanjutkan kisahnya.

“Waktu saya ngumpet akibat kalah jumlah dengan tentara penjajah, nah pasukan Pak Sayuti itu yang menolong kami. Di situlah pertama kali saya bertemu Pak Sayuti. Sejak saat itulah saya selalu mendampingi Pak Sayuti berjuang ke mana pun,” tutur Eyang Wimo.

Menurut kisah yang diceritakan Eyang Wimo, tergambar gamblang watak sederhana dari pemimpin terdahulu. Tak henti-hentinya Eyang Wimo menggeleng-geleng kepala ketika membandingkan dengan tingkah polah sejumlah orang yang mengaku pemimpin negeri saat ini.

“Korupsi di mana-mana. Menyengsarakan rakyat. Tidak pernah terbayang oleh kami dulu,” ucap Eyang Wimo.


Ayo memilih di Pemilu 2014! Sudah tahu lokasi TPS dan caleg peserta Pemilu 2014? Cek di detikPemilu. Anda juga bisa bertanya langsung ke KPU soal Pemilu 2014 langsung ke komisioner KPU di sini. Jadilah pemilih cerdas dan temukan semua informasinya di detikPemilu.

(bpn/trq)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads