Lilis Waria Pengamen Ingin Mencoblos Jokowi

Jakarta - Sosok seorang presiden yang menjadi dambaan masyarakat selalu berubah. Seolah seperti sebuah tren menjelang hajatan politik lima tahunan di republik ini. Ada kalanya, rakyat ingin tokoh yang tegas seperti Soekarno, yang gagah seperti SBY, dan kini tampaknya rakyat cenderung ingin yang bersahaja dan merakyat seperti Jokowi.

Seperti yang ada di benak seorang waria pengamen bernama Lilis (30). Sosok Jokowi yang dekat dengan rakyat sepertinya memikat Lilis yang kesehariannya berkutat dengan kehidupan jalanan Ibu Kota.

"Saya sebagai kaum waria mendukung Jokowi jadi presiden. Abis kalau Jokowi orangnya enak, membela orang-orang kecil gitu," kata Lilis di kontrakan kecilnya di pinggir kali di daerah Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, Senin (17/3/2014).

Lilis adalah nama beken ketika dia bersolek dan mengamen keliling kampung di Jakarta yang keras ini. Aslinya, Lilis yang berperawakan mungil itu bernama Heri Yus. Bagi Lilis, Jokowi adalah figur pembela rakyat kecil dan terpinggirkan.

Hanya saja Lilis ingin presiden republik ini nanti bisa seperti Pak Harto. Menurut Lilis, Soeharto berhasil membuat rakyat merasa kebutuhan hidup tercukupi dan terjangkau.

"Kayak zaman Pak Harto. Mudah-mudahan nanti presidennya, apa-apa murah lah. Diperhatiin orang-orang kayak kita. Orang susah jangan terlalu disusahin lah," ucap Lilis.

Lilis menaruh harap pada Jokowi. Mantan Wali Kota Solo yang kini resmi itu didambakan membawa perubahan bagi rakyat Indonesia.

"Aku belum pernah nyoblos sih, baru ini nanti mau milih Jokowi. Mudah-mudahan siapa aja yang terpilih jadi presiden membawa perubahan yang bagus khususnya untuk waria. Orang-orang kecil, orang-orang yang dijauhin," harapnya.

Malam semakin larut. Rintik hujan perlahan membasahi setiap sudut kota yang semakin sesak. Lilis gamang menatap kelip lampu di kejauhan. Seolah menatap masa depan diri dan keluarganya.

Dilepasnya gaun terusan dengan belahan dada rendah yang dikenakannya untuk mencari nafkah, berganti celana super pendek dan kaos. Meski menjalani hidup yang bagi orang kebanyakan tak biasa, Lilis bahagia dengan keadaannya. Daripada mengeluh, Lilis memilih untuk selalu ceria dan berjuang selalu demi hidup yang lebih baik.



(dha/gah)