Demikian asa terdasar Pak Namin yakni negeri yang benar-benar mewujudkan keadilan sosial. Di mana setiap warga negara yang gigih bekerja mendapatkan jaminan hidup layak.
“Semoga nanti kalau ganti Presiden sekolah benar-benar gratis buat semua rakyat. Jangan sekolah gratis tapi bukunya mahal. Lalu kesehatan masyarakat juga terjamin, jangan mahal seperti sekarang,” ungkap Pak Namin menyebutkan harapan sembari memikul singkong di Pasar Induk Kramatjati, Jakarta Timur, Senin (10/3/2014).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Pemimpin itu juga harus adil dan tegas. Jangan pilih-pilih, harus mengerti semua permasalahan,” tutur Pak Namin kemudian.
Meski tak dilihat langsung oleh sang majikan, Pak Namin tak lantas bermain curang dengan mencampur aduk singkong yang baik dan buruk menjadi satu. Pak Namin pun tak pernah tidur selagi bekerja meski badan serasa mau remuk.
“Kalau kerja nggak bisa sebentar-bentar ngaso lah. Kalau ada mobil siap dibongkar ya lanjut lagi, tanpa istirahat. Kalau bongkaran sudah selesai baru kita bisa pulang,” kata Pak Namin yang menyeka peluh dengan lengan bajunya itu.
Pasar Induk Kramatjati bukan seperti perkantoran nyaman di ibukota. Kotor, bau, dan becek selalu setia menjadi mitra kerja orang-orang di sini.
Tak perlu lah mengkhayal gedung tinggi menjulang nan nyaman itu. Di pasar ini pun Namin bisa bekerja halal untuk hidup keluarga di Cikarang, Jawa Barat.
“Pekerjaan ini berat tapi hasilnya minim. Saya masih harus memikirkan biaya hidup sekeluarga. Kalau mau adil mestinya pendidikan gratis dan biaya kesehatan murah buat semua orang. Jadi kami yang pekerja kasar seperti ini juga bisa sejahtera,” ucap Pak Namin.
(bpn/van)