Dirjen Bea dan Cukai Anwar Suprijadi pun mengaku tidak terlalu senang dengan pekerjaannya itu. Namun karena dirinya sudah menganggap hal itu sebagai amanah yang sudah diterima, mantan Dirut PT KA inipun sepenuh hati menjalankan profesinya itu.
Padahal bidang ini sangat berlainan dengan bidang yang selama ini dia geluti yakni transportasi. Bagaimana Anwar melakoni pekerjaan yang penuh godaan ini? detikFinance mewawancarai Anwar di kantornya, di Jalan Ahmad Yani, Jakarta, Kamis (5/6/2008).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sudah 2 tahun lebih menjadi Dirjen Bea dan Cukai suka dukanya apa?
Saya itu duduk jadi Dirjen karena amanah, pribadi saya sebenarnya enggak happy jadi dirjen. Mana happy-nya pak? hahahaha. Pagi harus masuk, badan itu kan kadang enggak fit terus, saat rapat juga bisa tertidur, namanya manusia. Waktu untuk keluarga juga berkurang.
Kalau ngantor mulai jam berapa?
Saya mulai ngantor jam 5.30 pagi. Pulang kemarin sampai 12.30 malam.
Hobinya?
Ngemong cucu, main sepeda, kuda-kudaan, kadang renang, tapi sudah jarang waktunya.
Punya atasan perempuan seperti Menkeu Sri Mulyani bagaimana rasanya?
(Berfikir sejenak) Mmm ya, tapi menurut saya atasan saya itu baik perempuan atau lelaki, yang saya butuhkan konsisten, dan kita tidak dipaksakan. Dengan Bu Ani kita saling mengingatkan, saya dan anak buah juga begitu. Ya kalau salah diingatkan, jangan dijerumuskan
(Anwar pun kembali beralih topik ke pelayanan Bea Cukai). Jadi tolong lah kalau ada yang memang complain, menyuap sudah sampaikan ke kita, identitas segera, saya lindungi, asal jangan memfitnah.
Saya pertama kali ngegebrak Tanjung Priok juga disumpahserapahi orang, saya gebrak Merak, tapi saya tetap.
Sidak seperti itu efektif?
Efektif iya, kadang saya sendiri datang ke Semarang. Terus terang kadang-kadang kalau saya resmi pakai pesawat ketahuan pak, karena kita kan ada passenger list, dia Bea Cukai kan bisa mengakses, jadi pakai kendaraan lain, kadang-kadang kita titip orang lain.
Modus pengusaha ketika menyelundup?
Misalnya dulu menetapkan nilai pabean itu kan borongan, (kontainer ukuran ) 20 feet Rp 20 juta, isinya emas dan loyang disamain. Ya itu kita sekarang lakukan pemeriksaan dengan benar.
Coba Anda uji sayalah, saya menghadapi helikopternya Wapres berani. Saya menghadapi Hartati Murdaya, saya menghadapi militer yang ambulans, sebetulnya untuk deteren (efek jera), supaya institusi saya itu jangan dikorbankan.
Anda pernah menjadi Menteri PAN di zaman Gus Dur dan sekarang menjabat Dirjen Bea Cukai, pilih yang mana?
Tergantung kalau dibandingkan Bea Cukai ya berat Bea Cukai. Pernah saya menjabat 1 hari di Purwokerto jadi IKL (di PT Kereta API), Kasiop lah 3 minggu saja jadi Kasubdit Operasi 4 bulan, paling lama jadi Dirut (PTKA) 4 tahun, jadi Dirjen 3 tahun.
Kok satu hari?
Satu hari diperlukan untuk lain, kasus Bintaro (Tabrakan KRL) butuh orang yang sedikit sableng, produk seperti saya sudah nggak keluar lagi (ujarnya sambil tersenyum). (Dadan Kuswaraharja/Wahyu Daniel/)