Sutiyoso: Masyarakat Sangat Mendukung Saya Jadi Capres

Sutiyoso: Masyarakat Sangat Mendukung Saya Jadi Capres

- detikNews
Rabu, 14 Mei 2008 11:01 WIB
Jakarta - Mantan Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso kini tengah bersiap-siap mengincar kursi presiden. Ia rajin berkunjung ke daerah-daerah untuk sosialisasi. Bang Yos pun mengklaim mendapat banyak dukungan dari masyarakat.

"Setelah berkunjung ke daerah-daerah ternyata masyarakat sangat antusias. Mereka sangat mendukung bila saya maju sebagai capres. Alasan mereka, Indonesia membutuhkan seorang pemimpin yang tegas dan berani dalam mengambil kebijakan yang pro rakyat," kata Sutiyoso saat ditemui detikcom baru-baru ini.

Kini, pria yang sering dikaitkan dengan kasus 27 Juli itu pun makin mantap melenggang mengikuti Pilpres 2009. Ia yakin dengan modal ketegasan yang pernah diterapkan saat memimpin Jakarta, ia bisa sukses memimpin Indonesia.

Seperti apa konsep kepemimpinan Sutiyoso? Apa yang akan dia lakukan jika berhasil menjadi presiden? Berikut wawancara Deden Gunawan dari detikcom dengan Sutiyoso:


Saat ini anda selalu sibuk melakukan kunjungan untuk sosialisasi, padahal ajang kampanye belum di mulai. Apa alasannya?

Sebab saya capres independen bukan melalui parpol. Saya butuh waktu yang banyak untuk bersosialisai dan memperkenalkan diri. Kalau capres-capres yang lain kan sudah ada mesin parpol sehingga sosialisasi sudah dengan sendirinya mereka lakukan. Apalagi SBY-JK yang merupakan incumbent. Itu sebabnya saya sudah mendeklarasikan diri sebagai capres jauh-jauh hari.

Dari kunjungan ke sejumlah daerah apa yang didapat?

Setelah berkunjung ke daerah-daerah ternyata masyarakat sangat antusias. Mereka sangat mendukung bila saya maju sebagai capres. Alasan mereka, Indonesia membutuhkan seorang pemimpin yang tegas dan berani dalam mengambil kebijakan yang pro rakyat. Pendapat-pendapat seperti itulah yang membuat semangat saya semakin kuat untuk maju di Pilpres 2009.

Apa masyarakat di daerah yang dikunjungi banyak mengenal anda?

Saya juga terkejut, ternyata dari daerah-daerah yang saya datangi masyarakatnya sudah mengenal saya. Mereka tahu saya dulu menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Mereka juga banyak berpesan kalau saya jadi presiden bisa bersikap amanah dan bisa membawa perubahan yang lebih baik.

Tapi banyak kalangan menganggap saat menjadi gubernur, prestasi anda belum ada apa-apanya. Misalnya dalam mengatasi kemacetan dan banjir?

Saya kira siapapun gubenur di Jakarta akan sulit mengatasi hal itu. Sebab itu adalah efek dari kepadatan penduduk yang melebihi ambang normal. Sekalipun jalan dilebarkan dan bertingkat lebih dari dua tingkat, tetap saja akan macet bila volume kendaraan terus menerus meningkat.

Saya kemudian mencoba menata kembali transportasi Jakarta dengan mengeluarkan kebijakan busway, dan monorel. Dua sarana transportasi itu untuk mengatasi limpahan penumpang dari warga Tengerang, Bogor, Depok, dan Bekasi yang ke Jakarta hingga mencapai 650 ribu orang setiap harinya.

Soal banjir juga demikian, karena secara geografis 40 persen bagian dari Jakarta berada di bawah permukaan air. Karena itu Jakarta pasti terendam air jika turun hujan. Selain itu Jakarta juga rawan air pasang laut.

Tapi bukannya saya waktu itu tidak berbuat apa-apa. Berbagai upaya sudah dilakukan untuk mengatasi banijir misalnya dengan membuat banjir kanal timur. Tapi memang proyek pengendalian air dari 13 anak sungai yang ada di Jakarta tidak mungkin hanya dilakukan pemprov DKI saja. Peran pemerintah pusat dan daerah-daerah penyanggah Jakarta sangat diperlukan. Untuk itu saya menggagas konsep Megapolitan.

Konsep ini bertujuan mensinergikan tata ruang di Jakarta maupun di daerah sekitarnya, seperti Bogor, Bekasi, Tangerang dan Depok. Konsep seperti ini sudah dilakukan di banyak negara seperti Amerika Serikat, Swiss, Tokyo, Singapura dan negara lain. Kalau konsep ini berjalan, volume air yang masuk ke Jakarta bisa dikendalikan, misalnya dengan membangun setu-setu untuk resapan air-air yang akan masuk ke Jakarta di musim hujan. Dan ketika musim panas, air-air itu baru dialirkan untuk mengisi air-air tanah di Jakarta.

Kenapa gagasan ini tidak berjalan?

Jangan tanya ke saya. Tanya saja ke pihak-pihak yang menentang gagasan itu.

Seandainya anda menganggap telah berhasil memimpin Jakarta. Apakah modal itu cukup untuk mengatasi masalah di Indonesia seperti sekarang ini?

Kenapa tidak? Jakarta sebagai ibukota negara bisa dikatakan menjadi miniatur Indonesia. Sebab yang tinggal di Jakarta itu bukan hanya orang betawi, melainkan masyarakat dari seluruh Indonesia datang dan tinggal di sini. Dengan permasalahan yang rumit itu ternyata saya mampu untuk mengelola Jakarta selama dua periode.

Anda merasa percaya diri maju jadi capres karena punya modal kepimimpinan. Maksudnya seperti apa bisa dijelaskan?

Karena saya sudah punya pengalaman baik saat bertugas di TNI maupun di birokrat. Saya sudah memimpin selama 39 tahun, jadi buat saya memimpin sebuah organisasi, termasuk negara, bukan hal baru.

Menurut anda apa yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin?

Seorang pemimpin selain dituntut cerdas, komunikatif, berani dan tegas dalam bersikap. Sebab kondisi masyarakat kita saat ini sungguh memprihatinkan. Tidak ada lagi tatakrama dan etika dalam bermasyarakat dan bernegara layaknya bangsa timur. Hal ini perlu diluruskan. Dan untuk meluruskannya perlu keberanian dan ketegasan. Kalau kita takut-takut dalam mengatur dan menata kehidupan masyarakat, jangan harap segala program bisa berjalan.

Misalnya ketika saya mengeluarkan kebijakan pembangunan busway. Awalnya banyak yang menentang dan teriak-teriak menentang keberadaannya. Tapi saya tidak peduli dengan makian orang-orang tersebut. Karena saya berpikir keberadaan Busway adalah kebutuhan masyarakat kelas bawah yang membutuhkan transportasi murah dan cepat. Itulah yang membuat saya berani bertindak.

Begitupun waktu saya menertibkan kawasan Monas yang menjadi taman kota di Jakarta. Saat penertiban banyak pedagang di sana yang protes. Sejumlah kalangan mengomentari sikap saya yang dianggap tidak pro masyarakat miskin, yakni para pedagang yang ada di Monas. Tapi saya tidak peduli sebab Monas adalah milik seluruh warga. Dan kondisinya sangat menyedihkan waktu itu.

Di siang hari kolam-kolam yang ada di kawasan itu berjejer celana dalam, BH dan baju yang dijemur. Dan kalau malam hari banyak bencong atau PSK yang beroperasi di sana. Kondisi ini membuat masyarakat enggan datang ke Monas untuk berekreasi atau berolahraga. Mereka takut dikira bencong Monas ha ha ha. Makanya saya langsung pagar sekeliling Monas. Sedangkan para pedagang yang digusur saya beri tempat di luar pagar supaya lebih tertib dan tidak mengganggu kenyamanan masyarakat yang ingin datang ke sana.

Tapi tindakan "main sikat" ini apakah tidak rentan terhadap pelanggaran HAM?

Hal ini harus kita lihat dulu masalahnya. Sebab jangan karena takut melanggar HAM kita justru mengabaikan hak-hak orang lain.

Apakah keberanian itu juga akan ditunjukan terhadap negara-negara asing yang melakukan intervensi terhadap negera ini, terutama AS bila anda kemudian menjadi presiden?

Tentu saja. Waktu menjabat gubernur saya pernah marah-marah kepada pengusaha Inggris. Sebab perjanjian kerjasama yang dia buat merugikan Pemprov DKI Jakarta. Setelah kita pelajari dengan dibantu seorang konsultan dari Singapura, ternyata 10 poin di perjanjian itu isinya sangat merugikan kita. Dan mereka saya marahi karena berusaha menipu kita.

Kalau soal Namru-2 bagaimana?

Saya akan lihat dulu bagaimana perjanjiannya. Kalau sama-sama menguntungkan kenapa tidak kita lanjutkan. Tapi bila memang merugikan kita stop saja. Ini bukan Namru saja, kebijakan pemerintah soal Freeport dan Exxon juga perlu dipelajari ulang. Kalau memang merugikan tentu akan saya stop. Saya tidak akan takut-takut melakukannya.

Soal keberanian banyak kalangan selalu menanyakannya ke saya. Dan saya berulang kali mengatakan kalau saya tidak takut kepada siapapun, kecuali kepada Allah.

Lantas mengenai perekonomian Indonesia saat ini, bagaimana anda melihatnya. Apa solusinya?

Kebijakan ekonomi selama ini menurut saya tidak tepat, karena hanya mengandalkan padat modal, bukan padat karya yang lebih banyak membuka peluang lapangan kerja bagi masyarakat. Pemerintah saat ini lebih banyak mengucurkan modal ke pipa-pipa konglomerat. Sedangkan pipa-pipa untuk rakyat kecil hanya dialiri modal sebatas tetesan saja, yakni yang mengalir ke sektor riil seperti Usaha Mikro Kecil Menengah.

Itu sebabnya kebijakan ekonomi tersebut harus dibalik, sektor riil untuk UMKM kran kucuran dananya harus lebih besar agar UMKM dan koperasi bisa hidup dan berkembang. Dan mengenai pengawasan serta pembinaanya akan kita serahkan ke daerah masing-masing, sehingga semua program dan kebijakan tidak sentralistik. Sebab kalau semua sentralistik Otonomi Daerah tidak berjalan. Dan jangan harap daerah-daerah akan bisa mandiri dan berkembang perekonomiannya.

Soal rencana kenaikan BBM oleh pemerintah saat ini apa pendapat anda?

Saya belum tahu persoalannya karena bukan saya yang memimpin saat ini. Tapi kalau saya yang memimpin akan saya lihat dulu apakah ada cara lain untuk menghindari kenaikan BBM. Kalau memang tidak ada, saya tidak ragu lagi memutusnya malam ini juga untuk menaikan BBM. Biar sekalian kaget. Toh kalau ditunda-tunda sampai sebulan misalnya, harga-harga kebutuhan sudah langsung naik. Jadi biar tidak ada spekulan saya akan langsung naikan harga BBM, paling tidak setelah kebijakan dikeluarkan.


Data Pribadi:

Nama: Sutiyoso
Lahir: Semarang, 6 Desember 1944
Agama: Islam
Pendidikan:
Lulusan Akademi Militer Nasional Yogyakarta, 1968

Karir:

Tahun 1993 Komandan Korem 062 Suryakencana, Bogor dan mendapatkan penghargaan sebagai Danrem Terbaik se-Indonesia (1994).
Kepala Staf Kodam Jaya (Maret 1994).
Pangdam Jaya (April 1996).
Gubernur DKI Jakarta 1997-2002 dan periode kedua 2002-2007.

Organisasi:
Ketua Umum PBSI 2004-2008 (ddg/iy) (/)



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads