Tapi di negeri ini, maaf-maaf saja, isu ini memang tidak begitu bunyi. Isu ini kalah seksi dengan isu politik. Ia tenggelam di antara berita bencana alam, musibah dan kecelakaan yang sering terjadi. Sikap tidak peduli itu mau tidak mau membuat gregetan Menteri Negara Lingkungan Hidup (Meneg LH) Rachmat Witoelar.
Meski demikian Pak Menteri tidak putus asa. Pria kelahiran Tasikmalaya 2 Juni 1941 rela "ngamen" mendatangi media massa untuk menyebarkan pengertian bahaya pemanasan global. Apalagi Indonesia dipercaya PBB untuk menjadi tuan rumah Konferensi Internasional tentang Perubahan Iklim. Konferensi Internasional tentang Perubahan Iklim akan digelar di Hotel Westin Nusa Dua, Bali pada 3-14 Desember 2007. Sebanyak 189 negara dengan 10 ribu peserta akan mengikuti konferensi tersebut. Sebanyak 800 sesion rapat akan mengisi konferensi tersebut. Konferensi akan menjadi ajang negosiasi antara negara-negara maju dengan Negara-negara sedang berkembang karena, karena akan terjadi pelimpahan besar-besaran dana-dana untuk menangani iklim dari negara maju ke negara berkembang.
"Posisi Indonesia sangat diuntungkan karena secara objektif negara kita dapat menyumbang pengurangan emisi gas rumah kaca. Tapi kita di sini kan cuek dengan pemanasan global. Dibilang so what gitu loh," keluh Rachmat saat berkunjung ke detikcom beberapa waktu lalu. Berikut wawancara detikcom dengan Meneg LH Rachmat Witoelar:
Apa yang akan diperoleh Indonesia dari konferensi perubahan iklim?
Konferensi ini akan diramaikan dengan deal-deal karena pertemuan ini bukan sekadar bahas ini bahas itu, tapi juga akan memutuskan berapa duitnya, bilangan-bilangan. Dana yang akan dipush dalam konferensi selama 2 minggu ini masuknya dalam triliunan dolar. Dana trilunan dolar yang akan dikeluarkan oleh Negara maju diberikan kepada Negara yang bisa menanam. Pada dasarnya segala sesutu tindakan di dunia ini yang bias mengurangi emisi terhadap gas rumah kaca ini akan didanai oleh dana dunia. Nah posisi Indonesia sangat diuntungkan karena secara objektif negara kita dapat menyumbang pengurangan emisi gas rumah kaca. Pertama, tanah luas, kedua tanamannya lebat. Yang ketiga, RI itu pasti akan, lazimnya kalau ini terjadi 2040-2050 pemanasan global ini kalau terjadi, korbannya kita duluan.
Β
Perkiraan berapa milyar dolar bisa masuk ke Indonesia?
Wah belum bisa ditebak ya. Karena itu dalam konferensi nanti akan ada rapat atau siding menteri-menteri keuangan yang akan membahas caranya gimana. Dengan menjadi tuan rumah konferensi ini kita terhormat, kita hebat, tapi untungnya apa? Nanti itung-itung di sana. Tapi belum ada angka, soal angka nanti sepulang dari sana. Itu yang harus kita perjuangkan. Saya menyiapkan agenda. Agenda yang paling utama adalah melestarikan alam kita, yang dulu hanya mendapat pahala, kini akan mendapat dolar. Jadi sekarang dapat pahala dan dolar.
Ini akan jadi event terbesar dalam 10 tahun terakhir?
Itu terbesar di seluruh dunia. Ini event terbesar. 800 sesion rapat coba? Yang hadir 10 ribu orang. Sampai-sampai ada problem, nyampai ke Balinya gimana? Nanti dalam pertemuan itu, yang hadir itu, LSM itu, greenpeace segala macam itulah dan akan ada artis, kayak Bono akan hadir. Mereka ini untuk menarik, tolong lihat semuanya, ini (isu pemanasan global) penting.
Ada perkiraan dalam waktu berapa lama, dampak pemanasan global akan dirasakan Indonesia, khususnya Jakarta?
Jakarta itu dalam 30 tahun yang akan datang itu, Bandara dan Ancol, hilang. Tanjung Priok itu hilang, habis, kalau tidak ada upaya pencegahan. Data dari penelitian yang ada selama ini menunjukkan dari tahun 1961-2003, air laut sudah mulai naik ke daratan setinggi 61 cm.
Jadi Ibukota nantinya harus dipindah?
Sudah tidak bisa ditawar-tawar lagi karena infrastruktur sudah rusak. Orang Belanda saja sudah pasrah. Mereka masuk teknologi tinggi, akan membikin rumah yang bisa berdiri di atas air. Karena mereka tidak bisa ke mana-mana. Tapi kita kan belum bias meniru Belanda. Tidak ada teknologinya.
Kalau upaya dilakukan, berapa persen bisa dicegah dampak mengerikan pemanasan global?
Kita membeli waktu. Bencana itu bisa tertunda 20 tahun lagi. Maka akan semakin lama.
Mengapa bahaya pemanasan global baru digembar-gemborkan sekarang?
Fenomena ini baru diketahui awal tahun ini. Dulunya kan debat, perubahan iklim itu karena perputaran suhu bumi atau apa. Tapi sekarang ini pemanasan global ini ibaratnya kanker sudah stadium tiga. Masih bias ditahan, siapa tahu ada obat kanker. Tapi sudah seirus. Tapi apapun yang terjadi, we have to try. Negara-negara kecil yang kaya, saking merasa terpanggilnya akan melarang karbonitrat, nol. Sekarang ini orang bilang akan potong 20 persen, 30 persen, nggak pernah 100 persen. Tapi karena Norwegia sudah kebanyakan uang, hanya butuh bumi ini, buang saja uangnya. Buat apa kalau punya uang, kalau buminya tidak bisa ditinggali. Jadi begitu. Uang banyak tapi tak ada tanah, tak ada udara, uang dikasih ke negara-negara yang bias memanfaatkannya, yaitu negara-negara di lingkar equator. Jadi alhamdulillah Indonesia dianggap sangat penting. Saya ingin sebanyak-banyaknya mengambil manfaat dari kekhawatiran orang.
Sosialisasi ini mengapa baru sekarang dilakukan?
Kita dapat tugasnya terlambat. Jadi baru keliling-keliling. Mestinya tahun lalu. Tapi uangnya juga tidak ada.
Setelah tahu bahayanya pemanasan global, masyarakat kan jadi takut. Tapi untuk meyakinkan masyakat perlu ada tauladan, atau mengapa tidak dibuat aturan?
Kita akan usahakan. Dengan selesainya konferensi di Bali kan tidak selesai masalahnya. Tahun depan kan juga masih ada.
Untuk penyadaran pertama harus dimulai dari pemerintah. Kalau KLH saja yang sadar, yang lain tidak,kan percuma. Mungkin bisa dilakukan kampanye antar departemen?
Untuk kampanye seperti itu lama. Kalau tembak langsung saja kan lewat media massa.
Mungkin yang harus dibikin panik dulu presiden?
Hahahha. Presiden sudah. Presiden SBY sangat panik. Dia sangat-sangat inform dengan pemanasan global (iy).
(iy/iy)











































