Mereka Anggap Waria Sampah

Bersama Yulianus Rettoblaut (1)

Mereka Anggap Waria Sampah

- detikNews
Rabu, 16 Mei 2007 08:27 WIB
Jakarta - Yuli Salon. Malam itu, salon yang terletak di lingkungan yang cukup padat di Jalan Tarogong III, Jakarta Selatan, itu tidak ramai. Hanya seorang pelanggan terlihat sedang memotong rambut. Itulah salon milik Yulianus Rettoblaut. Nama ini mulai muncul ke publik setelah mendaftar menjadi calon anggota Komnas HAM bersama dengan seorang temannya yang sama-sama waria, Nancy Iskandar, Ketua Ketua Forum Waria DKI Jakarta.Setelah melewati serangkaian tes administrasi, uji publik, wawancara, dan pemaparan visi dan misi, Yuli akhirnya terpilih sebagai satu dari 43 orang calon anggota Komnas HAM yang akan mengikuti seleksi akhir di hadapan DPR RI.Kelolosan itu otomatis membuat Yuli menjadi waria pertama yang menjadi calon anggota Komisioner Komnas HAM. Pasalnya Nancy Iskandar gugur dalam seleksi paparan visi dan misi. Lolosnya Yuli banyak dipuji sebagai tonggak sejarah demokrasi dalam pemenuhan dan perlindungan HAM di Indonesia. Kini jalan hidup pria yang lebih suka dipanggil Mbak Yuli ini memang terlihat lebih tertata. Namun sebelumnya, seperti kebanyakan waria pada umumnya, kelahiran 30 April 1961 ini pernah turun ke jalan menjadi Pekerja Seks Komersial (PSK). Kehidupan hitam itu dijalani Yulis selama 17 tahun. Kepada detikcom, Yuli yang berasal dari suku pedalaman Asmat di Papua itu berbincang seputar pencalonannya sebagai anggota Komisioner Komnas HAM, visi dan misinya juga pahit getirnya kehidupan seorang waria. Berikut kutipan perbincangan dengan Yulianus:Apa kabarnya ini, sibuk apa sekarang?Hari ini (Kamis, 10 Mei 2007), kita kebetulan ada diskusi mengenai kerja waria tadi. Kita berdiskusi tentang kebijakan HAM. Kebetulan, Ibu Lela Darwis, yang datang dari, mewakili Komnas HAM.Kita membicarakan tentang bagaimana tanggapan pemerintah atau masyarakat luas tentang waria terutama di sektor kesempatan bekerja. Baik di sektor formal maupun nonformal.Kita bahas bersama-sama apa saja kendala-kendalanya yang membuat sampai waria ini bisa bekerja di sektor formal maupun nonformal. Terus juga mungkin dalam hal ini ya, dari Komnas HAM sendiri memberi tanggapan, kenapa sampai terjadi diskriminasi. Terus waria sendiri kenapa mau didiskriminasi. Seperti itu.Jadi membahas seputar hak kerja warialah. Kita membahas pasal 27 ayat 2 UUD 45 bahwa tiap-tiap warga negara berhak penghidupan dan pekerjaan yang layak dalam masyarakat. Kenapa kita sebagai masyarakat, istilahnya, juga sebagai warga negara tidak mendapat kesempatan itu?Setelah masuk sebagai calon anggota Komnas HAM, makin sibuk ya?Ya, sibuk ya. Apalagi kita banyak mendapat undangan hampir dari seluruh Indonesia. Kita keliling terus. Mana yang kira-kira perlu kita datangi. Mereka berharap bahwa mungkin dengan munculnya kita sebagai fenomena baru ya mungkin ada gebrakan didalam Komnas HAM sendiri bahwa untuk masa yang akan datang itu mungkin kondisi kerja akan lebih maju. Di mana kita juga diundang oleh hampir seluruh perwakilan waria di Indonesia mengundang saya untuk memberi motivasi. Bagaimana kita bisa bersama-sama memperjuangkan apa-apa yang selama ini menjadi cita-cita dan aspirasi kita.Jadi saya besok saya ke Semarang terus ke Cirebon. Dari Cirebon terus berangkat ke Kalimantan. Habis dari Kalimantan kembali lagi ke Bali. Sekarang mesti terus ke Ambon lagi. Terus persiapan kita mungkin ke Lombok.Kehidupan sehari-hari sebelumnya bagaimana?Kehidupan sehari-hari ya di sini, selain usaha salon ya saya juga ada beberapa salon di tempat lain. Di Arteri Pondok Indah dan ada di Ciputat.Anda menjadi waria pertama calon anggota Komnas HAM. Mengapa anda tertarik menjadi anggota Komnas HAM?Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendapat diskriminasi terutama kita tidak pernah mendapat keadilan hukum. Di mana beberapa terjadi kasus. Beberapa teman waria sempat mati. Waktu itu di Jakarta Barat. Jangankan kita kepingin tahu penjelasan kasusnya, kebenarannya. Kita mau ambil mayatnya saja sudah susah. Mereka menganggap bahwa kita ini waria ini orang-orang yang tidak perlu diurus dan sampah masyarakat, kenapa mesti diurus? Ini menjadi suatu tekanan terutama pada saya sendiri.Kemudian ada waria di Ciledug yang ditangkap. Kepolisian tidak menggubris kedatangan kita di sana. Hal-hal ini menjadi suatu tekanan di mana saya juga mempunyai petugas untuk sering mengontrol teman-teman yang ada di jalan. Mereka juga sering hampir setiap kali mengadu dipukuli sama trantib.Mereka sering istilahnya diperlakukan dengan begitu kasar. Apabila mereka tidak punya uang, mereka dibuang di mana-mana. Masalah ini istilahnya menjadi satu beban kapan sih bisa mencari jalan untuk kita mengadu ke mana? Jadi seperti ini.Tahu informasi lowongan Komnas HAM dari mana?Aku baca di Kompas. Pada waktu itu ketika bulan Januari awal, pada waktu itu kebetulan ada penyelesaian kasus waria menyangkut salah satu orang waria di Purwokerto dibunuh juga.Kebetulan di sana ada lembaga masyarakat yang namanya Arus Pelangi, dia bergerak di advokasi, dia yang menangani. Kebetulan Arus Pelangi ini salah satu lembaga yang bergerak di bidang advokasi untuk mengurus LBGT. Terutama LBGT ini. LBGT kepanjangan dari lesbian, biseksual, gay, dan transeksual. Kelompok minoritaslah.Akhirnya kita mulai ada mengadakan kerja sama, di mana kita sering sharing terus. Bagaimana kira-kira kelanjutan advokasi untuk ini. Jadi saya mengharapkan untuk setelah itu mereka memberi, saya kepingin seperti ini seperti ini. Di mana kita selalu mengalami masalah-masalah seperti ini dan jalan keluarnya kira-kira bagaimana.Kebetulan dengan adanya ini, saya melihat ada lowongan untuk Komnas hak asasi manusia ini. Akhirnya kita tertarik dan akhirnya mereka yang menuntun kita. Menuntun kira-kira Mbak Yuli mesti seperti ini, seperti ini. Teman-teman yang punya potensi coba aja kita mendaftarkan diri. Seperti ini, seperti ini, pada mulanya seperti itu. Kita memang sudah satu forum. Seperti itu.Tanggapan komunitas waria sendiri atas lolosnya anda menjadi calon anggota Komnas HAM seperti apa?Mereka merasa ini kesempatan dan saat seperti ini memang yang kita tunggu-tunggu. Terutama komunitas waria yang ada di daerah. Mereka sangat sulit karena kan istilahnya kesempatan mereka dapati tidak sama dengan kesempatan yang berada di Jakarta. Mereka mengalami penekanan-penekanan dan diskriminasi. Mereka selalu berpikir kapan kira-kira waria terlepas dari itu.Makanya setelah mereka lihat bahwa ada salah satu perwakilan ini tampil (mendaftar seleksi anggota Komnas HAM), bahwa saya sendiri mulai tampil ini, merupakan istilahnya suatu kebanggaan tersendiri bagi komunitas waria. Walaupun sampai titik finalnya itu belum. Tetapi ini merupakan suatu kebanggaan bagi mereka bahwa mereka tidak menyangka bahwa Mbak Yuli bisa akhirnya seperti itu. (iy) (/)



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads