'Kita harus berani memberikan konsesi'

'Kita harus berani memberikan konsesi'

- detikNews
Rabu, 22 Nov 2006 08:38 WIB
- - Kunjungan singkat Presiden AS George W. Bush ke Indonesia awal pekan ini bisa dikatakan sukses. Bush menegaskan lagi komitmennya untuk terus mendukung pembangunan di Tanah Air. Bagaimana prospek kerja sama ekonomi kedua negara di masa datang dan permasalahannya, Bisnis mewawancarai Dubes RI untuk AS Sudjadnan Parnohadiningrat. Berikut petikannya: Apa kesan Anda dari kunjungan Presiden Bush? Paling tidak, AS melihat Indonesia sebagai negara besar dan berhasil mengubah dirinya menjadi sebuah negara demokrasi, pluralistik dan mempunyai potensi menjadi negara besar yang berperan penting di tingkat kawasan maupun global. Kedatangan Presiden Bush jangan dilihat semata sebagai kehadiran seorang presiden biasa, tapi harus dilihat sebagai, pertama, cerminan sikap AS, baik negara maupun bangsa, untuk mendekati Indonesia sebagai negara sahabat. Juga, Bush mewakili rakyat AS, bagaimanapun dia mewakili pemerintah yang sah. Kalau dia tidak mau datang ke Indonesia, dipaksa pun tidak akan mau. Kedua, jangan dilihat semata karena ada maunya. Tapi justru harus dilihat bahwa kedatangannya membawa peluang besar dan bagaimana upaya kita untuk memperoleh pencapaian lebih lanjut. Ketiga, kedatangannya secara simbolis merupakan sebuah pengakuan bahwa Indonesia mempunyai kedudukan sangat strategis sebagai anggota masyarakat bangsa-bangsa. Kalau Indonesia tidak penting, ngapain Bush datang? Keempat, terlepas dari orang bilang AS itu jahat, kenyataannya, AS adalah negara besar. Sekali lagi, kita harus mampu meraih banyak peluang dalam berhubungan dengan AS. Kelima, Indonesia tidak perlu menutup diri dengan bangsa manapun. Karena Indonesia adalah bagian dari sebuah masyarakat bangsa-bangsa. Pascakunjungan Menlu AS Condoleezza Rice ke Indonesia beberapa waktu lalu seolah mengesankan perolehan konsesi pengelolaan Blok Cepu. Bagaimana dengan kedatangan Bush kali ini? Kedatangan Rice, jika dihubungkan dengan konsesi Blok Cepu, setelahnya, itu salah. Completely wrong. Kenapa selalu saja ada bagian dari masyarakat kita yang menuduh kedatangan berarti konsesi? Yang namanya Blok Cepu, setelah saya bicara dengan kawan dari Pertamina, sudah dikelola perusahaan swasta nasional, mungkin, lebih dari 20 tahun, tidak menemukan sumber minyak. Akhirnya, dilelang dan Exxon telah menemukan ladang tersebut. Apakah setelah menemukan lalu kita akan olah sendiri? Kalau diserahkan pengelolaannya kepada Indonesia, apakah mampu secara teknologi mengebor sampai kedalaman sekian ratus ribu kaki. Apakah kita juga mampu dalam hal peralatan, modal dan SDM-nya? Setelah melalui berbagai perundingan dengan Exxon, kita mendapatkan beberapa konsesi, dan bukan kita memberikan konsesi lho. Walaupun kita di wilayah sendiri, tapi kita tidak mampu mengelola. Akhirnya, kita memperoleh bagi hasil dan pajak, dan lain-lain. Jika dikelola pihak asing lain, selain Exxon, apakah kita pasti mendapatkan pendapatan yang jauh lebih besar? Belum tentu. Bagaimana dengan proyek gas Natuna. Apakah Bush dan Presiden Yudhoyono membicarakan soal kelanjutan kontrak? Justru kontrak seperti pada proyek Natuna itu kita setop tahun depan. Kita akan berunding lagi. Tolong sampaikan kepada masyarakat bahwa kita tidak mau meneruskan kontrak seperti itu. Kita akan merundingkan lebih lanjut mengenai kontrak baru. Dengan Presiden Bush, sama sekali tidak membicarakan sepatah katapun soal Natuna. Saya, sejak dari Washington membahas hal-hal yang akan dibicarakan Presiden Bush ke Indonesia, tidak sepatah katapun membicarakan soal Exxon. Juga dengan pembantu presiden, termasuk Condoleezza Rice. Itu sudah dikonfirmasikan Bush di Bogor. Pembicaraan lebih lanjut akan dilakukan oleh perusahaan minyak sendiri dengan BP Migas. Karena tidak ada hubungan dengan kunjungan Bush. Kontrak karya yang baru sudah dirumuskan? Nanti kalau ada kelanjutannya, BP Migas dan Exxon yang akan merumuskannya kembali. Bagaimana tanggapan swasta AS terhadap kunjungan Bush? Mendahului kunjungan Bush, President and CEO of the US Chamber of Commerce, Thomas J. Donohue dan rombongan datang ke Indonesia untuk melakukan pembicaraan dengan Kadin, pengusaha Indonesia dan Wapres Jusuf Kalla serta Komisi VI DPR. Presiden Kadin AS itu menjelaskan berbagai persoalan yang dihadapi pebisnis AS di Indonesia seperti soal kepastian hukum, penghormatan kepada kontrak, dan lain-lain. Minat mereka masih tinggi sepanjang kita memberikan berbagai insentif. Kalau mau, ya... harus bersaing. Nah, bersaing itu kadang memberikan konsesi-konsesi. Jadi, konsesi jangan dilihat sebagai kekalahan jika kita memang membutuhkan, Kita harus berani memberikan konsesi. Kalau kita tidak mau memberikan konsesi, ya... jangan berharap kita akan dapat sesuatu. Apa yang segera direalisasi dari berbagai tawaran bantuan Bush tersebut? Bidang pendidikan, yakni mencari peluang sebanyak mungkin untuk mereka yang berprestasi mengambil S2 dan S3. Tentu, dengan pembayaran uang kuliah yang gratis, syukur ada beasiswa. Pemerintah AS harus membuka peluang untuk pendidikan itu. Jangan sampai untuk memperoleh visa saja sulit. Saya pun akan segera 'jalan' ke beberapa universitas. Bagaimana dengan pengembangan biofuel? Melalui KBRI, kami akan menindaklanjuti berbagai perundingan dengan departemen energi mereka. Di luar energi minyak, gas dan biofuel, kami harapkan akan ada kerja sama penelitian dan pengembangan. Sebagai Dubes, bagaimana peran Anda membantu pemerintah dalam kasus Karaha Bodas? Kami mencoba untuk melakukan pendekatan dengan AS, jangan sampai semata sebagai kasus hukum. Karena itu menyangkut jumlah uang yang sangat besar dan tidak ada orang yang ingin melakukan penipuan pada awalnya. Kasus itu merupakan force majeure, yaitu krisis. Dalam keadaan krisis, kita sepenuhnya menghormati kontrak, tapi kita ternyata tidak mampu. Sudah tidak mampu, didenda pula. Kami berharap ada kemajuan dalam menangani masalah ini. Apa upayanya? Misalnya dengan mengupayakan agar mereka meninjau kembali penanganan perkaranya. Kami ingin ada kajian yang sangat jernih dan fair bahwa kita melakukan hal itu karena krisis dan tidak mampu. (/)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads