Kuliah di Fakultas Kehutanan Tidak Prospektif?

Kuliah di Fakultas Kehutanan Tidak Prospektif?

- detikNews
Sabtu, 08 Jul 2006 19:19 WIB
Samarinda - Sepinya peminat Fakultas Kehutanan (Fahutan) Universitas Mulawarman (Unmul) pada Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) tahun ini, cukup mengejutkan plus mengkhawatirkan. Dari 215 kuota yang disediakan, hanya 13 orang yang mendaftar. Padahal dulu, Fahutan yang berdiri tahun 1962 ---sama dengan Unmul--- meerupakan fakultas paling faovorit di Unmul. Bahkan di tingkat nasional, Fahutan Unmul mampu bersaing dengan Fahutan Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Fahutan Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta. Mengapa Fahutan Unmul kini tidak lagi diminati? Kepada Wartawan Tribun Meinar F Sinurat di Kampus Gunung Kelua, Samarinda, Pembantu Dekan I Fahutan Unmul Dr Ir Sigit Hardwinarto memaparkannya secara gamblang. Berikut nukilannya.Kaltim merupakan wilayah yang memiliki kekayaan hasil hutan prospektif, mengapa Fakultas Kehutanan tidak lagi diminati?Peminatan biasanya dilandasi oleh harapan atau keinginan calon mahasiswa nanti setelah lulus. Itu hal yang wajar. Saya akan masuk ke bidang informasi karena sekarang abad informasi, misalnya begitu. Nah, kehutanan itu pada tahun 1970-an, 1980-an dan 1990-an lagi era eksploitasi hutan secara besar-besaran dan sudah cukup terkenal kalau orang kerja di kehutanan, di HPH atau Dinas Kehutanan ataupun Inhutani. Harapannya saya nanti kuliah di kehutanan akan jadi insinyur kehutanan lalu kerjanya enak. Nah ternyata sekarang terjadi degradasi kemerosotan, alasannya sekarang abad informasi jadi masyarakat melihat televisi dan membaca koran mengetahui sekarang sudah ramai-ramainya hutan semakin rusak, terjadi degradasi hutan yang diindikasikan atau indikatornya itu misalnya banjir, pendangkalan, misalkan secara periodik terjadi kebakaran hutan, dan lebih celaka lagi yang paling parah isu illegal logging, itu semakin memperparah kondisi kerusakan hutan, sehingga hutan alam sekarang semakin sedikit. Karena itu mungkin para orangtua dan lulusan SMA berpikir, nanti kalau kuliah di kehutanan kerjanya di mana? Lalu belum lagi adanya PHK di pabrik kayu. Jadi istilahnya tidak prospektif lagi kuliah di Fahutan, dan ini memang terbukti.Bagaimana dengan tahun-tahun sebelumnya?Zaman dulu Fahutan paling diminati dan paling banyak mahasiswa dan dosennya. Dari profesor, doktor dan master, dosennya itu banyak. Dan Fahutan termasuk yang diunggulkan, makanya kami siapkan sangat banyak. Pikiran kami linier, kami siapkan kapasitas antara 200-250 orang per tahun melingkupi program studi manajemen hutan, teknologi hasil hutan, konservasi studi budidaya hutan, konservasi sumber daya hutan. Nah kita sudah siap-siap seperti itu, pikiran kita linier. Zaman dulu banyak mungkin semakin tahun semakin banyak. Sekarang ini kalau guyonan kami ibaratnya punya fasilitas Gedung Bioskop yang daya tampung misalkan 500 orang, lalu yang nonton hanya 10 atau 25, apakah kami seleksi masuknya? Jadi penyebabnya?Dugaan saya karena hutan yang semakin menipis. HPH gulung tikar, industri perkayuan pun demikian. Bagaimana dengan kualitas? Fahutan Unmul sudah disejajarkan dengan Fahutan IPB dan UGM, tiga besar. Karena baik dari jumlah profesor, doktor dan master kami sudah banyak. Dosen S1 tinggal lima atau enam dari 100 dosen, sehingga kalau bicara kualitas tidak diragukan. Hanya saja orang kan tidak akan mengandalkan itu saja. Untuk apa saya lulus kehutanan profesional, kompeten potensi tapi kalau kehutanan itu salah satu yang ditonjolkan sejak 1962. Dengan fasilitas?Sudah sangat bagus. Bahkan, dibanding dengan perguruan tinggi (PT) lain se-Indonesia, seperti IPB dan UGM, Fahutan Unmul yang terbaik kalau bicara fasilitas. Sampai-sampai pihak Jerman berada di sini 10 tahun. Dan itu sudah diakui di nasional, kalau Fahutan Unmul bagus, kan tiga itu yang terbagus di Indonesia, yakni Unmul, IPB dan UGM. Urusan peralatan kita lebih canggih dibanding IPB dan UGM. Cuma ya kembali lagi, untuk apa saya sekolah yang banyak intan berlian tapi kalau habis lulus tak bisa kerja, untuk apa. Itu yang jadi masalah.Cara untuk menjaring pendaftar para lulusan SMA?Kami lakukan sosialisasi ke SMA yang ada di Kaltim, dengan harapan masyarakat tahu informasi kehutanan. Kami beri tahu untuk menyongsong kondisi ini (berkurangnya hutan, red), apa yang akan kami lakukan. Kami beri tahu lulusan kehutanan masih bisa diharapkan, misalkan kegiatan Menteri Kehutanan sekarang lebih diprioritaskan hutan tanaman industri (HTI), betapa pentingnya HTI karena dia terkait relokasinya dengan dua atau tiga tahun terakhr ini terkait masalah banjir. Kalau siswa nanti ke depan melakukan reboisasi atau rehabilitasi kita pun menyediakan lapangan pekerjaan.Apa yang salah dengan sistem pengelolaan hutan di sini?Kadang-kadang kami ramai diskusi tapi saran-saran kami jarang masuk. Artinya pemerintah kalau lagi banjir sepertinya serius lalu ramai bicara reboisasi dan segala macam. Indonesia kan condong ke situ tapi setelahnya ya begitu itu. Manajemennya sendiri?Manajemen kehutanan yang tidak benar, maksudnya implementasi di lapangan yang kurang benar. Kalau perencanaan sih sudah benar-benar saja. Habisnya hutan kan karena profit oriented, bisnis. Mestinya harus menggunakan prinsip hutan lestari atau suistainable forest managemen. Memulai hutan harus memegang prinsip-prinsip kelestarian, misalkan mempertimbangkan aspek ekonomi, aspek ekologi lingkungan, aspek sosial budaya kemasyarakatan. Zaman dulu tahu 1970, 1980 dan 1990 kan ekonomi, produksi teruuu...sss saja. Kalau anak-anak masuk ke lingkungan atau sosek (sosial ekonomi) kurang diperhatikan.Dari pendidik (Unmul) sudah pernah kasih saran? Oh, kalau masalah ini sudah banyak, orang hutan sudah banyak tahu, sudah umum dan memasyarakat. Zaman yang hanya mengandalkan ekonomi dan produksi memang finansial ekonomi saja, tebang sebanyak- banyaknya dapat uang sebanyak-banyaknya. Kehutanan itu mestinya sudah ada perencanaan, sekian tahun segini dan itu bukan rahasia umum lagi. Kami ini netral, yang punya upaya memperbaiki harusnya pemerintah, kami sarankan dan menyesuaikan, selalu. Kami kan sudah sering dipanggil tapi ya begitu itu. Sebelumnya apa tidak pernah terpikir kondisi akan seperti ini? Prinsip hutan itu sebenarnya gampang. Areal hutan misalkan 10 hektare (ha), supaya lestari harus dibagi 10 kotak yang luasnya masing-masing satu hekatre. Misalkan tanamanya umurnya 10 tahun. Nah, kotak pertama ini harus ditebang tidak boleh lebih dari satu hektare, tahun berikutnya kotak kedua ditebang begitu seterusnya. Pas tahun ke-10 ditebang, yang kotak pertama sudah tumbuh lagi, sudah bisa ditebang dan balik lagi kotak pertama, kedua dan seteusnya, jadi tak akan habis. Mirip sistem peladangan rakyat yang mutar terus selamanya. Hanya orang tebang kotak pertama lalu nyerempet kotak kedua. Kita mulutya sudah capek begini, kalau cek di Dinas Kehutanan benar sistemnya, tapi kalau di lapangan ya begitu. Bagaimana dengan Fahutan di PT lain?Tidak, kedimpulannya agro komplek, bukan hanya di Unmul tapi UGM dan IPB, ini sudah nasional dan sepertinya perlu rembugan. Kami sudah punya rencana seperti itu. Kemarin itu ada dosen IPB datang ke sini, malah mereka bilang kapasitasnya sama dengan kita. Mereka hanya 40-60 mahasiswa, kalau kami di sini tahun lalu kan masih 90. Kami jauh lebih baik. Prediksi anda sampai berapa tahun lagi Fahutan akan pulih? Pertanyaan yang susah untuk dijawab, tidak mudah. Apa Fahutan ditutup atau diganti namanya. Kami mungkin tidak akan mempertahankan Fahutan, mungkin ganti namanya jadi Fakultas Sumber Daya Alam, diakali seperti itu. Untuk antisipasi itu kami akan menyesuaikan dengan perkembangan kondisi di luar, artinya kalau nanti ngetrennya dengan masalah reboisasi, reklamasi tambang ya kami akan mengarah ke situ, bisa saja nanti nama fakultasnya berubah. Mengikuti tren?Ya benar, mestinya menurut teori kehutanan sumber daya hutan tak mungkin habis, jika manajemennya berdasarkan prinsip kelestarian tadi. Jadi kalau ikuti pelajaran kuliah dengan benar tak akan terjadi yang seperti itu (hutan habis, red), prakteknya yang salah. Bagaimana dengan lulusan Fahutan?Untung ada LSM. Saya sangat senang dengan anak-anak kehutanan yang masuk ke LSM, itulah yang menampung para almuni. Di Kaltim ini, LSM apapun namanya pasti ada anak kehutanan. Walau memang ada yang bekerja di luar bidangnya seperti bank, toko atau lainnya. Untuk itu pun kami sudah antisipasi dengan menyelipkan ilmu yang berkaitan dengan kondisi ke depan. (Meinar F Sinurat/)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads