Suplai gas ke Jawa lebih aman pakai LNG
Kamis, 01 Sep 2005 07:05 WIB
- - Pemerintah menginginkan realisasi proyek pipa transmisi gas Kalimantan-Jawa dipercepat sehingga pasokan bahan bakar non-BBM itu diharapkan bisa mencukupi kebutuhan energi di Jawa yang kian seret. Terkait hal tersebut, Bisnis mewawancarai pengamat migas, Umar Said, yang kini juga menjabat sebagai anggota dewan komisaris, PT Pertamina. Berikut petikannya. Sebenarnya berapa cadangan gas yang masih dapat dikomersilkan dari Kalimantan? Dari blue print Pengembangan Gas Nasional, tahun 2003 sisa cadangan terbukti (P1) adalah 19,7 TCF (trillion cubic feet), sedangkan P2 (cadangan yang diduga ada, tetapi dengan tingkat kepastian yang lebih rendah) adalah 3,8 TCF. Jika dipakai etika bisnis yang prudent, jumlah cadangan gas di Kalimantan Timur yang dapat diikat kontrak penjualan hanyalah 90% dari 19,7 TCF dan 50% dari 3,8 TCF. Jadi hanya ada 19,6 TCF di Kaltim itu. Kalau begitu berapa volume gas yang mungkin ditransfer melalui proyek pipa itu untuk memenuhi kebutuhan di Jawa? Kalau akan dibangun pipa gas dari Kalimantan ke Jawa sepanjang 1.600 km dengan kapasitas satu miliar kaki kubik per hari, lalu pipa itu bekerja 20 tahun, maka akan diperlukan dukungan cadangan gas sebesar 7,3 TCF. Perhitungannya, kira-kira satu tahun atau 365 hari dikalikan 20 tahun. Lalu dikalikan lagi dengan volume sebesar satu miliar kaki kubik per hari, itu sama dengan 7,3 TCF. Untuk mempercepat pembangunan pipa itu, Menko Perekonomian (Aburizal Bakrie) menginginkan tidak perlu dilelang dan dapat selesai dalam tempo dua tahun dengan biaya US$2 miliar-US$3 miliar. (Jika ini direalisasikan) kesulitan pasokan gas bumi bisa terjadi di Kaltim. Mengapa begitu? Ada satu perusahaan migas, Pacific Oil & Gas, yang juga ingin membangun kilang LNG di Bontang dengan kapasitas lima juta ton per tahun. Jika proyek ini disetujui untuk bekerja selama 10 tahun, maka kilang ini akan memerlukan dukungan cadangan sebesar 2,5 TCF. Padahal, cadangan yang saat ini sudah terikat kontrak sebesar 13,5 TCF. Jadi kalau dihitung total keperluan gas untuk mendukung pipa ke Jawa, kilang LNG dan komitmen yang sudah ada mencapai 23,3 TCF. Artinya ada defisit 3,7 TCF. BP Migas sendiri menunjukkan kekhawatirannya atas sempitnya cadangan ini. Mereka masih menimbang apakah melanjutkan ekspor ke Jepang atau memberikannya kepada Pacific Oil. Gas untuk pipa sendiri belum masuk pertimbangan. Upaya apa yang bisa ditempuh untuk menjamin ketahanan suplai gas di Jawa? Pasokan gas berupa LNG ke Jawa sebenarnya akan lebih luwes dibanding pipa bawah laut dari Kalimantan. Di Jabar kan sedang dibangun pipa gas dari Sumsel oleh PT PGN. Sementara, PLN akan membangun terminal LNG di Jabar. Di bagian timur, blok Cepu akan menghasilkan gas. Juga ada perusahaan yang sudah memikirkan untuk mendirikan terminal LNG di Jatim. Dua sumber inilah yang perlu dihubungkan oleh pipa Trans Jawa. Skema pipa Trans Jawa dan terminal LNG ini justru akan membuat sistem pasokan gas di Jawa lebih kokoh. Selain itu, tidak ada risiko dengan pembangunan pipa 1.600 kilometer yang bisa terancam puso karena kekurangan pasokan gas.
(/)