Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan punya andil besar dalam mewujudkan kebersamaan yang mendapat apresiasi positif dari publik itu. Suasana itu diharapkan dapat meredakan kegaduhan politik yang datang silih berganti dalam beberapa bulan terakhir.
Zulkifli, yang juga Ketua MPR RI, optimistis hubungan KIH dan KMP ke depan akan lebih cair dan mesra. Indikasinya, dalam pembahasan APBN Perubahan dan Perpu KPK, kedua kubu tak memperlihatkan pertentangan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam kesempatan itu, Zulkifli juga memaparkan pandangannya soal reshuffle kabinet hingga ambisinya menjadikan PAN sebagai pemenang dalam pilkada langsung, pemilu legislatif, dan Pemilu Presiden 2019 nanti. Bahkan ia melontarkan wacana konvensi calon presiden dari PAN yang bisa diikuti para tokoh di luar partai. Bagaimana Zulkifli akan mewujudkan semua itu? Simak penuturannya berikut ini.
Bagaimana Anda mendekati para tokoh KIH dan KMP agar mau hadir?
Saya percaya bahwa pemimpin-pemimpin kita punya sifat negarawan. Boleh saja berbeda-beda pandangan politik, tetapi saya percaya dan yakin semuanya negarawan. Seorang negarawan yang diajak silaturahmi pastilah tidak menjadi persoalan.
Nah, dengan dasar itu, saya datangi mereka dan undang semua. Karena mereka negarawan, mereka bersedia datang. Perbedaan politik ada, tapi tidak meniadakan silaturahmi. Terbukti, memang datang semua.
PAN di bawah Anda sepertinya akan mendekat ke KIH?
Kita boleh berbeda, beda dalam pilihan politik. Tapi kemesraan atau silaturahmi kan harus dijaga. Semalam kan mesra. Semua bisa berteman, tidak ada apa-apa. Dekat. Pak Jokowi dan Pak Prabowo bersalaman, bahkan saling bercanda, βNanti kita tarung lagi, yuk.β
Kalau politikus kita menempatkan kepentingan bangsa di atas segalanya, ya rakyat juga bahagia. Kalau rakyat bahagia, pelaku pasar juga melihatnya bahagia, tentu akan timbul kepercayaan diri. Mudah-mudahan ini membantu ekonomi yang sedang melemah seperti sekarang ini.
Saya dekat dengan Presiden dan KIH itu memang sejak awal. Tetapi bukan berarti dekat dan mesra itu lalu PAN masuk. Itu soal lain lagi.
Mungkin atau tidak KMP dan KIH melebur?
(Istilah) KMP dan KIH kan teman-teman wartawan saja (yang buat). Di lapangan sebetulnya tidak tampak. Coba pada (pembahasan) APBN Perubahan, ada enggak (pertentangan) KMP-KIH? Kan enggak muncul lagi. (Pembahasan) Perpu KPK, KMP dan KIH juga tidak ada (pertentangan) itu. Saya kira itu soal waktulahβ¦.
Bagaimana PAN melihat kepemimpinan Jokowi?
Bagus. Dekat dengan rakyat. Saya kira masih perlu koordinasi karena lima hal harus dijaga betul, yakni politiknya jangan gaduh. Kedua, hubungan antarlembaga seperti KPK Polri jangan gaduh. Presiden sebagai kepala negara bisa memanggil semuanya.
Ketiga, ekonomi jangan kebijakannya sektoral, yang membuat investor waswas, seperti rapat di hotel tidak boleh. Keempat, luar negeri bahwa hukum harus kita jalankan itu iya, tetapi pendapat kepala negara harus juga didengar, jangan sampai berantem dengan Filipina atau Australia.
Terakhir, soal sosial kadang antaragama ribut, antarkampung ribut. Pak Jokowi kan baru 6 bulan.
Benarkah ada instruksi agar kader PAN tidak ikut aktivitas yang menyebabkan kegaduhan politik?
Rakyat sudah mulai jenuh. Partai politik dikhawatirkan kehilangan legitimasinya. Karena itu, yang dikerjakan dan dilakukan partai politik harus betul-betul terkait dengan kebutuhan rakyat. Kalau partai ribut terus dan tidak ada kaitannya dengan kebutuhan rakyat sehari-hari, partai politik akan kehilangan legitimasi.
Saya katakan kepada kader jangan buat gaduh. Kalau ada masalah, bikin solusi. Jangan terlibat kegaduhan. Apalagi saling melapor. Kami yakin politik itu baik, dan tidak jangka pendek, tapi untuk kesejahteraan rakyat.
Kegaduhan politik macam apa yang Anda maksud?
Coba lihat, di DKI saling lapor antara Gubernur dan DPRD-nya. DPR juga pada awalnya ada yang membentuk DPR tandingan, ada juga muncul hak angket. Kita harus lihat substansinya. Kalau pemerintahan bagus, dukung. Kalau melenceng, baru kita kritik.
Jadi benar PAN cenderung mendekat ke pemerintahan?
Jangan diterjemahkan macam-macam. Tapi saya katakan, di luar pemerintahan juga merupakan sesuatu yang terhormat.
Terkait isu reshuffle yang makin kencang, PAN akan merapat?
Reshuffle itu hak Presiden dan Wakil Presiden. Partai ini bermitra dengan pemerintah. Jadi saya tahu, bukan hak saya bicara soal reshuffle.
Itu hak prerogatif Presiden dan Wakil Presiden. Silakan saja. Tetapi memang kita menghadapi situasi ekonomi yang tidak mudah. Ini tentu butuh tim ekonomi yang kuat. (Mengenai) kinerja menterinya, tentu Presiden yang punya catatan.
Anda termasuk yang menilai tim ekonomi kurang optimal?
Baik timnya. Kalau enggak baik, kan enggak dipilih jadi menteri. Tapi masih banyak yang lebih baik di luar.
Artinya, tim ekonomi sekarang benar kurang....
Ini kan baru 6 bulan. Kita lihatlah nanti sampai setahun. (Pemerintahan) baru 6 bulan, kita belum bisa menilai.
Kader PAN belum ada yang didekati?
Itu urusan Presiden, bukan urusan kita. Saya kan tadi sudah bilang, di luar pemerintahan tidak kalah terhormatnya dibanding di dalam pemerintahan.
Anda akan membawa PAN ke mana?
Saya akan membawa PAN menang. Menang dalam pilkada, pemilu legislatif, dan dalam pilpres. Kami juga akan mengembangkan PAN dengan politik kebangsaan, yakni politik yang tidak hanya jangka pendek, tetapi juga jangka panjang. Yang diperjuangkan bukan hanya untuk golongan dan kelompok, tetapi kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.
Apa strategi khusus mencapai target tersebut?
Kita melakukan konsolidasi. Namanya kongres kan ada kompetisi, ada luka. Habis itu kita perkuat silaturahmi. Alhamdulillah, sudah selesai.
Kami juga sudah susun pengurus. Tidak ada lagi kubu A atau kubu B, yang ada kader partai. Yang menang dan kalah jadi satu. Setelah pelantikan, kami susun rapat kerja nasional yang pertama untuk menyusun peraturan-peraturan partai, bagaimana nanti hubungan partai dengan fraksi, hubungan kita dengan eksekutif.
Termasuk membahas konvensi untuk pilpres?
PAN sedang membangun tradisi baru. Ketua umum partai selama ini segala-galanya. Jika jadi ketua umum pasti jadi capres. Kita bikin tradisi baru di PAN, ketua umum tugas pokoknya membesarkan partai.
Siapa yang jadi capres tergantung konvensi. Siapa pun yang terbaik bisa dari PAN atau kader bangsa lainnya yang punya visi yang baik dan didukung rakyat. Kalau ada kader bangsa yang punya visi yang baik, tidak harus punya partai politik bisa melalui PAN.
Kapan rencananya akan diadakan konvensi?
Mudah-mudahan 2017 sudah ada gambaran kandidat.
Tidak terlalu cepat?
Tidak apa-apa. Kan lebih bagus.
Menjelang pilkada langsung, ada wacana untuk merevisi Undang-Undang Pilkada....
Itu urusan DPR, dan masih berupa isu. Nanti kita lihat.
Menurut Anda, seberapa penting revisi undang-undang ini?
Kami lagi fokus rakernas ini. Tidak bahas soal itu. Nantilah, saya tanya ketua fraksi seperti apa.
Target di pilkada?
Saya tidak menargetkan angka berapa, tapi PAN berburu kandidat bupati atau wali kota serta gubernur yang memiliki wawasan kebangsaan.
Tujuannya, kalau sudah jadi (kepala daerah), tidak mengorbankan sumber daya alam untuk diobral. Juga menjadi kepala daerah untuk semuanya, bukan hanya untuk kelompok tertentu.
Hubungan Anda dengan Hatta Rajasa?
Berkali-kali saya jumpa dengan beliau, baik-baik saja.
Tapi kantor DPP tak bisa lagi pakai kantor di Jalan Simatupang?
Kan kalau minjam ada waktunya. Sekarang kami sudah punya kantor baru di Jalan Senopati Raya.
Pak Amien Rais kemarin sengaja datang terlambat?
Jangan (menilai) jelek terus. Saya heran, kalau sama Pak Amien, (penilaian media) jelek terus. Coba bayangkan, Pak Amien ketua umum partai cuma satu kali. Dia juga menjabat Ketua MPR satu kali. Sangat demokratis. Sekarang dia bukan ketua MPP enggak datang malah ditanyain.
Kalau datang, pasti ditanya, βPak Amien kok masih berkuasa, sih.β Pak Amien sudah memberikan (kesempatan) kepada kami, silakan Ketua DPP dan MPP yang tampil ke publik. Kan bagus, to. Cara Pak Amien mendidik kita dan pendewasaan di partai itu saya kira luar biasa. Pidato pun dia tak mau.
Hubungan PAN dengan Muhammadiyah?
Semalam sudah terang pidato saya. Soal suku, agama, kelompok, PAN selesai sudah. PAN adalah rumah besar bagi seluruh rakyat Indonesia.
Jadi soal kelompok, etnis, dan segala macam, itu sudah selesai. Jangan itu lagi kita bahas. Tidak maju-maju. Tantangan kita pada ekonomi, radikalisme, intoleransi, itu yang harus kita hadapi bersama-sama. Buat kami, itu sudah selesai.
*) Wawancara ini sudah dimuat di majalah detik Edisi 180, 11-17 Mei 2015
(pal/nwk)











































