Bahasa Inggris logat Jawa alias 'Java-English' yang dilafalkan Presiden Jokowi dalam CEO Summit dalam rangkaian APEC 2014 di Beijing, China, Senin (10/11) kemarin menjadi pembicaraan. Namun, pakar bahasa menilai dialek Jokowi itu wajar sebagai konsekuensi dari bahasa Inggris yang menjadi bahasa milik dunia.
"Jadi ada salah seorang ahli bahasa terkemuka di dunia, David Crystal, mengatakan bahwa 'Tidak ada native speaker of english'. Dia (David Crystal) ekstrem mengatakan tidak ada penutur asli bahasa Inggris. Ini karena bahasa Inggris sudah milik dunia, bukan hanya orang Inggris dan Amerika saja," tutur dosen Program Studi Indonesia Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB UI) Totok Suhardiyanto PhD saat dihubungi detikcom, Selasa (11/11/2014).
Menurut Wikipedia, David Crystal adalah pakar linguistik Inggris dari Inggris. Melalui bukunya 'The Stories of English' yang ditulis tahun 2004, Crystal menulis sejarah bahasa Inggris menyebar dari invasi Inggris Raya oleh bangsa Anglo dan Saxons di abad ke-5. Bahasa itu kemudian berkembang, berlanjut dalam dunia modern di Inggris, AS, India, Australia dengan berbagai dialek atau logat. Pada akhirnya, Crystal mengecam paham bahwa berbahasa Inggris harus standar dengan logat yang ada dari abad 18-20.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berikut wawancara lengkap detikcom dengan pakar linguistik UI yang juga Koordinator Asosiasi Pengajar Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (APBIPA) wilayah Jakarta Raya ini:
Presiden Jokowi dalam pertemuan bilateral dengan para kepala negara di sela forum APEC kemarin mengggunakan bahasa Indonesia, bagaimana menurut Anda?
Saya kira, di dalam UU kita, UU Nomor 24 Tahun 2009 (tentang Bendera, Bahasa dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan-red), itu memang presiden atau dalam rangka kegiatan kenegaraan Indonesia, presiden di luar negeri memang harus menggunakan bahasa Indonesia. Jadi saya kira, kalau Jokowi menggunakan bahasa Indonesia untuk berkomunikasi dengan Obama maupun dengan Putin misalnya memang ada di dalam kerangka UU kita.
Tetapi yang menarik ketika di dalam forum CEO APEC kemarin, Jokowi justru menggunakan bahasa Inggris dan saya kira bahasa Inggris Jokowi cukup bisa dimengerti karena tanggapan dari para CEO di forum tersebut cukup positif.
Bahasa Inggris Presiden Jokowi berlogat Jawa medok, menurut Anda?
Lepas dari apakah kemudian cara dialek atau logat tidak bisa seperti native atau penutur asli, wajar saja. Karena kan bahasa Inggris bahasa internasional. Ada salah seorang ahli bahasa terkemuka di dunia, David Crystal, mengatakan, bahwa tidak ada native speaker of English.
Jadi wajar-wajar saja orang Singapura berbicara bahasa Inggris dengan logat Singlish, India dengan logat yang berbeda karena itu dampak dari bahasa Inggris sebagai bahasa internasional. Penuturnya tidak hanya terbatas pada orang-orang yang memang 200-500 tahun lalu menggunakan bahasa Inggris di wilayah Inggris.
Jadi logat Jawa bahasa Inggris Presiden Jokowi baik-baik saja ya, tak perlu diubah?
Baik-baik saja, asalkan pesannya sampai dan saya kira kemarin pesannya sampai karena CEO di forum tersebut memberikan respons yang positif. Yang penting pesan itu sampai, dan apa yang dikatakan David Crystal, konsekuensi bahasa Inggris menjadi bahasa internasional, penuturnya menjadi beragam.
Dia (David Crystal) ekstrem sampai mengatakan tidak ada penutur asli bahasa Inggris. Bahasa Inggris bukan hanya milik orang Inggris dan Amerika saja. Di Inggris dan Amerika saja beda dialeknya, di AS yang ada di pantai timur dan pantai barat berbeda, AS yang ada di utara dan selatan juga berbeda (logatnya).
Merujuk UU 24 Tahun 2009, apa seharusnya Presiden Jokowi memakai bahasa Indonesia di CEO Summit pula, bukan hanya bertemu dengan para kepala negara?
Presiden sebagai kepala negara, ketika dia melakukan kegiatan kenegaraan di forum-forum internasional di luar Indonesia, semestinya pakai bahasa Indonesia. Termasuk (dalam CEO Summit) itu.
Cuma saya kira, Jokowi punya pandangan sendiri ketika yang ditemui adalah CEO sehingga agak berbeda dengan kepala pemerintahan atau kepala negara. Dalam bisnis barangkali berbahasa yang sama itu suatu keharusan. Sebenarnya menurut saya, bahasa Indonesia yang dipakai juga nggak apa-apa, karena ada penterjemah di sana, undang-undang juga mengharuskan seperti itu.
Untuk berbicara seperti penutur asli harus berbaur berapa lama sebenarnya, di lingkungan penutur asli?
Untuk bisa bicara seperti native memang perlu tinggal lama di wilayah di mana bahasa tersebut dituturkan. Kedua, soal usia, biasanya kalau makin bertambah usia kita makin sulit mengikuti cara bertutur pengucapan bahasa seperti penutur aslinya.
Anak-anak kemungkingan mengikuti atau mendengarkan, menirukan bunyi native lebih besar dibandingkan kita yang sudah berusia 30-an, 40-an tahun ke atas.
Tentang bahasa Inggris Presiden Indonesia, sebelum Jokowi, siapa yang paling jago bahasa Inggrisnya?
Menurut saya Habibie ya, dia karena faktor sekolah di luar negeri barangkali. Kemudian Soekarno, setahu saya waktu ketemu Presiden John F Kennedy, Soekarno pakai bahasa Inggris, dan cukup fasih bahasa Inggris-nya, di pidato PBB juga memakai bahasa Inggris. Di bawahnya baru SBY.
Presiden yang lain belum pernah mendengar mereka gunakan bahasa Inggris.
Termasuk Gus Dur dan Mega?
Iya, Gus Dur dan Mega. Tapi nggak masalah. PM Jepang di mana-mana memakai bahasa Jepang, Putin (Presiden Rusia Vladimir Putin) di mana-mana menggunakan bahasa Rusia, bahkan Presiden Iran dulu, Ahmadinejad, di PBB menyampaikan pidatonya dalam bahasa Parsi.
Bahasa Inggris saya kira yang penting pesannya sampai, dia mau bicara seperti apa, kalau audiens pendengarnya memahami, sudah cukup. Bahasa Inggris bahasa internasional itu bervariasi, makin beragam karena akan dipengaruhi begitu banyak bahasa pertama dari penuturnya.
(nwk/nrl)