Dirut PT KAI Commuterline Jabodetabek (KCJ) Tri Handoyo pun memberi penjelasan. Dia membeberkan masalah yang kerap ditemui di sepanjang jalur Jabodetabek, dan secara khusus di Bekasi.
Berikut wawancara wartawan dengan Tri di Stasiun Sudirman, Jakarta Selatan, Kamis (17/4/2014):
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Problematika di commuter line ini sangat tinggi dan banyak. Sinyal udah umur lama, ditambah lagi track yang dipakai bersama PT KAI. PT KAI menggunakan track untuk kereta penumpang dan barang. Komuter di track yang sama. Dan jangan berharap ada ketepatan waktu jika rel digunakan bersama.
Di seluruh dunia, track KRL dedicated digunakan sendiri karena waktunya yang pendek sehingga tak boleh diganggu oleh kereta lain. Beda sama di sini. Jadi ketepatan waktu di KRL menjadi hal yang sangat sulit dijalankan jika kondisi masih seperti ini.
Bagaimana jalur di Bekasi?
Bekasi itu track-nya bareng-bareng antar kereta antar kota dan KRL. Rel melengkung dan kemudian diganti dan jam 6 udah selesai. Terjadi antrean KRL dan antar kota. Karena kereta antar kota terlambat, akhirnya kereta antar kota didahulukan. Akibatnya KRL juga terlambat karena rel yang dipakai bareng-bareng.
Bagaimana solusinya?
Sekarang sudah dibangun double track. Jadi KRL dan kereta antar kota bisa dipisah. Meskipun sekarang belum selesai, dan untuk selesai kapan bisa ditanyakan di departemen perhubungan.
Apa masalah lain di jalur tersebut?
Masalah lainnya sinyal sudah tua, ada geledek mati. Perbaikan dilakukan secara bertahap. Ini PR yang sudah lama terabaikan. Yang sering sinyal terganggu itu biasanya Bogor. Kalau sinyal mati masinis harus tetap jalan, Maka harus dilakukan secara manual dan sudah pasti terlambat.
Saat ini, kondisi di stasiun Bekasi bagaimana?
Sekarang harusnya sudah normal. Pemblokiran tidak boleh dilakukan di rel. Ini terjadi hanya karena keterlambatan dari KRL. Sekarang PT KAI sudah mengerahkan petugas untuk membuat kondisi menjadi normal kembali. Harusnya memang sudah normal.
(mad/mad)