- - Menanamkan kepercayaan terhadap orang lain sangat penting. Apalagi di dunia bisnis asuransi. Sebab, dengan rasa percaya terhadap perusahaan asuransi yang menawarkan perlindungan, konsumen akan merasa aman membeli polis. Pada masa sulit, ketika ekonomi belum beranjak dan persaingan mengarah ke pendekatan yang tak sehat, kepercayaan menjadi cara ampuh untuk mengalahkan keadaan yang belum menguntungkan. Pelayanan yang baik adalah salah satu cara untuk melahirkan rasa percaya konsumen.
Selain kepercayaan, strategi apa yang digunakan perusahaan asuransi umum di kelas premi bruto di bawah Rp50 miliar? Inilah pemaparan Kornelius Simandjuntak, Presiden Direktur PT Asuransi Himalaya Pelindung, kepada Atik Darmawati dari InfoBank tentang strategi yang dilakukan perusahaannya untuk jadi pemain berprestasi. Petikannya:
Apa strategi Anda untuk meraih pasar industri asuransi umum yang sarat persaingan? Bisnis kami adalah bisnis kepercayaan. Kami mendapatkan kepercayaan dari masyarakat atau dari tertanggung itu sangat besar. Itu kami terima karena memang kami mengelola perusahaan secara profesional dan juga team work yang sangat solid serta mempunyai pengalaman dan jam terbang yang tidak bisa diragukan lagi. Direksi Asuransi Himalaya Pelindung rata-rata sudah terjun ke dunia asuransi minimal 14 tahun.
Apa langkah yang Anda tempuh untuk meningkatkan pendapatan premi dan laba? Saat ini, total premi kami sebesar Rp50,2 miliar. Kami mengedepankan dalam aspek underwriting result. Core business dari perusahaan asuransi adalah pengelolaan risiko, selain tentu saja investasi. Karena itu, yang harus diutamakan adalah hasil dari underwriting result-nya. Sehingga, kami berharap, dari sana akan bisa menghasilkan yang lebih banyak.
Kelihatannya, bisnis Anda fokus ke pasar korporat? Memang, selama ini, kami fokus ke korporat, tapi bukan berarti kami meninggalkan ritel. Polis-polis kami yang ritel, seperti rumah tinggal, ruko, pengusaha-pengusaha kecil dan menengah, juga banyak. Tapi, karena preminya tidak begitu besar, kami tidak memberi porsi yang besar dalam portofolio kami. Kami ingin menancapkan bisnisnya dalam property insurance. Dan, untuk bisnis ini, jika tanpa didukung reasuransi yang kuat, tidak akan bisa masuk ke pasar korporat. Selama ini, yang saya lihat, banyak perusahaan asuransi yang bergerak di ruko, rumah tinggal, dan mobil.
Bagaimana strategi investasi Anda? Kami memilih menempatkan investasi ke tempat-tempat yang likuid, yang setiap saat bisa ditarik. Kami tahu bahwa asuransi adalah perusahaan jasa, yang image kita ditentukan pelayanan klaim. Kami tidak berani menempatkan investasi ke tempat-tempat yang berjangka panjang dan memerlukan waktu untuk menariknya. Misalnya, properti. Itu terlalu berisiko. Memang, deposito return-nya rendah, tapi itu likuid. Artinya, sewaktu-waktu dananya bisa ditarik untuk menyelesaikan permintaan klaim. Porsi untuk deposito kurang lebih 70%. Sedangkan, sisanya, 30%, ke reksa dana, obligasi, dan instrumen investasi lain.
Apa kendala yang dirasakan dalam bisnis asuransi selama ini? Pertama adalah lesunya investasi. Tapi, anehnya, meski lesu, investasi pertumbuhan bisnis asuransi masih bisa mencapai angka 20%. Kedua, pertumbuhan ekonomi yang masih kecil. Apalagi, kalau dibanding dengan negara-negara ASEAN, kita termasuk yang paling kecil. Ini berkaitan dengan kendala ketiga, yaitu stabilitas keamanan dan politik yang belum sesuai dengan yang diharapkan investor. Terakhir, yang paling mengganggu adalah kepastian hukum. Apalagi, dengan gangguan tentang kepailitan ini, dampaknya sangat besar.
Apa usulan Anda untuk mengatasi kendala terakhir yang Anda anggap paling mengganggu? Undang-Undang (UU) Kepailitan harus direvisi sesegera mungkin. Berbeda dengan perbankan, yang proses pailitnya berada di tangan Bank Indonesia (BI).
Bagaimana prospek bisnis asuransi ke depan? Bagus. Kami melihat potensi asuransi yang sangat besar, yang sangat mungkin kami garap. Pasarnya masih besar, tapi memang penggarapan pasar ini sangat terkait dengan tingkat pendidikan masyarakat, tingkat perbaikan ekonomi, income per kapita. Dengan begitu, insurance minded-nya bisa bertambah. Karena, kami akui, sekarang, masyarakat kita masih sangat kurang dalam hasil insurance minded ini. Yang saya tahu, sekarang, hanya 35 juta penduduk yang sudah mempunyai nomor polis. Tapi, yang jelas, pertumbuhan asuransi bertumbuh jauh lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi sendiri.
(Karnoto Mohamad/)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini