Dr Unni Karunakara: dr Andrias Tewas, MSF Pertimbangkan Tinggalkan Somalia

Dr Unni Karunakara: dr Andrias Tewas, MSF Pertimbangkan Tinggalkan Somalia

- detikNews
Jumat, 06 Jan 2012 04:50 WIB
Jakarta - Somalia adalah salah satu negara dengan tingkat keamanan yang kurang baik. Itu makanya Medecins Sans Frontieres (MSF) menampatkan pasukan pengaman di tempat petugas kemanusiannya bertugas. Namun dengan tewasnya dr Andrias Karel Keiluhu oleh pria bersenjata di Somalia dan sejumlah kasus yang mengancam keamanan lainnya, MSF memikirkan kemungkinan meninggalkan Somalia.

"Saat-saat sekarang merupakan hal yang sangat sulit. Di satu sisi kami tidak bisa meninggalkan penduduk Somalia dengan kondisi yang seperti sekarang ini, di mana mereka kekurangan makanan, obat-obatan dan sangat rentan menjadi korban konflik. Namun di sisi lain, kami juga harus memikirkan bagaimana keamanan setiap staf kami yang berada di sana. Saat ini kami berpikir ulang mengenai semua kemungkinan yang ada, termasuk kemungkinan terakhir untuk meninggalkan Somalia, namun sekali lagi itu merupakan pilihan terakhir," kata Presiden MSF Internasional, Dr Unni Karunakara.

Berikut ini wawancara wartawan dengan dengan Karunakara di Kantor MSF Indonesia, Bintaro, Jakarta Selatan, Kamis (5/1/2012):

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kenapa MSF memilih bertugas di daerah konflik, sehingga staf-nya mungkin terancam keselamatannya?

Misi MSF adalah sebuah misi kemanusiaan, kami menyediakan bantuan kepada warga-warga di daerah tertentu yang kekurangan makanan, malnutrisi, bencana alam, ditolak oleh negaranya sendiri karena alasan agama atau politis. Sehingga menurut kami apa yang kami berikan ini sangat penting, dan kami MSF sudah melakukan ini sejak lama.

Saya sendiri sudah berada di sini semenjak 16-17 tahun yang lalu. Kegiatan MSF ada di beberapa negara seperti Thailand, Kongo, Filipina, Indonesia, Afghanistan, Kenya, Malaysia, dan Sudan.

MSF memiliki 1 kantor pusat dan 5 kantor operasional. Kantor pusat kami ada di Swiss, kantor operasional kami di Belanda, Spanyol, Prancis, Belgia, Yunani. MSF juga sempat meraih penghargaan Nobel pada 1999. Kami memperoleh dana dari para donatur, kami berusaha independen dengan tidak menerima bantuan dari pemerintah mana pun, walaupun banyak yang menawarkan bantuan kepada kami.

Di Indonesia apa yang kami lakukan sudah semenjak 1995, di mana ada gempa di Sumatra, tsunami Aceh, Yogyakarta, Alor, dan sebagainya.

Sudah berapa lama menjalankan misi kemanusiaan di Somalia?

Di Somalia kami sudah berlangsung selama 20 tahun. Kegiatan kami di sana yang berpusat di Mogadishu merupakan kegiatan yang terlama dan yang terbesar yang pernah dilakukan oleh sebuah organisasi internasional. Kami mempunyai total 30.000 staf di 65 negara tempat operasi kami.

Kami di negara-negara tersebut dalam menyediakan bantuan tidak pernah terkait dengan etnis, kelompok politik tertentu dan juga agama tertentu. Kami juga berusaha untuk netral dan tidak memihak dan juga untuk tidak menunjuk siapa yang salah dan siapa yang benar.

Sama halnya juga seperti di Somalia, kami memberikan bantuan kepada masyarakat tanpa memandang latar belakang agama maupun kelompok tertentu. Namun, memang kami akui, Somalia adalah merupakan tempat yang paling sulit dan berbahaya di seluruh belahan dunia, apabila dibandingkan dengan Afghanistan dan beberapa tempat lain.

Di Somalia, konflik sendiri terdiri dari beberapa lapisan konflik, ada konflik antar klan (suku) ada konflik antar penguasa bersenjata, jadi ini merupakan sebuah daerah yang sulit dan berbahaya.

Kami di Somalia sudah sejak 20 tahun yang lalu, kami menyediakan bantuan kepada para penduduk yang mengalami malnutrisi dan kekurangan bahan makanan. Karena di sana itu sudah hampir satu tahun dilanda kekeringan, yang menyebabkan terbatasnya bahan makanan. Selain itu konflik bersenjata antar kelompok semakin memperparah kondisi ini.

Berapa banyak staf MSF yang berada di Somalia secara keseluruhan?

Total ada sekitar 4.000-4.500 staf. Terdiri dari staf lokal dan staf internasional. Staf internasional ada 20 orang dengan berbagai macam latar belakang, termasuk dua staf kami yang tewas yaitu dr Kace (Andrias Karel) dan Philippe Havet adalah seorang ahli di bidang logistik, karena memang staf kami dari berbagai macam latar belakang. Sementara sisanya adalah staf lokal.

dr Kace di sana sedang di dalam tim untuk menangani anak-anak yang terkena malnutrisi. Jumlah anak-anak yang terkena malnutrisi yang ditangani oleh dr Kace dan timnya ada 15 anak.

Apakah kejadian seperti ini pernah terjadi sebelumnya?

Ada insiden serupa pada 2008, juga di Somalia, kejadian ini menyebabkan tewasnya dua orang staf lokal.


Dengan kejadian penembakan yang dilakukan oleh staf MSF ini, apakah MSF akan melakukan evaluasi terhadap prekrutan staf-staf? Khususnya staf lokal?

Kami sebenarnya mempunyai standar tersendiri dalam menerima staf lokal. Seperti di Somalia, karena kantor MSF terletak di salah satu distrik di kota Mogadishu, kami mencoba untuk melibatkan penduduk lokal untuk berpartisipasi menjadi staf lokal kami.

Sebagai contoh lokasi sekitar kantor kami terdapat beberapa kelompok, ke kelompok-kelompok tersebut kami datang dan kami mengutarakan maksud kami dan menyatakan kami membutuhkan sejumlah orang untuk ditempatkan di lokasi tertentu. Nah mereka nanti akan memberikan rekomendasi orang-orang mana saja yang bisa kami gunakan sebagai staf.

Tapi rekomendasi itu tidak serta merta kami terima. Kami juga melakukan serangkaian tes mulai dari tes tertulis hingga wawancara, baru kami bisa menentukan apakah orang tersebut bisa bergabung dengan kami atau tidak.

Apakah akan berpikir ulang mengenai keberadaan MSF di Somalia?

Saat-saat sekarang merupakan hal yang sangat sulit. Di satu sisi kami tidak bisa meninggalkan penduduk Somalia dengan kondisi yang seperti sekarang ini, di mana mereka kekurangan makanan, obat-obatan dan sangat rentan menjadi korban konflik. Namun di sisi lain, kami juga harus memikirkan bagaimana keamanan setiap staf kami yang berada di sana. Saat ini kami berpikir ulang mengenai semua kemungkinan yang ada, termasuk kemungkinan terakhir untuk meninggalkan Somalia, namun sekali lagi itu merupakan pilihan terakhir.

Berapa total staf asal Indonesia yang bekerja di MSF? Dan di manakah mereka?

Kalau tidak salah ada sekitar 70 orang staf asal Indonesia yang menjadi relawan kami. Namun tidak semuanya bekerja di lapangan seperti dr Kace, karena sekali lagi itu merupakan pilihan. Posisi di mana mereka saya juga tidak begitu paham detailnya, namun ada yang di Sudan Selatan, Thailand, Filipina, Kongo.

Apa pelajaran yang bisa MSF ambil dari kejadian ini?

Pertama, kami ingin publik mengetahui bahwa saat ini kami dalam kondisi yang sangat sulit. Di mana kami baru kehilangan relawan kami, dan kami berbelasungkawa atas meninggalnya kedua relawan kami tersebut.

Kedua, Somalia adalah merupakan daerah sulit dan berbahaya, namun di satu sisi mereka membutuhkan bantuan dari organisasi internasional. Sehingga bantuan tidak hanya bisa dilakukan oleh masayarakat internasional tetapi juga oleh masayarakat Somalia sendiri harus melakukan sesuatu untuk membantu.

Ketiga, kami saaat ini sedang berpikir mengenai dua kolega kami asal Spanyol yang diculik dan hingga saat ini belum bisa diketahui keberadaannya.


(her/vit)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads