"Nazaruddin begitu mudah tampil di media massa melalui BlackBerry Messenger (BBM), SMS, telepon maupun Skype. Ini sudah lama dan beberapa kali, seharusnya untuk aparat kita, mudahlah menangkap Nazar. Dengan tidak juga berhasil menangkap, dan Nazar malah sering menampakkan diri di media, ini betul-betul mempermalukan aparat. Aparat kita jadi bahan tertawaan negara lain," tutur Presiden Lumbung Informasi Rakyat (Lira), Jusuf Rizal.
Berikut ini wawancara detikcom dengan pemilik nama asli Mohammad Joesoef ini, yang membuka sayembara penangkapan Nazaruddin, Senin (25/7/2011):
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejak kita buka, dari info yang masuk, Nazar kayak ditelan bumi. Tidak ditemukan. Kita tindak lanjuti info masyarakat, tapi tentu bukan info sampah yang kita tindak lanjuti. Dari informasi masyarakat di daerah itu, kita berkesimpulan sepertinya Nazar disembunyikan kelompok atau orang tertentu. Karena disembunyikan, maka dia mudah dan aman melakukan komunikasi dengan media melalui BBM, email, dan bahkan telepon. Karena dalam logika, semestinya Nazar bisa cepat ditangkap.
Apakah masyarakat perlu mendaftar dulu untuk ikut dalam sayembara ini?
Tidak perlu mendaftar. Selama lebih dari sepekan ini ada yang antusias tapi ada juga yang mengecoh. Misalnya ada SMS yang masuk berbunyi 'Tak usah kau cari aku. Aku tak ada di Indonesia'. Lalu ada juga yang menelepon dengan menggunakan private number yang intinya mengatakan 'Tidak usahlah capek-capek mencari'.
Berapa banyak informasi yang masuk?
Ratusan, dan bahkan mungkin ribuan. Jadi informasinya tidak selalu langsung ke Lira pusat, tapi juga ke jaringan Lira daerah. Kita koordinasikan ini dengan penegak hukum.
Info yang masuk ke Lira sejauh ini, Nazaruddin ada di luar negeri atau dalam negeri?
Yang menginfokan ke kita, infonya di dalam negeri. Ada info dia di Sumatera, kita lacak di Sumatera, dan ternyata tidak ada. Di Riau tidak ada, di Palembang tidak ada. Koordinasi ke Jawa Timur juga tidak ada.
Seharusnya Nazar yang sering muncul di media dengan telepon maupun BBM bisa dilacak. Pemerintah RI kan punya teknologi canggih, karena dulu dalam kasus teroris, Indonesia pernah beli satu teknologi pelacak seharga US$ 12 juta. Waktu itu zamannya Pak Goris Mere. Alat ini pernah digunakan untuk menangkap gembong narkoba. Jadi sangat di luar nalar, kalau sulit menangkap Nazar.
Yang lebih bahaya bisa ditangkap, masak seorang Nazar tidak bisa. Karena itulah rasanya wajar kalau ada kegelisahan barangkali ada kelompok yang sudah menyembunyikan Nazar. Barangkali jaringan politikus busuk yang entah siapa orangnya.
Aparat kita ini sering kali mengatakan, katanya ada di sini, katanya ada di sana. Kalau sudah tahu ya sudah segera saja ditangkap. Penggunaan kartu kredit kan juga bisa dilacak. Densus 88 punya pelacak telepon dan segala macam bisa diminta bantuannya. Saya duga Nazar sulit ditangkap kalau tidak ada kemauan.
Aparat kita kurang kemauan?
Nazaruddin begitu mudah tampil di media massa melalui BlackBerry Messenger (BBM), SMS, telepon maupun Skype. Ini sudah lama dan beberapa kali, seharusnya untuk aparat kita, mudahlah menangkap Nazar. Dengan tidak juga berhasil menangkap, dan Nazar malah sering menampakkan diri di media, ini betul-betul mempermalukan aparat. Aparat kita jadi bahan tertawaan negara lain.
Padahal dengan Nazar masuk ke red notice dan buruan Interpol, ada kerjasama dengan 188 negara. Biasanya kita selalu menggunakan seperti pepatah jalan tol. Maksudnya, berpikir jalan tol itu pasti cepat sehingga menghindari jalan biasa. Namun pada akhirnya orang berpikir terbalik, lewat jalan biasa karena semua banyak kendaraan ingin lewat tol.Β
Artinya apa? Bisa jadi Nazar mengasumsikan dirinya di luar negeri, tetapi ternyata dia di dalam negeri dan disembunyikan oleh kelompok yang punya kepentingan. Karena Nazar diduga bermain di Kemenpora, Kementerian Pendidikan. Ini kan menunjukkan kalau pasti dia punya network. Kalau dia tidak di-back up tidak akan sampai seperti ini. Tingkah Nazar ini melecehkan sekali. Menurunkan kredibilitas penegak hukum di dalam dan luar negeri.
Sayembara ini digelar karena penegak hukum kerja lambat, sebuah sindiran, atau bagaimana?
Penegak hukum mungkin sudah kerja, dan kita hargai itu. Tapi sulitnya menangkap Nazar ini saya pikir karena terkait muatan politis. Ada yang membuat kerjanya jadi tidak lancar. Karena itu perlu semacam 'obat pelancar buang air'. Itulah kenapa Lira bikin sayembara, supaya penegak hukum lebih semangat.
Memang ada pendapat, jika yang menangkap Nazar adalah jaringan LSM, nanti citra penegak hukum jelek. Lalu ada juga yang berpendapat jangan-jangan semua kasus harus ada duit baru jalan, bukan ke situ arahnya. Arahnya adalah mendorong masyarakat ikut peduli dalam pemberantasan korupsi. Karena pemberantasan korupsi bukan tanggung jawab KPK saja, tapi kita semua baik itu masyarakat, kaum profesi, tokoh agama, pemerintah.
Banyak nama yang disebut-sebut terkait kasus dugaan suap ini. KPK harus berani proaktif untuk menyelidiki benarkah sinyalemen itu. Tegakkan hukum pada semua orang tanpa pandang bulu, sehingga mampu menciptakan efek jera. Kalau berani, maka citra pemerintah akan semakin bagus. Harus berani, jangan hanya ngomong di TV. KPK dalam bekerja memang sebaiknya diam-diam, silent is gold. Jadi diam, tangkap, proses.
Apa catatan lain Anda terkait penanganan kasus Nazar?
Saya lihat pola penanganan Nazar yang seperti ini, yang sepertinya dibiarkan tak ditangkap, hanya bertahan 3 bulan. Setelah itu orang nanti jenuh, lalu apatis, lalu bersikap bodo amat. Penanganan ini mirip sekali dengan Century yang aawalnya heboh, lalu tidak ada perkembangan apa-apa, dan akhirnya jenuh.
Pola sistem komunikasi dengan memanfaatkan media, suatu saat pasti akan mengalami kejenuhan. Masyarakat pasti nantinya jadi apatis, karena mereka menduga 'paling ujung-ujungnya begitu, tidak tertangkap'. Di kasus BLBI juga. Media pun ingin menjaga konsistensi mengawal kasus ini jadi bingung, apa lagi yang akan diberitakan. Pengamat juga bingung mau komentar apa lagi. Masyarakat pun sudah bosan.
Kalau dalam kasus Nazar tidak ada yang bergerak, maka yang bergerak Nazar sendirian. Dan sosok Nazar ini mampu membentuk opini, membuat strategi black campaign yang menyerang kelompok strategis. Ini digunakan dia sebagai senjata.
Mungkin masuk puasa nanti masyarakat sudah tidak mikir Nazar lagi. Nanti masyarakat heboh dengan kelangkaan BBM, kenaikan sembako yang tinggi dan sebagainya. Secara psikologis, pola penanganan kasus seperti ini hanya bertahan 3 bulan lalu hilang dan surut.
Apa yang harus didorong?
Yang kita dorong, KPK sebagai ujung tombak bekerja dengan penegak hukum lain harus bisa membuktikan dalam waktu dekat bahwa Nazar bisa ditangkap. Kedua, KPK tidak harus menunggu Nazar pulang untuk mengusut keterlibatan orang lain dalam kasus itu.
Termasuk petinggi KPK yang disebut, kalau ada indikasi perlu dinonaktifkan dulu. Ini penting agar tidak ada beban psikologis untuk melakukan penyidikan. Begitu pula dengan aktor lain. Kalau misalnya ada aktor di Demokrat yang berindikasi terlibat, SBY juga harus legowo, karena katanya kan Demokrat ini mau bersih-bersih.
(vit/nrl)