"Jika halte ada akses yang lebih maksimal, maka pelaku perjalanan bisa lebih gampang
menuju mal, RS, perkantoran, tentu akan membuat lebih nyaman. Jadi jembatannya
diteruskan ke mal. Karena tidak perlu repot parkir dan berpanas-panas maka TransJakarta akan lebih menarik bagi pelaku perjalanan," ujar Sekjen Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Ellen Sophie Wulan Tangkudung.
Berikut ini wawancara detikcom dengan perempuan yang juga Kepala Laboratorium Transportasi UI ini, Jumat
(31/12/2010):
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Belum. Karena itu kan baru sebagian dari satu sistem transportasi. Ada yang harus
dilengkapi. Pengemudi kendaraan pribadi harus beralih menggunakan angkutan massal agar kemacetan berkurang. Kalau belum bisa, harus didorong lagi.
Agar masyarakat yang menggunakan kendaraan pribadi menggunakan angkutan umum massal, maka angkutan umum massalnya harus dibuat aman, nyaman dan cepat. Mereka memerlukan sarana untuk memenuhi keperluan perjalanan di Jabodetabek seperti misalnya feeder, termasuk pula park and ride.
Kemacetan membayangi Koridor IX dan X, bagaimana solusinya?
Kalau titik kemacetan di tiap persimpangan maka perlu di-setting ulang lampu lalu
lintasnya supaya menyesuaikan dengan keberadaan TransJakarta. Kalau yang tidak berlampu lalu lintas, seperti misalnya persinggungan dengan jalan tol, maka perlu pengaturan dari Dinas Perhubungan dibantu dengan polisi. TransJ perlu didahulukan karena mengangkut lebih banyak orang.
Bukan TransJakarta yang menyebabkan kemacetan, tetapi karena volume tinggi kendaraan. Di titik persinggungan dengan jalan tol perlu dibuat manajemen yang lebih di situ.
Gubernur DKI menyatakan untuk mengatasi kemacetan bukan hanya dengan TransJ tetapi perlu juga MRT, kereta bawah tanah (subway), pembatasan kendaraan dengan sistem ERP sampai pada pembatasan parkir. Memang sudah seharusnya?
Untuk DKI, pola trasportasi makro (PTM) yang sudah masuk dalam Perda kalau diikuti
dengan tahapan yang benar bisa mengatasi kemacetan. Pola transportasi makronya sudah ada. Mengatasi kemacetan itu kan dengan mendorong masyarakat meninggalkan kendaraan pribadi.
Kereta Jabodetabek, ini memang bukan urusan Pemda DKI, seharusnya bisa diatur dengan lebih baik lagi agar masyarakat mau naik itu. Saya usulkan ada jalan kereta layang untuk KRL seperti yang ada di dalam kota (Jakarta) untuk meminimalkan persinggungan dengan kendaraan lainnya. KRL adalah salah satu dari moda transportasi massal.
Perlu juga diperbaiki kendaraan yang tersambung dengan angkutan umum massal. Jangan sampai banyak yang bingung, kalau sudah turun dari KRL di stasiun mau menyambung kendaraan apa. Harus dipikirkan kendaraan lanjutannya yang juga murah.
Sebenarnya Pemda DKI sudah on the right track?
Sudah tapi terlalu lamban. Seharusnya pola transportasi massal bisa selesai lebih cepat.
Seperti pelarangan bagi parkir yang mengakibatkan kemacetan seharusnya sudah dilakukan dari beberapa tahun lalu.
On the right track tetapi lambat. Memang mungkin ada kendala, karena untuk menangani
transportasi di DKI, maka bukan hanya DKI yang jadi fokus melainkan juga Depok dan
Tangerang yang pemerintahannya beda. Koordinasi, kerjasama dan bantuan pemerintah pusat untuk itu juga perlu. Konsep megapolitan harus cepat diterapkan.
Resolusi untuk tahun depan harus kerja lebih cepat?
Ya, harus lebih mempercepat skema yang sudah disiapkan. Selain itu, saya rasa
TransJakarta juga lebih baik kalau diberi jadwal. Sehingga 10 koridor yang sudah ada
sekarang ini memiliki pusat pengendali yang bisa mengontrol jadwal seluruh koridor.
Misal di jam-jam sibuk dibuat jadwal setiap 5 menit bus lewat.
Namun untuk setiap koridor, tentunya memiliki jadwal yang berbeda-beda karena memiliki tingkat kepadatan yang berbeda-beda. Kalau terlalu lama bus TransJakartanya sehingga buswaynya lengang nanti ada keinginan kendaraan lainnya untuk ikut lewat di jalur itu.
Direncanakan akan ada 15 koridor TransJ, bagaimana agar lebih efektif mengatasi kemacetan?
Harus ada upaya lagi yang lain untuk membuat ini menjadi menarik. Harus ada penyesuaian dengan kondisi sekarang ini. Pertumbuhan tarikan perjalanan seperti mal, gedung baru, perkantoran, pada saat ini mungkin berbeda dengan saat diluncurkannya PTM pada 2005.
Karena itu harus dievaluasi. Untuk 5 koridor yang akan dibangun ini, saya mendorong
jalan layang khusus busway. Karena tidak semua jalan lebar dan cukup untuk dibangun
busway, karena itu jalan layang khusus busway bisa dipertimbangkan.
Selain itu jika halte ada akses yang lebih maksimal, maka pelaku perjalanan bisa lebih
gampang menuju mal, RS, perkantoran, tentu akan membuat lebih nyaman. Jadi jembatannya diteruskan ke mal. Karena tidak perlu repot parkir dan berpanas-panas maka TransJakarta akan lebih menarik bagi pelaku perjalanan.
Sekarang ini, kalau kita mau turun di Halte Sarinah, di ujung jembatan kita turun di
trotoar yang sempit. Kalau ada jalan langsung ke tempat perbelanjaan tentu akan
menguntungkan.
Di Koridor IX dan X itu kan banyak melewati RS dan mal, kalau sky walk masuk ke sana
tentu lebih bagus lagi dan lebih nyaman. Yang sudah memadai sekarang ini Halte Pusat
Grosir Cililitan (PGC) dan Halte Blok M karena memudahkan pelaku perjalanan jika akan
berbelanja.
Bagaimana menjaga sterilisasi busway agar tidak mengganggu perjalanan Transj?
Headway 5 menit itu sudah maksimal, ketika kemacetan di jalan reguler terjadi. Memang
harus ada kesadaran dari pengendara angkutan umum maupun angkutan pribadi bahwa busway memang jalan khusus bagi TransJakarta. Kalau busway lancar tentu TransJ bisa berjalan dengan headway rendah.
Bisa saja ada petugas yang berjaga untuk mensterilkan, tapi kesadaran para pengguna
jalan itu lebih penting.
Apa yang perlu diperbaiki lagi dari transportasi DKI untuk mengatasi macet?
Secara umum harus ada penyesuaian trayek bagi angkutan umum lainnya supaya bisa jadi backbone atau tulang punggung bagi transportasi massal. Misalnya dengan menjadikan angkutan umum lain sebagai feeder atau penunjang. Sekarang ini kan beberapa angkutan umum seperti mikrolet jadi ngetem di sembarang tempat menunggu penumpang yang baru turun dari TransJ.
Sebaiknya dibuat halte untuk feeder. Ini akan jadi lebih baik. Jadi perlu penataan ulang
angkutan umum secara keseluruhan. Apalagi di beberapa tempat ada trayek ilegal. Kenapa trayek ilegal ini sampai ada? Ini karena di tempat itu masyarakat memang memerlukan angkutan umum. Karena tidak dijangkau maka ada yang ilegal. Ini bisa dibenahi oleh pemerintah.
(vit/fay)