"Apanya yang harus dikoreksi? Kalau kemudian diboikot, saya jadi bingung. Kenapa pada saat saya membuat sesuatu yang benar kok malah diboikot. Saya tidak menjelek-jelekkan agama Islam kok," kata Hanung dalam perbincangan dengan detikcom, Jumat (6/2/2009).
Perempuan Berkalung Sorban menceritakan perlawanan Anissa, seorang santriwati terhadap pengekangan perempuan di pesantren. Dalam film itu, Annisa berkata Islam tidak adil terhadap perempuan. Film menampilkan diskriminasi terhadap perempuan yang dilakukan ulama dengan dalih agama, seperti perempuan tidak boleh jadi pemimpin, perempuan tidak boleh naik kuda, perempuan tidak perlu berpendapat dan perempuan tidak boleh keluar rumah tanpa disertai muhrimnya. Setting film ini rentang tahun 1980-an hingga 1998.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berikut wawancara detikcom dengan Hanung Bramantyo:
Film Perempuan Berkalung Sorban saat ini ramai diperbincangkan, banyak pro dan kontra seputar film tersebut, bagaimana tanggapan anda sebagai sutradaranya?
Biasa itu, setiap karya pasti ada yang suka dan tidak suka. Itu adalah suatu konsekuensi dari proses kreatif yang baru. Kalau ada masyarakat yang tidak setuju, ya itu biasa. Dulu Ayat-ayat Cinta juga banyak menuai pro dan kontra pada saat penayangannya.
Imam Masjid Istiqlal menyerukan agar film anda diboikot, bagaimana pendapat Anda terkait hal tersebut?
Imamnya kok ya lucu, kok tidak menonton filmnya itu tapi kok malah bisa bilang sesat. Saya malah kasihan sama imam tersebut karena sudah tua, untuk datang ke bioskop pun dia perlu pertolongan orang muda. Menurut saya, imam tersebut sepertinya dibawa-bawa oleh masyarakat yang kontra untuk mengikuti pendapat masyarakat yang kontra dengan film tersebut.
Jika film anda tersebut diminta untuk dikoreksi atau katakanlah diproduksi ulang karena ada bagian yang tidak sesuai dengan ajaran Islam?
Lo kenapa harus dikoreksi? Film ini tidak menjelek-jelekkan agam Islam atau menjelek-jelekkan Alquran. Film ini justru mempertanyakan orang yang mengerti Alquran yang baca Alquran tapi tetap memaksakan kehendak laki-laki terhadap perempuan. Seolah laki-laki lebih berkuasa daripada perempuan dan kedudukan laki-laki seolah-olah lebih tinggi dari perempuan dan mereka menggunakan ayat-ayat Alquran itu.
Memang ada ayat yang mengatakan hal itu, ayat dalam Alquran ini yang sering digunakan laki-laki untuk menunjukkan kekuasaannya terhadap perempuan. Padahal ada ayat lainnya yang melengkapi isi ayat tadi, tapi ini jarang dikemukakan. Ini yang saya mau angkat dalam film ini sebenarnya.
Padahal ada hukumnya seperti yang ditulis di dalam ayat Albaqarah bahwa perempuan dan laki-laki itu saling melengkapi.
Jadi Anda balik mempertanyakan jika film ini di boikot atau diminta dikoreksi?
Apanya yang harus dikoreksi? Kalau kemudian diboikot, saya jadi bingung. Kenapa pada saat saya membuat sesuatu yang benar kok malah diboikot. Saya tidak menjelek-jelekkan agama Islam kok. Artinya orang itu hanya ikut omongan orang yang memang ingin memfitnah film ini. Wong dia juga belum nonton filmnya langsung kok.
Biodata Singkat:
Nama Lengkap: Setiawan Hanung Bramantyo
Tempat Tanggal Lahir: Yogyakarta, 1 Oktober 1975
Pendidikan: - Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia
-Jurusan Film Fakultas Film dan Televisi IKJ
Filmografi:
* Topeng Kekasih (2000)
* Gelas-gelas Berdenting (2001)
* When ... (film pendek) (2003)
* Brownies (2004)
* Catatan Akhir Sekolah (2005)
* Sayekti dan Hanafi (TV) (2005)
* Jomblo (2006)
* Lentera Merah (2006)
* Kamulah Satu-Satunya (2007)
* Legenda Sundel Bolong (2007)
* Get Married (2007)
* Ayat-Ayat Cinta (2008)
* Doa Yang Mengancam (2008)
* Perempuan Berkalung Sorban (2009)
(nov/iy)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini