Kombes Sri Rumiati Kritik Tes Keperawanan hingga Mimpi Polwan Jadi Kapolri

Kombes Sri Rumiati Kritik Tes Keperawanan hingga Mimpi Polwan Jadi Kapolri

- detikNews
Rabu, 04 Mar 2015 11:26 WIB
Kombes Pol Sri Rumiati (Foto: Aditya Fajar Indrawan)
Jakarta - Kombes Pol Sri Rumiati selama ini selalu berkomitmen memperjuangkan kesetaraan peran Polisi Wanita (Polwan) di Polri. Kritiknya mulai dari tes keperawanan hingga mimpinya bahwa suatu saat nanti akan ada Polwan yang menjadi Kapolri.

"Kapolri itu tidak pernah menandatangani tentang tes keperawanan dalam Perkap (Peraturan Kapolri), itu hanya wacana saja antara pihak bagian kesehatan.Tapi saya tetap akan berusaha, jangan sampai ada yang namanya tes keperawanan seperti itu," ujar Kombes Pol Sri Rumiati.

Hal itu dikatakan Kombes Pol Sri Rumiati usai menerima penghargaan Indonesian Women of Change (IWoC) Awards dari Kedubes AS di @america, Mal Pacific Place, SCBD, Jl Jenderal Sudirman, Selasa (3/3/2015) malam. Sri dianugerahi penghargaan itu karena upayanya mencegah dan menangani kekerasan berbasis gender serta memperjuangkan partisipasi yang lebih tinggi bagi kaum perempuan di Polri.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia menambahkan, banyak hal yang menyebabkan seorang perempuan tidak lagi perawan. Maka, jangan nilai perempuan dari keperawanannya.

"Perempuan yang tidak perawan itu jangan semuanya dicap tidak baik, bisa saja itu terjadi hal-hal kecelakaan dan sebagainya. Makanya jangan dihakimi sebagai perempuan yang tidak baik," imbuh perempuan kelahiran Semarang, 26 Agustus 1958 ini.

Sri masuk Kepolisian melalui program Sumber Sarjana Sekolah Perwira Polri angkatan 2 tahun 1984. Kini dia mengabdi menjadi peneliti dan pengajar di Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian-Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (STIK-PTIK).

Menurut dia pendidikan yang ditempuh Polwan pun tidak berbeda dengan pendidikan polisi pada umumnya hanya saja porsinya disesuaikan. Dia juga menyoroti jumlah Polwan di Polri saat ini hanya sekitar 3-4% saja dari total jumlah polisi di Polri, hanya separuhnya negara jiran.

"Hanya sekitar tiga sampai empat persen saja jumlah polwan yang ada di Indonesia dan berbeda dengan negara tetangga (Malaysia) yang memiliki jumlah polwan sampai sepuluh persen," menurut ibu dua anak yang suaminya meninggal pada 2004 ini.

Padahal, peran Polwan sangat krusial, apalagi di wilayah konflik. Polwan bisa membantu menurunkan tensi konflik itu.

"Waktu di Aceh dulu, hadirnya Polwan di tengah wilayah konflik sangat diapresiasi tinggi untuk menenangkan warga. Polwan ada untuk perempuan dan anak-anak Indonesia," jelas dia.

Yang sudah menjadi polwan pun, hanya sedikit di antaranya yang menjadi jenderal.

"Kurang lebih ada 3 atau berapa (Polwan yang menjadi jenderal), saya agak lupa, sekarang sudah ada jenderal perempuan bintang satu sampai tiga," imbuh peraih master di bidang psikologi ini.

Mungkinkah Polwan suatu saat nanti menjadi Kapolri?

"Bisa saja, mungkin saja. Karena itu selalu saya ingatkan kepada para murid Polwan di Akpol, kalau generasi muda nanti paling tidak harus ada yang menjadi Kapolri," jawab perempuan yang mengaku akan pensiun tahun depan ini.

(nwk/nrl)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads