"Awalnya saya kan kelas 3 SMA, mau mengirim aplikasi ke universitas. Ada kolom 'Achievement' (prestasi), nah punya saya kosong. Karena saya suka komputer, saya kemudian cari-cari dan ketemu link Google Code In dan mencobanya," jelas siswi SMAN 3 Bandung, Jawa Barat itu saat berbincang dengan detikcom, Kamis (5/2/2015).
Google Code In, seperti dilansir dalam situs Google, merupakan kontes pengembangan software open source untuk pelajar berusia 13-17 tahun. Lomba ini digelar dari 1 Desember 2014 sampai 19 Januari 2015. Kompetisi ini semacam pengenalan pada para pelajar akan pengembangan software open source. Para pelajar yang mengikuti kontes ini bekerja dengan 12 organisasi open source mitra Google yang berfungsi sebagai pihak yang memberikan tugas yang harus dipecahkan para peserta, sekaligus memberikan mentoring atau bimbingan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tugasnya seperti nyelesaiin bug-bug begitu sih," tutur abiturien SMPN 2 Bandung ini.
Di tengah menyelesaikan tugas-tugas kompetisi Google Code In itu, laptopnya tiba-tiba rusak. Dalam kondisi ini, dukungan orang tuanya sangat membantu.
"Waktu nyelesaiin tugas-tugas ini, laptop tiba-tiba rusak. Sama orang tua langsung dibelikan laptop baru," kisahnya sambil terkekeh.
Dirinya sendiri diberi tahu pihak Google menjadi salah satu dari 24 pemenang-- masing-masing organisasi open source diambil 2 pemenang-- pada Senin (2/2/2015) lalu. Hadiahnya, menurut situs kompetisi ini adalah kunjungan ke markas Google bersama satu orang tua.
"Hadiahnya, ada sertifikat yang bisa membantu saya untuk mendaftar ke universitas. Dan Juni nanti ada trip ke kantor pusat Google di California, jatahnya 2 orang, peserta dan orang tuanya," jelas Tasya yang juga suka main gitar dan musik klasik ini.
Tasya merupakan satu-satunya pemenang dari Indonesia, di mana pemenang lainnya berasal dari AS, India, Polandia, Ukraina, Rumania, Bulgaria dan Australia. Ini merupakan kali ketiga Tasya mengikuti kompetisi pemrograman, sebelumnya dia pernah menjajal Olimpiade Sains Nasional (OSN) namun hanya bertahan hingga tingkat provinsi.
Kegemaran Tasya akan komputer ini sudah dimulai sejak kecil. Sejak TK, dia sudah akrab dengan komputer, kemudian beranjak kelas 6 SD, Tasya sudah belajar desain web, hingga SMP dia sudah mulai bisa HyperText Markup Language (HTML) untuk membuat situs internet. Menariknya, Tasya mempelajari tentang pemrograman komputer itu secara otodidak melalui internet.
"Saya belajar sendiri melalui internet. Orang tua saya tak berkecimpung di dunia komputer, ayah saya seorang kimiawan dan ibu saya bekerja di bidang ekonomi," tutur gadis yang aktif pula di Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) SMA 3 Bandung ini.
Kini, Tasya berharap prestasinya ini bisa membantunya masuk universitas impiannnya, Institut Teknologi Bandung (ITB), Nanyang Technological University (NTU) dan Singapore University of Technology and Design (SUTD) di Singapura.
"Saya cita-citanya ingin jadi programmer. Suatu saat ingin jadi pengusaha start up yang kini sedang ramai," jelas gadis kelahiran Bandung, 24 Juni 1997 ini.
(nwk/try)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini