Dia berhasil menyisihkan 100 kandidat peneliti muda lainnya dari berbagai negara dalam penyerahan penghargaan tersebut di Tokyo, Jepang pada 11-12 Juli 2014.
Menurut dia, untuk mendapatkan penghargaan tersebut harus melalui proses seleksi ketat. Salah satunya, publikasi risetnya paling banyak dirujuk di publikasi jurnal internasional yang terpantau oleh Scopus. Scopus adalah layanan database terbesar di dunia yang meng-index publikasi di jurnal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan data di Scopus, lanjut dia, ada 62 publikasi miliknya di jurnal internasional, disitasi (dikutip) sekitar 373 kali oleh berbagai peneliti di berbagai negara. Beberapa jurnal yang yang memuat risetnya adalah International Journal of Food Properties, International Food Research, Journal of the American Oil Chemist Society, dan Global Journal of Pharmacology.
"Sebagian besar penelitiannya ada di jurnal di Amerika Serikat," katanya.
Tidak mudah mempublikasikan hasil riset di berbagi jurnal bertaraf internasional. Pada awalnya ditolak, namun dia tidak pernah putus asa. Dia pun tetap berusaha memilih mempublikasikan hasil risetnya di jurnal-jurnal berpengaruh dan berdampak besar pada kemajuan ilmu pengetahaun dan teknologi.
"Publikasi di jurnal itu seperti melamar anak gadis. Naskah artikel publikasi saya sering ditolak, dikomentari, lalu diperbaiki sampai 3-4 kali, kadang baru diterima," ungkap dia.
Tak semua menolak. Ada beberapa jurnal yang langsung menerima dan mempublikasikannya. Hasil riset yang dipublikasi di jurnal-jurnal tersebut menjadi rujukan bagi peneliti lain dari Malaysia, Spanyol dan Afganistan. Dia banyak membuat publikasi risetnya yang disitasi tersebut berkaitan dengan pengembangan analisis produk makanan halal lewat deteksi kandungan lemak, daging, dan gelatin babi pada produk makanan, kosmetik dan farmasi.
"Yang paling banyak disitasi itu tentang penelitian saya mengenai cara mendeteksi pemalsuan minyak zaitun yang dicampur minyak sawit. Saya mengembangkan cara deteksi kurang dari dua menit," kata dosen Farmasi yang menggeluti bidang kimia analisis ini.
Salah satu cara mendeteksi kandungan babi pada makanan adalah dengan menggunakan Fourier Transform Infrared Spectroscopy and Chemometrics. Dengan menggunakan teknologi sinar inframerah, mampu mendeteksi gugus fungsional yang khas pada minyak dan lemak babi. Bahkan bisa digunakan untuk lemak sapi, kambing dan lemak lainnya yang memiliki intensitas serapan yang berbeda.
Rohman bersama peneliti lainnya saat ini sedang mengembangkan alat cepat deteksi kandungan babi yang mereka namakan electronic nose. Sesuai dengan namanya, cara kerja alat ini menyerupai pola kerja indra penciuman manusia untuk mengenali pola asal bau.
"Bau lemak babi, kambing dan ayam kan berbeda. Alat ini masih dalam tahap pengembangan. Apabila ini berhasil, saya akan mencobanya untuk menguji tingkat kehalalan sebuah produk makanan," pungkas pria kelahiran Pati Jawa Tengah tahun 1977 ini.
(bgs/try)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini