Ditemui di Pangkalan AU Mushaf, dengan jilbab hijau zaitun, Ayesha mengembangkan senyumnya. Dia menjadi perempuan pertama, mendahului 5 rekan perempuannya di AU Pakistan, yang lulus ujian final pilot jet tempur.
"Saya tak merasa berbeda. Kami melakukan aktivitas yang sama, pengeboman tepat yang sama," kata Ayesha lembut mengomentari rekan-rekannya yang laki-laki, seperti dikutip dari Reuters, Jumat (14/6/2013).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia sempat berselisih dengan ibunya yang janda dan tak mengenyam sekolah 7 tahun lalu saat memutuskan masuk AU Pakistan.
"Dalam komunitas kami, mayoritas gadis tak berpikiran untuk menerbangkan pesawat," imbuh perempuan manis ini.
Tekanan keluarga, adat istiadat, budaya patriarki di militer membuat perempuan yang berkarier di AU Pakistan dibujuk untuk tak menjadi pilot pesawat tempur. Perempuan menerbangkan pesawat yang lebih lambat seperti mengangkut tentara dan membawa peralatan di Pakistan.
Ayesha memiliki motif kuat mengapa dirinya ingin menjadi pilot pesawat tempur. "Karena teroris dan lokasi geografis sangat penting bagi kami untuk mandiri," kata Ayesha merujuk pada militan Taliban dan kekerasan sektarian yang meningkat tajam.
Kini sekitar 4 ribu perempuan bergabung di militer Pakistan, sebagian besar bekerja di belakang meja dan pekerjaan medis. Di AU sendiri ada 316 perempuan, meningkat 3 kali lipat dibanding 5 tahun lalu.
Ada 19 pilot perempuan di AU Pakistan selama 10 tahun terakhir, namun Ayeshalah yang pertama kali menjadi pilot pesawat tempur.
(nwk/nrl)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini