Penelitiannya mengenai spesies laut, spons, yang nantinya memungkinkan untuk digunakan sebagai senyawa obat yang potensial untuk pengobatan penyakit seperti malaria, infeksi, kanker dan Alzheimer, telah mengantarkannya meraih beasiswa International Fellowships L'Oreal-UNESCO For Women In Science 2013.
Wanita kelahiran 3 November 1980 ini merupakan putri pertama dari pasangan Muhammad Munif dan Siti Hasanah. Sang ayah yang merupakan guru SD, sejak kecil mendidiknya untuk berilmu tinggi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bapak sering menemani aku belajar, jadi aku merasa bapak support aku banget," imbuh wanita yang hobi memasak dan karaoke ini.
Dikatakannya, sang ayah paling berperan mendidiknya sewaktu kecil sementara sang ibu sibuk mengurus adik-adiknya. Fatma memiliki dua adik perempuan.
Dosen di Departemen Kimia, Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya tersebut, menyambut gembira penghargaan L'Oreal-UNESCO yang diraihnya bersama 14 peneliti muda lainnya yang berasal dari berbagai negara. Dengan beasiswa International Fellowships sebesar US$ 40 ribu yang diterimanya, Fatma berkesempatan melanjutkan risetnya di Institute of Natural Products Chemistry, National Center for Scientific Research (CNRS) di Gif-sur-Yvette, Prancis.
Di laboratorium Prancis, Fatma akan dilatih untuk memisahkan dan menentukan struktur metabolit alami yang berasal dari spesies spons yang berbeda, dengan menggunakan teknologi canggih. Fatma pun berharap masa beasiswanya di CNRS, Prancis akan dilanjutkan dengan kolaborasi penelitian jangka panjang dengan institusi asalnya, ITS.
Sebelumnya, penelitian pascasarjana yang dijalani Fatma, baik di Indonesia maupun Jepang, berfokus pada analisa potensi medis dari zat-zat alami yang terkandung dalam tumbuhan dan jamur, khususnya yang digunakan dalam obat-obatan herbal.
Keberhasilan Fatma pun tak lepas dari dukungan sang suami, Adi Setyo Purnomo SSi M.Sc Ph.D. Keduanya kerap membahas tentang penelitian-penelitian yang mereka lakukan. Sang suami juga merupakan dosen ITS Surabaya.
Keduanya bertemu ketika sama-sama kuliah di Teknik Kimia ITS Surabaya angkatan 1998. Empat tahun kemudian, mereka lulus bersamaan. Keduanya pun menikah setelah menyelesaikan S1. Saat itu Fatma berumur 23 tahun. Setelah menikah, keduanya langsung melanjutkan studi S2 dan S3 di Jepang. Dengan mendapatkan beasiswa, Fatma pun meraih gelar M.Sc dan Ph.D dari Universitas Kyushu, Jepang.
Di tengah kesibukannya sebagai dosen dan peneliti, Fatma tetap harus membagi waktu untuk dua buah hatinya, Fahira Yumiko Azzahra dan Filza Michiko Farzama. Fatma pun mengaku bahwa dirinya harus pintar membagi waktu.
"Enggak bisa ngurus anak sambil bikin riset, jadi nunggu anak-anak tidur dulu baru nulis paper atau lainnya," tutur Fatma kepada detikcom yang diundang L'Oreal di sela-sela pekan acara For Women In Science di Paris, Prancis, 28 Maret 2013 lalu waktu setempat.
Mengenai penelitiannya tentang spesies spons yang banyak ditemukan di laut Indonesia, Fatma menegaskan bahwa penelitiannya ini masih mendasar atau fundamental.
"Untuk mengembangkannya harus lintas ilmu. Saya harus menjalin kerja sama dengan bidang farmasi, kedokteran, perusahaan-perusahaan," kata Fatma seraya mengatakan bahwa dirinya telah memiliki target mengenai pihak-pihak yang akan diajaknya bekerja sama.
Ketika ditanya apa impian yang ingin diraihnya, Fatma pun menyebut tentang keinginannya meraih Piala Nobel. "Namanya mimpi, kan harus tinggi, setinggi langit," ujarnya sembari tertawa.
(ita/nwk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini