Perempuan Jerman berusia 71 tahun ini mulai meninggalkan uang sejak 17 tahun lalu. Lantas bagaimana dia menghidupi dirinya?
Heidemarie dilahirkan dari keluarga pengungsi Perang Dunia II dari Prusia ke Jerman pada tahun 1940-an. Sebelum mengungsi, di Prusia, ayahnya memiliki pabrik pemanggangan kopi yang cukup sukses. Saat kecil hidup Heidemarie amat nyaman, selalu ada pembantu yang melayani plus tukang kebun keluarga, tentu mereka membayar mahal untuk pelayanan ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami kaya, namun berakhir menjadi sampah. Kami menjadi kaya lagi dan kami harus mempertahankannya. Saya selalu menilai diri sendiri, apakah kami kaya atau miskin," kata Heidemarie dikutip dari Business Insider.
Saat dewasa, Heidemarie kemudian bekerja menjadi guru dan psikoterapis dengan gaji yang bagus. Namun alih-alih menikmati uang hasil kerja kerasnya, dia malah merindukan masa anak-anaknya saat keluarganya jatuh miskin dan rindu akan masa-masa perjuangan di saat yang sulit itu.
Dia kemudian terobsesi mencari cara baru bagaimana agar bisa hidup tanpa uang, sekitar tahun 1994. Kemudian dia mendirikan yayasan pertukaran jasa, "Give and Take Central". Yayasan ini menolong dan melayani orang dengan cara yang sederhana. Seperti mengasuh bayi atau membersihkan rumah yang dibayar dengan makanan. Dari situ, Heidemarie menyadari bahwa dia semakin sedikit membutuhkan uang dari hari ke hari.
Sampai akhirnya seorang temannya menantang dia untuk tinggal di rumahnya selama 3 bulan. Heidemarie pun mengambil risiko untuk tidak hidup tanpa udang dalam setahun. Sampai akhirnya Heidemarie menjual semua barang miliknya, termasuk apartemen dan hanya menyimpan benda-benda kecil di dalam koper. Itu adalah cerita 12 bulan dirinya sebelum benar-benar hidup tanpa uang selama 17 tahun ke depan.
"Saya hanya ingin melakukan eksperimen dan di tahun itu, saya memperhatikan kehidupan yang baru. Saya tidak mau kembali ke kehidupan lama saya," jelas dia.
Awalnya, Heidemarie tinggal dengan kawan lamanya. Dia melakukan pekerjaan rumah di mana dia tinggal, seperti berkebun, membersihkan jendela dan sebagai imbal jasanya, Heidemarie menerima makanan. Namun semakin ke sini, dia tak lagi mengharapkan imbalan apapun.
Lama kelamaan gaya hidupnya itu menjadi pembicaraan orang-orang dan dia mulai diundang menjadi pembicara di kampus dan sekolah. Anehnya, Heidemarie hanya menerima bila pihak pengundang bersedia menyediakan tiket transportasi dan menolak bentuk pembayaran lainnya.
Heidemarie pun berpindah ke satu tempat ke tempat lainnya sejak itu. Kini hidup Heidemarie diisi dengan bepergian untuk menjadi pembicara dan berbagi tanpa memusingkan harus tinggal di mana dan makan apa untuk ke depannya.
Dia hanya menengok dua anak dan 3 cucunya beberapa kali per tahun dan sempat menyatakan tidak nyaman dengan gaya hidup Heidemarie.
"Sekarang mereka bangga dengan apa yang saya lakukan. Itu sudah cukup bagi kami," kata dia.
Janda yang bercerai dari suaminya 41 tahun lalu ini tidak menikah kembali. Pun juga tidak tertarik untuk berkencan kembali. Heidemarie mendapatkan pensiun namun mendonasikan semuanya. Dia juga tak mengacuhkan usianya.
"Sebagian orang seusia saya suka duduk di taman. Saya suka bepergian," jelasnya.
Jadwal Heidemarie cukup padat. Setelah sepekan menjadi pembicara di suatu wilayah, dia akan berkemas dan pergi ke tempat yang baru, masih di seputaran Eropa. Pengundang cukup menyediakan akomodasi transportasi.
"Saya selalu berpikir bagaimana saya bisa membuat kebaikan untuk hidup di dunia. Saya seperti peziarah kedamaian. Saya pergi dari satu rumah ke rumah lainnya untuk membagikan filosofi saya," jelas dia.
Seperti mengajari remaja Jerman pecinta lingkungan dengan barter. Di pasar segar, dia mengajari remaja itu untuk bertukar pensil dengan buah atau sayur. Juga membagikan stiker dengan tulisan 'Give and Take' dalam ceramahnya.
"Bila Anda membiarkan salah satu menjauh, maka hidup akan tidak seimbang," jelas dia.
Dia juga adalah traveller yang tak banyak membawa banyak bawaan. Ketika musim berganti, dia memberikan semua baju-baju lamanya dan menunggu baju yang baru yang datang. Bila ada yang memberinya baju, dia menyebutnya sebagai 'keajaiban' daripada amal.
"Saya melihat banyak keajaiban di kehidupan sehari-hari. Contohnya, di awal saya menemukan makanan. Sebelumnya saya berpikir mengenai hal itu, kemudian di jalanan orang-orang memberikan saya makanan," jelas dia.
Terkadang dia mengunjungi pasar segar hanya sekadar untuk meminta sisa-sisa makanan atau hasil produksi yang jatuh ke tanah. Namun dia menolak disebut sebagai gelandangan.
"Anda tak bisa membandingkan saya dengan orang gelandangan. Mereka tidak disukai dan tidak diundang ke rumah orang," tuturnya.
Banyak orang-orang yang nyinyir tentang gaya hidupnya dan menganggapnya parasit karena hidup melalui orang lain. Salah satunya saat diwawancara di RAI TV, Italia. Dalam wawancara itu, Heidemarie dipojokkan hingga membuat dia tak mau diundang wawancara oleh TV lagi.
Teman-temannya yang lelah melihat gaya hidup datang dan perginya ini pernah menawarinya tinggal lebih lama atau permanen. Namun semua itu ditolaknya.
"Tapi saya bilang tidak karena saya tidak bisa. Saya merasa saya harus pergi. Sudah selalu menjadi tugas saya untuk berada di dunia bersama orang-orang," jelasnya.
Sebagian lagi memandang gaya hidupnya sumber inspirasi yang visioner. Kini kisah hidupnya dibuat film dokumenter berjudul 'Living Without Money'.
"Saya pikir penting untuk memandang bahwa kita semua berasal dari satu sumber dan seluruh dunia ini organisme tunggal. Masing-masing kita adalah sel kecil dan kita harus bekerja bersama," jelas Heidemarie yang merasakan lebih bebas dan merdeka tak mengkawatirkan hal-hal yang terjadi di masa depan.
(nwk/nrl)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini