Cerita tentang Bolos dan Sambal di Ultah ke-60 Ratu Hemas

Cerita tentang Bolos dan Sambal di Ultah ke-60 Ratu Hemas

- detikNews
Rabu, 31 Okt 2012 20:17 WIB
GKR Hemas (dok detikcom)
Yogyakarta - Hari ini, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hemas, istri Sri Sultan Hamengkubuwono X, berulang tahun ke-60. Ratu Kraton Yogyakarta ini dikado buku, cerita tentang sambal terasi dan sst..! Ratu Hemas juga punya kisah membolos saat sekolah.

Ultah Hemas ditandai dengan peluncuran buku berjudul 'GKR Hemas: Ratu di Hati Rakyat'. Buku ini bercerita tentang kisah hidup Hemas, sejak kecil hingga menjadi Ratu dan menjabat Wakil Ketua DPD RI.

Acara yang dihelat di Hotel Aston Yogyakarta ini dimeriahkan monolog seniman Butet Kertaradjasa. Suasana terasa ringan dengan sentilan-sentilan segar. Ratusan undangan kerap kali tertawa terpingkal-pingkal.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tampak hadir seniman Djaduk Ferianto, artis Slamet Rahardjo, peneliti sosial-politik Sukardi Rinakit, tokoh agama Romo G Budi Subanar, budayawan Bakdi Sumanto, dan tentu, sang suami Sri Sultan HB X.

Dalam monolognya, Butet menyebut, Hemas hobi membuat sambal terasi. Tak hanya dikonsumsi sendiri tapi juga disuguhkan kepada para tamunya. "Sambil terasi itu membuktikan bahwa Ratu (GKR Hemas) tidak menempatkan dirinya lebih tinggi dari siapa pun meski berada di lingkungan keraton," kata Butet.

Sambal, menurut Butet, identik dengan selera rakyat. Hal itu menunjukkan sikap egaliter Hemas. Padahal selama ini keraton dianggap memuja status sosial.

"Tamu yang sering mencicipi sambal Ratu Hemas di antaranya almarhum Franky Sahilatua, Garin Nugroho, dan banyak lagi. Meski disuguhi sambal terasi, bukan berarti pelit lho ya. Mosok tamu keraton disuguhi sambal terasi," kata Butet disambut tawa para undangan.

Cerita sambal terasi tidak berhenti di situ. Butet menyebut, pada saat terjadi erupsi Gunung Merapi 2010 lalu, GKR Hemas menyelipkan sambal terasi sebagai tambahan dalam nasi bungkus. Bagaimana respon warga yang menerima nasi bungkus itu?

"Warga tidak mau makan. Bukan karena tidak enak tapi karena warga meyakini sambal bikinan Ratu itu membawa berkah. Mereka tidak memakan, tapi hanya menyimpannya," terang Butet.

Sementara tim penyusun buku, Faraz Umaya mengungkapkan, buku disusun berdasarkan keterangan teman-teman GKR Hemas. Salah satu teman seangkatan Hemas, Dr Inge, menyatakan Hemas sering bolos saat sekolah.

"Bu Ratu dulu punya geng, namanya geng Geradak. Suka membolos kalau pelajaran kosong. Paling sering dihukum karena sering bolos," katanya.

Soal ihwal hubungan Hemas dan Sri Sultan HB juga diceritakan di buku. Hemas sering menjemput Sultan, lalu keduanya 'jadian' di Kaliurang, Yogyakarta, dan akhirnya menikah.

GKR Hemas tidak begitu menanggapi sentilan-sentilan tersebut. Anggota DPD ini menyatakan komitmennya dalam memperjuangkan hak-hak perempuan. Masih banyak tantangan yang harus dihadapi, seperti kekerasan terhadap perempuan, perda yang mendiskreditkan perempuan, dan lain sebagainya.

"Jangan sampai, Perda membatasi gerak perempuan, karena perempuan sekarang juga menjadi tulang punggung bagi keluarganya. Kiprah perempuan itu banyak ditunggu oleh masyarakat tingkat bawah yang kurang menguntungkan," katanya.

(try/nwk)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads