Pria 28 tahun ini merupakan atlet renang asal Kalimantan Timur yang ikut dalam Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) XIV di Riau. Dia mengharumkan nama daerahnya setelah meraih emas di cabang olahraga renang gaya kupu-kupu 50 meter. Dia juga menyabet emas di gaya dada 100 meter. Untuk gaya kupu-kupunya, Guntur memecahkan rekor di Asia Tenggara dengan waktu 33 detik.
Guntur mengisahkan bagaimana dia kehilangan sebelah tangannya pada tahun 2000 silam. Saat itu dia mengalami kecelakaan di kapal motor di Kaltim. Tangan kirinya tergilas putaran mesin kapal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Guntur remaja yang baru saja kehilangan sebelah tangannya terus mendapat dukungan dari keluarga. Akhirnya dia mampu bangkit dari 'lubang hitamnya'. Dia tak ingin kekurangan fisiknya menjadi kendala dalam menjalani hidupnya.
"Waktu kecelakaan itu, malah saya sempat disalahin orang tua. Waktu itu saya sempat sedih melihat kondisi fisik saya. Ya kalau istilah sekarang galau gitulah," kata Guntur dalam perbincangan dengan detikcom, Selasa (9/10) semberi tersenyum.
Sebagai anak laut, air dan ombak telah akrab benar dengan diri Guntur. Tak heran ketika kondisi fisik dan metalnya membaik, dia kembali 'bergaul' dengan lautan. Guntur mencoba berenang dengan satu tangannya.
Fantastis! Kemampuan berenang Guntur tidak berkurang meski dia hanya mengandalkan ayunan tangan kanannya. Malah dengan satu tangan, pria yang bercita-cita menjadi pengusaha ini merasa bisa berenang lebih cepat dari sebelumnya.
"Saya awalnya juga tidak percaya, kok dengan tangan satu malah saya lebih cepat berenang. Inilah yang membuat saya termotivasi untuk terus latihan ingin menunjukan pada semua orang, bahwa kekurangan juga bisa berprestasi," papar Guntur.
Dia menuturkan saat menyabet dua mendali emas dan satu perak di ASEAN Paralimpik Games, Guntur menerima bonus dari pemerintah sebesar Rp 130 juta-an. Guntur juga mendapatkan asuransi kesehatan dari Pemprov Kaltim.
"Kalau asuransi kesehatan saya memang dapat. Tapi kalau ditanya apakah saya mendapatkan rumah atas prestasi di ASEAN Paralimpik, sampai sekarang rumah tidak dikasih," kata Guntur.
Terkait bonus yang diterima atlet seperti Guntur dan atlet yang terlahir normal, menurutnya ada perbedaan. Atlet di ASEAN Paralimpik Games yang menyabet satu emas mendapatkan Rp 50 juta. Sedangkan atlet yang berkompetisi di SEA Games mendapat bonus Rp 200 juta untuk satu emas.
"Kalau ditanya ada diskriminasi apa tidak, ya silakan terjemahkan sendiri saja. Tapi saya tetap ikhlas dan menerima apa adanya. Mungkin memang begitulah yang harus kami terima. Yang penting kita bisa bepretasi," ujar Guntur.
Lantas beranikah ditantang adu renang dengan atlet renang yang normal? "Kalau atlet normal itu berenangnya dengan satu tangan juga, saya berani tantang," ucap Guntur sambil tertawa.
(vit/nrl)