Melani, Atlet Renang Tuna Grahita yang Berprestasi

Melani, Atlet Renang Tuna Grahita yang Berprestasi

- detikNews
Selasa, 09 Okt 2012 12:17 WIB
Pekanbaru - Melani Putri (15) baru saja mengukir prestasi gemilang memecahkan rekor renang gaya dada 50 meter di Pekan Paralimpik Nasional XIV 2012 di Riau. Dia juga menjadi harapan Indonesia untuk ASEAN Paralimpik Games mendatang di Vietnam.

Melani melangkah dengan sempurna memasuki ruangan Media Center Utama Peparnas di gedung Perpustakaan Soeman Hasibuan di Jl Sudirman, Pekanbaru. Mengenakan jakat serbah merah didampingi orangtua kandungnya, Asri alias Ahok (49). Sekilas tidak ada yang kurang dari penampilannya. Kaki, tangan semua anggota badannya tumbuh dengan sempurna.

Melani duduk bersama panitia untuk memberikan keterangan pers. Melani terkadang senyum-senyum, meski terkadang dia terlihat menatap ke depan dengan pandangan mata yang kosong.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Melani memang tidak cacat fisik, namun dia memiliki kelemahan terkait IQ-nya. Manusia normal umumnya memiliki IQ di atas 100. Namun atlet renang kelahiran 3 Mei 1998 yang lahir di Pekanbaru ini hanya memiliki IQ 64. Inilah kelemahan Melani sehingga dia masuk dalam kontingen paralimpik asal Bumi Lancang Kuning Riau.

Pun ketika menjawab pertanyaan pers yang begitu panjang, Melani lebih banyak menghela nafasnya. Dia tidak bisa menjawab jika ada pertanyaan lebih dari satu. Sehingga orang tuanya yang sekaligus pelatih renang putrinya memberitahukan bahwa anaknya tidak bisa menjawab pertanyaan yang begitu panjang.

Untuk melatih Melani serta atlet cacat mental lainnya, memang dibutuhkan kesabaran yang ekstra. Mengapa? Sebab penyandang tuna grahita selalu lambat dalam berpikir. Misalkan, saat latihan disuruh berenang sampai ke ujung dan harus kembali lagi, tapi kadang malah tidak balik dan dengan santai keluar dari kolam renang.

"Di sinilah dibutuhkan ektra kesabaran, karena memang atlet tuna grahita kadang tidak paham dengan apa yang kita harapkan. Karena itu pelatihan mereka dibutuhkan kesabaran yang besar," kata Ahok.

Melani yang merupakan anak bungsu dari 5 bersaudara ini, di usia 15 tahun masih duduk di bangku SLB kelas 6. Orang tuanya baru mengetahui kelemahan anaknya ini ketika Melani duduk di bangku kelas 4 SD. Gurunya saat itu pun menyarankan Melani dipindahkan ke SLB karena tidak dapat mengikuti pelajaran.

Dari sanalah, orang tua membawanya ke dokter psikolgi untuk mengukur IQ-nya. Setelah itu barulah orang tua menyadari kelemahan putrinya. Tidak ingin melihat putrinya down, mereka pun terus memberikan semangat. Kemampuan Melani terus diasah sehingga kini gadis itu menjadi atlet yang berprestasi.

"Melani sekarang memang kelas 6 SLB, namun jika diuji kemampuannya, maka otaknya masih setara dengan anak SD formal kelas 2. Inilah sisi kelemahan anak saya," ucap Ahok.

Selain itu Melani tidak bisa berjalan sendiri dalam jarak yang cukup jauh. Karena itu setiap pergi kemana pun, termasuk ke sekolah, Melani harus didampingi keluarganya.

"Kalau sudah berjalan cukup jauh dari rumah, anak saya ini tidak bisa pulang sendiri. Dia tidak bisa menghafal jalan walau sudah bolak-balik dia lalui," terang Ahok.

Dorongan semangat dari orang tua kepada Melani yang tak pernah pupus itu membuahkan hasil. Dalam Pekan Olahraga Pelajar Cacat Nasional tahun 2011 di Pekanbaru, Melani menyabet dua mendali emas.

Prestasinya dalam berenang kian gemilang. Terbukti dalam Peparnas 2012 Melani memecahkan rekor ASEAN Paralimpik Games dengan kecepatan waku berenang 47,42 detik. Prestasi ini mengalahkan rekor sebelumnya yang juga diraih atlet asal Sumsel, Mayang Sari dengan waktu 49,16 detik.

"Alhamdulillah, saya bisa menang. Tidak menyangka bisa pecah rekor," ucap Melani polos.

Tapi sadarkah Melani dengan kondisi IQ-nya yang di bawah rata-rata itu? Menurut Ahok, anaknya sama sekali tidak menyadari hal itu. Andaikan saja dia sadar bahwa dia adalah anak yang tumbuh dengan IQ yang berbeda dengan orang kebanyakan, mungkin Melani tidak bersedia bertemu dengan banyak orang, apalagi media massa.

"Anak saya itu tidak sadar kalau dia memiliki kekurangannya itu. Kalau dia tahu, pastilah dia malu untuk tampil di depan wartawan," ucap Ahok.

Saat kamera foto mengarah ke wajahnya, Melani spontan tersenyum dan mengacungkan medali emas yang tergantung di lehernya. Orang tuanya pun menatap bangga pada Melani seraya berharap putrinya mampu menunjukkan prestasi di ASEAN Paralimpik di Vietnam mendatang.

(cha/vit)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads