Sebagai anggota TKHI 1433 H dari embarkasi Surabaya, Dewi terus melayani kesehatan jamaah terutama dari Kloter SUB 3. Bersama perawat, Supriadi dan tenaga medis lainnya, mereka melayani dan memantau kesehatan para jamaah.
Kamar penginapan dan lorong kamar hotel dijadikan tempat pemeriksaan. Para jamaah rela duduk lesehan di lorong hotel menunggu diperiksa. Dewi membawa alat stetoskop. Sedangkan Supriadi membawa alat pengukur tekanan darah/tensimeter.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah satu kegiatan setiap pukul 10.00-15.00 WIB adalah melakukan visitasi/kunjungan ke kamar-kamar jamaah. Pintu kamar yang telah dikunjungi diberi kartu kendali berupa tanda paraf dan tulisan berisi tanggal visitasi. Kertas warna merah tua seukuran 10x5 cm itu dipasang di pintu kamar. Dia sengaja menyiapkan dan membawa kertas-kertas tersebut sejak keberangkatan dari Surabaya.
Untuk mengetahui kepuasan jamaah atas pelayanan kesehatan, Dewi juga membuat semacam survei kecil-kecilan menggunakan dua buah kertas HVS dan stiker warna merah jambu dan hijau. Stiker warna merah jambu sebagai tanda jamaah kurang puas. Sedangkan stiker warna hijau tanda jamaah puas akan layanan kesehatan. Jamaah sendiri yang akan menempelkan stiker itu di kertas yang terpasang di tembok lorong hotel.
"Ini saya buat sendiri dan saya bawa langsung dari embarkasi Surabaya," kata Dewi yang sehari-hari bekerja di RS Haji Surabaya itu.
Di salah satu kamar jamaah no 201 di Hotel Manazil Muktarah, dia memeriksa kesehatan salah satu jamaah, Sri Sapti Susetyaningsih yang menderita sakit demam dan ada gejala hipertensi.
"Apa yang dirasakan, Bu?" tanyanya sambil memeriksa detak jantung pasien dengan stetoskop.
Pasien Sapti kemudian mengungkapkan kalau badannya masih meriang dan pusing.
"Sudah makan atau belum, Bu?" timpal Dewi.
"Belum," jawab Sapti dengan nada rendah dan masih terbaring di tempat tidur.
Dewi kemudian menyarankan untuk segera makan agar kondisi badan cepat pulih. Dia meminta makanan yang diberikan saat itu harus dimakan waktu itu juga. Menurutnya jatah makan siang tidak boleh dimakan waktu malam, atau jatah makan malam untuk makan pagi besoknya.
"Tidak boleh ya Bu, nanti perutnya jadi sakit. Bisa kembung karena tidak kemasukan makanan," katanya.
Kepada wartawan dia mengungkapkan yang paling banyak dirasakan pasien adalah sakit batuk, pilek, badan pegal-pegal dan pusing.
Dia menyarankan agar pasien untuk banyak beristirahat, makan-makanan yang bergizi dan banyak beristirahat. Bila hendak keluar kamar pondokan untuk salat di Masjid hendaknya menggunakan masker basah.
"Banyak minum air agar tidak dehidrasi dan pakai masker basah," pungkas Dewi.
(bgs/nwk)