Pria yang didaulat menjadi Kepala Dinas Damkar DKI ini sejak tahun 2008 ini, mengatakan, sebagai pucuk pimpinan Damkar DKI, dirinya harus bisa mengomandoi dan memotivasi anak buahnya. Dia menuturkan, terjun ke lapangan berdasarkan nalurinya sebagai pemimpin Damkar.
"Tujuan saya ke lapangan, untuk memotivasi. Bagaimana pun juga, mereka pasti akan merasa diperhatikan karena pimpinannya pun tak segan membantu mereka," ujar Paimin saat ditemui detikcom, di kantornya, Jl KH Zainul Arifin, Jakarta, Rabu (28/9/2011).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sayalah yang merealisasikan dana insentif risiko tingkat tinggi, kepada petugas lapangan, sebesar Rp 1 juta," jelasnya.
Ada banyak pengalaman selama dia turun ke lapangan untuk memadamkan api. Misalnya saja pengalaman terguyur air comberan saat memadamkan api di Tambora, Jakarta Barat, 2 tahun silam.
"Saat itu kan warga menyiram air comberan dengan membabi buta, dan saya pun terkena guyuran," kisah Paimin.
Anda tidak marah? "Tidaklah, meski pun airnya bau," ucapnya sambil tertawa.
Paimin juga sempat menerima perlakuan kasar dari warga yang terkena musibah kebakaran. Misalnya saat dia dan rekan-rekannya yang sedang berusaha memadamkan api di pemukiman di Pademangan, Jakarta Utara, setahun yang lalu.
"Ada satu warga yang panik, dia menyabet saya dengan ikat pinggang. Alasan dia menyabet saya karena kita tidak memadamkan rumahnya, padahal kita sedang memadamkan rumah-rumah di sekitarnya agar tidak merembet besar ke rumahnya," imbuh pria lulusan AKABRI 1978 ini.
Meski demikian, Paimin menganggap itu risiko sebagai petugas Damkar. Ia menjelaskan, tingkat emosional korban kebakaran memang sangat tinggi, dan ia memaklumi benar.
"Intinya kita tetap bertugas. Pantang pulang sebelum padam," tegasnya.
Namun Paimin sangat menyayangkan sikap warga yang kerap menjahili petugas Damkar. Misalnya ada yang iseng melaporkan kebakaran. Tetapi ketika petugas sudah di lokasi, ternyata tidak ada kebakaran.
"Pernah kita ditelepon (ada kebakaran), dan kita datang ke lokasi. Rupanya itu hanya bakar sampah, dan kita ditertawakan saat mobil kita samapai lokasi," keluh pria yang memilik 5 anak ini.
Paimin, meminta warga tidak menganggap masalah kebakaran sebagai hal yang remeh-temeh. Dia mengingatkan, kebakaran bukanlah sesuatu yang bisa dibuat bercandaan, karena menyangkut nyawa seseorang. Dia juga menyesalkan sikap warga yang suka merusak fasilitas pemadam kebakaran.
"Pernah saat kebakaran di suatu tempat, kita menemukan hydran (alat untuk menyambungkan selam pemadam ke sumber air) yang sudah dirusak. Bagian atasnya dicopot, karena mengandung logam kuningan," paparnya dengan nada kesal.
Di akhir karirnya kelak, Paimin ingin membuat sebuah buku bertema kebakaran, mulai dari penganggulangan, penanganan, hingga pengalaman dirinya saat terjun ke lapangan. Suatu saat nanti jika sudah tak menjabat sebagai Kepala Damkar DKI, dia bertekad akan selalu berbakti bagi dunia pemadam kebakaran.
"Pasti saya akan terus berbakti, terutama di bidang keilmuannya," kata Paimin mengakhiri pembicaraan.
(vit/vit)