Dia meninggalkan 3 orang anak dan seorang cucu. Ia mendapatkan Nobel di bidang perdamaian karena aktivitasnya di bidang sosial dan lingkungan melalui gerakan Green Belt yang dirintisnya pada 1977.
"Keluarga Profesor Wangari Maathai mengumumkan dia meninggal pada tanggal 25 September 2011, di rumah sakit Nairobi, setelah perjuangan panjang melawan kanker. Dia ditemani bersama dengan orang-orang tercintanya hingga saat-saat terakhirnya itu," demikian seperti dilansir The Guardian, Senin (26/9/2011).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Maathai pernah menjabat sebagai asisten menteri dalam pemerintahan Presiden Mwai Kibaki dari 2003-2005. Namun, pemberontakan terhadap pemerintah harus membuat Maathai kehilangan kursinya.
Kemudian Maathai bergabung dengan perjuangan melawan rezim yang represif dan korup dari Daniel Arap Moi yang membawanya ke dalam konflik dengan pemerintah. Beberapa kali Maathai pernah dipukuli dan ditangkap sehingga membuatnya menjadi pahlawan di Kenya karena keberaniannya itu.
Dalam pemberian Nobel Perdamaian pada tahun 2004, dikatakan bahwa tindakan uniknya telah menarik perhatian terhadap penindasan politik, nasional, dan internasional.
"Kepergian Profesor Maathai adalah kesedihan yang mendalam bagi semua orang yang mengenalnya. Karena ia telah membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik, lebih damai dan sehat," kata salah seorang kerabatnya.
(nwk/nwk)