Galau Seorang Slamet Riyanto

Galau Seorang Slamet Riyanto

- detikNews
Selasa, 20 Sep 2011 11:13 WIB
Jakarta - Haji dan Slamet Riyanto adalah dua hal yang tak terpisahkan. Mengurusi haji sejak 1980-an, wajar bila nama Slamet terkenal identik dengan haji.

"Bukan terkenal mungkin, tapi membosankan," seloroh Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umroh Kementerian Agama ini sembari terkekeh, dalam acara pembekalan petugas media center haji, 19-21 September 2011.

Beberapa dekade menerjuni dunia haji membuat Slamet hafal betul perbedaan pengelolaan haji zaman baheula dan era kini. "Manajemen haji sekarang ada kemajuan signifikan, bahkan banyak negara asing yang belajar dari kita," ujar pria humoris kelahiran Majenang ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meski demikian, Slamet masih menyimpan galau. “Output yang dihasilkan setelah menunaikan ibadah haji, misalnya perubahan akhlak yang bisa diteladani, belum tampak," kata Slamet.

"Ini di mana masalahnya, apa di manasiknya, pembinaannya... Saya memikirkan betul itu," katanya prihatin. Itulah PR besar yang belum terpecahkan.

Slamet menilai, bila output haji seperti pak haji tempo doeloe yang jumlahnya sedikit namun dihormati dan disegani masyarakat sesuai kualitasnya, maka sedikit banyak akan membantu mengatasi krisis keteladanan yang dihadapi bangsa kita.

Selama mengurusi haji, Slamet memahami ibadah haji tidak hanya soal rasional saja, tapi banyak juga muatan tak masuk akalnya. Misalnya, ketika bicara tingkat kematian jamaah haji. “Saya bilang ke rekan di Kemenkes, angka kematian jangan jadi tolok ukur kesuksesan penyelenggaraan haji. Lha gimana lagi, soalnya banyak jamaah yang justru berdoa ingin meninggal di sana. Kita juga tidak bisa melarang jamaah risti (risiko tinggi) untuk berangkat haji. Yang penting kita sudah berusaha baik, soal mati itu urusan Allah," ujarnya.

Slamet mencontohkan irasionalitas haji lainnya yang diingatnya beberapa tahun silam. Kala itu, pendaftaran haji sudah ditutup tapi ada seorang pria yang bersikeras melobi semua pejabat di Kemenag agar dia dimasukkan kuota. Dengan argumen dan alasan macam-macam, akhirnya pria itu berhasil mendapatkan rekomendasi untuk berangkat. Tapi setiba di Tanah Suci, pria tersebut berakhir dengan tewas terinjak-injak dalam suatu musibah.“Jadi dia seperti setor nyawa saja," ujarnya.

"Karena banyak yang tidak rasional, maka kita harus pasrah dan tawakal pada Allah," kata Slamet.

Masih ada pengalaman unik yang dialami Slamet selama menjadi pejabat haji, misalnya menangkap dua orang yang mencoba memerasanya.

Pertama, dia menangkap seorang pria yang mengaku-aku staf ahli presiden bidang media massa. Kedua, dia menangkap seorang oknum Kejaksaan yang menunjukkan surat penangkapan 18 nama, termasuk dirinya. Agar dia tidak ditangkap, oknum itu minta Rp 5 miliar.

"Uang dari mana pula saya? Saya jual istri, anak,harta benda saya pun tidak sampai Rp 5 miliar," canda Slamet yang kala itu bingung atas masalah apa dia akan ditangkap.

Setelah mengatur strategi dengan polisi dan kejaksaan, akhirnya oknum itu bisa dijebak dan ditangkap. "Kalau kita memang benar, kita tidak usah khawatir. Tapi kalau salah, akan habis-habisan dikerjai orang," itulah pesan moral Slamet Riyanto.

(nrl/vit)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads