Mashoedah dan Alat Bantu Belajar Huruf Braille

Mashoedah dan Alat Bantu Belajar Huruf Braille

- detikNews
Kamis, 15 Sep 2011 11:12 WIB
Yogyakarta - Mashoedah, MT dosen Pendidikan Teknik Elektronika, Fakultas Teknik (FT) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) berhasil menciptakan media pembelajaran huruf Braille dengan tombol tekan dan penyuaraan bagi tuna netra. Berkat alat yang diciptakan itu, dia juga berhasil meraih juara II tingkat nasional ajang Sang Penemu yang diselenggarakan oleh TVRI.

Alat yang diciptakan itu telah memudahkan para penyandang cacat tuna netra dalam mempelajari huruf Braille. Selama ini para penyandang tuna netra masih menggunakan metode konvensional dalam belajar huruf Braille.

Mayoritas metode pembelajaran di sekolah masih menggunakan peralatan sederhana seperti papan tulis Braille (pantule). Metode ini juga membuat siswa tidak mandiri karena selama proses pengajaran siswa harus terus didampingi oleh guru.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Selain itu alat lama juga cukup berbahaya bagi pemakainya, karena alat yang terbuat dari semacam paku itu dapat terlepas," kata Mashoedah kepada wartawan di kampus UNY Karangmalang, Yogyakarta, Rabu (14/9/2011) kemarin.

Menurut dia, alat bantu baca huruf Braille karyanya pada dasarnya sama dengan media pembelajaran huruf Braille lainnya. Dia hanya menambahkan inovasi teknologi pada alat tersebut yakni push button (tombol tekan) jenis toggle, voice chip dan micro controller.

"Alat ini memiliki enam titik huruf Braille yang kemudian digabung dengan konfigurasi huruf abjad dari A-Z dan angka 0-99," katanya.

Menurut dia, cara kerja alat ini juga sederhana. Pertama, tombol yang telah terhubung dengan micro controller jika ditekan secara otomatis akan membaca konfigurasi huruf, tanda baca, angka dan vokal konsonan. Setelah konfigurasi terbaca, micro controller akan mengolah data dari tombol menjadi data penyuaraan yang dikerjakan oleh voice chip.

"Setelah proses pengerjaan suara selesai voice chip akan menginstruksikan pada siswa bagaimana tata cara pengoperasian alat ini," katanya.

Saat membuat alat ini, Mashoedah mengaku tidak sekali langsung berhasil. Dia sempat mengalami kegagalan sebanyak 10 kali. Dia juga mengeluarkan biaya sebesar Rp 600 ribu untuk mencipatkan alat itu.

"Meski berkali-kali gagal, saya tetap semangat dan terus memperbaikinya. Keinginan saya waktu itu hanya untuk membantu anak-anak tuna netra agar bisa belajar dengan mudah sehingga bisa mengakses berbagai informasi," katanya.

Dibandingkan dengan alat yang ada lainnya lanjut Mashoedah, alat ini memiliki beberapa kelebihan antara lain siswa dapat lebih mandiri dalam belajar. Siswa dapat belajar sambil bermain karena alat ini ringan dan mudah dibawa karena juga dilengkapi dengan sumber energi dari baterai.

"Alat ini juga didaftarkan hak patennya ke Dirjen HKI dengan nomer pendaftaran P00201100173. LIPI juga tertarik untuk memproduksi alat ini secara masal yang rencananya akan diproduksi dari 50-100 unit untuk didistribusikan ke Sekolah Luar Biasa (SLB) di seluruh Indonesia. Kami hanya ingin anak-anak tunanetra bisa belajar huruf Braille lebih mudah," demikian harapnya.

(bgs/fay)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads