"Satu hal yang saya sangat terkesan dari beliau adalah kemampuan menangkap pesan atau makna dibalik pernyataan pihak asing yang terkadang tersamar," ujar Faiz melalui telepon, Kamis (27/1/2011).
Faiz menuturkan dirinya mendapatkan pelajaran tersebut pada 2003-2004 membantu Ali Alatas dan Nana Sutresna sebagai Kepala Sekretariat Utusan Khusus Presiden. Salah satu misi yang dijalankan pada waktu itu adalah menjadi penyambung lidah antara pemerintah Korea Utara dan Korea Selatan untuk meredakan ketegangan di antara dua negara serumpun tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selama berlangsungnya proses mediasi tersebut, Faiz menyaksikan langsung kehandalan duet Ali Alatas dan Nana Sutresna menjadi penyambung lidah yang sangat cakap. Dua begawan yang mencoba menyampaikan pesan semirip mungkin dengan maksud dari masing-masing negara plus menggabungkannya dengan pesan damai yang dibawa Indonesia.
"Kemampuan ini adalah hasil ketekunan berdiplomasi bertahun-tahun. Sulit saya menjelaskan karena baru bisa dirasakan saat menjalankan misi diplomasi itu sendiri," jawabnya ketika reporter detikcom meminta gambaran lebih jelas mengenai ilmu langka itu.
"Saya bersedih atas berpulangnya beliau. Kita doakan agar almarhum diberikan kemudahan oleh Allah SWT," sambung Faiz yang sedang berada di Davos, Swiss, mendampingi Presiden SBY mengikuti World Economic Forum (WEF).
Hal serupa juga disampaikan oleh Dino Pattidjalal. Menurut duta besar RI untuk AS itu, Nana Sutresna adalah diplomat ulung yang sangat dihormati jajaran diplomat di dalam dan luar negeri.
"Beliau selalu negosiator yang ulung dan selalu berpikir strategis," kenang Dino yang juga dihubungi melalui telepon.
(lh/fay)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini