Meski nilai harta karun yang diangkat dari perairan Cirebon itu bernilai US 80 juta dollar, namun Adi mengaku soal harta karun adalah cuma hobi.
"Ini hanya hobi saja, saya memang suka keramik. Saya menghargai keramik," kata Adi di gudang penyimpanan harta karun di Jl Pajajaran, Pamulang, Tangerang Selatan, Selasa (4/5/2010).
Adi mengatakan, pekerjaan utamanya di PT Swasti Bahari Utama, bergerak
di bidang penyewaan kapal. Tidak tanggung-tanggung yang menjadi kolega bisnisnya adalah perusahaan minyak kelas kakap seperti Chevron, Exxon Mobil, dan Conocophilips.
"Dapur saya di penyewaan kapal," kata Adi yang juga direktur di PT Swasti Bahari Utama.
Adi bercerita menyukai keramik dan benda bersejarah sejak tahun 1986. Maklum saja, ayah Adi juga salah satu penggila keramik dan benda-benda peninggalan sejarah.
"Sejak tahun 1986, saya sering mengunjungi museum-museum," kata Adi.
Adi mulai mendirikan PT Paragidma Putra Sejahtera pada tahun 2001 dan baru dua tahun berikutnya ia pertama kali mendapat informasi tentang lokasi harta karun. Lokasi itu ialah perairan Cirebon, yang hasil angkatannya akan dilelang besok.
Karena pelelangan besok adalah yang pertama, Adi mengaku belum mendapat keuntungan apa-apa. "Sepeser pun saya belum terima," kata dia.
Sebaliknya, kerugian sering kali ia dapatkan. Misalnya saja, saat informasi yang diberikan nelayan mengenai lokasi harta karun tidak benar atau barang muatan kapal tenggelam itu tidak berharga.
"Surveinya saja bisa 10 ribu samapai 20 ribu dollar. Belum izinnya," ungkap dia.
Kerugian itu terjadi pada pengangkatan kedua yang ia lakukan di Kawarang, Jawa Barat. Di lokasi itu, ia hanya mendapatkan gundukan mangkuk yang sudah pecah.
"Tapi tetap saya akan lelang, untuk meminimalisir kerugian," katanya.
(lrn/rdf)