Penghargaan ini diberikan atas capaian kelompok penelitian Endang dalam bioteknologi anggrek. Endang menemukan metode transfer gen yang lebih mudah dari yang sudah dilakukan oleh orang lain, tetapi menghasilkan frekuensi masuknya gen yang lebih tinggi ke sel tanaman anggrek.
Endang dinobatkan sebagai juara pertama, berhasil mengungguli 159 peserta peneliti dari 36 negara di antaranya Jepang, Taiwan, Thailand, Singapura, Inggris dan beberapa negara Eropa lainnya. Selain Endang, pemenang kedua diraih Dr Hideki Kondo dari Okayama University, Jepang, dan ketiga Dr SΒ Mita dari Shizuoka University.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Endang, salah satu kelebihan penelitiannya adalah adanya metode baru perbanyakan tanaman anggrek secara massal dan cepat dengan pendekatan genetika molekuler dan aplikasi teknik kultur jaringan.
"Tekniknya mudah dan reprodusibel, juga menghasilkan tunas dalam jumlah banyak. Sehingga dapat digunakan sebagai terobosan baru dalam teknik kultur jaringan tanaman anggrek," katanya.
Dengan metode transformasi gen yang diterapkan Endang, dalam jangka satu tahun tanaman anggrek bisa menghasilkan tunas baru. Dibandingkan dengan cara konvensional, setidaknya dibutuhkan selama dua tahun untuk anggrek menghasilkan tunas baru dan tiga tahun menghasilkan bunga pertama.
"Dengan metode ini, terbukti 2 tahun anggrek bisa hasilkan bunga, sudah saya terapkan ke beberapa tanaman anggrek lainnya seperti Vanda tricolor forma Bali dan forma Merapi," kata Endang yang mengaku mendapatkan hadiah berupa bantuan dana penelitian sebesar 125 ribu Yen dan sempat mendapat perhatian khusus dari permaisuri Jepang.
Menurut dia, anggrek juga termasuk jenis tanaman yang sulit untuk diperbanyak dan butuh waktu yang lama. Saat ini alagi tingkat kerusakan anggrek juga semakin meningkat dari sekitar 5.000 jenis saat ini yang terancam punah mencapai 3.500 jenis.
Dia mengaku selama 3 tahun pertama, dirinya hampir putus asa, karena saat itu dia bekerja sendirian. Apalagi metode ini tidak langsung berhasil.
"Hampir semua uang dari gaji dan sisa beasiswa saya dari Jepang habis untuk itu," katanya.
(bgs/nrl)