Widodo Budidarmo (37) mengaku pernah menjalani hidup sebagai waria yang mangkal di Taman Lawang. Namun, aktivitasnya di sana bukan sebagai penjaja seks.
"Saya penasaran dengan kehidupan di sana. Saya juga ingin sekadar kumpul-kumpul saja bersama teman-teman sambil dandan," ujarnya usai jumpa pers pemaparan hasil Pertemuan Nasional I Waria di Restoran Omah Sendok, Jl Senopati, Jakarta Selatan, Kamis (29/1/2009).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bahkan saya sendiri pernah dipukuli oleh orang-orang yang tidak suka sama waria," tambahnya.
Atas dasar itu, kemudian Widodo semakin sering berdiskusi tentang kekerasan terhadap waria. Lewat proses konsolidasi yang panjang, akhirnya pada tanggal 15 Januari 2006, ia mendirikan sebuah organisasi yang bervisi memberikan advokasi bagi para waria yaitu Arus Pelangi.
Selama 3 tahun berdiri, ia mengaku sudah memiliki anggota 1.000 orang yang tersebar di seluruh Indonesia. Tidak hanya waria, di dalam Arus Pelangi juga terdapat para aktivis hingga anggota Dewan.
"Intinya kami concern terhadap kekerasan yang menimpa waria. Terakhir kami baru saja membela seorang waria di Purwokerto. Kami juga siap membela kaum gay dan lesbian," jelasnya.
Perjuangan Widodo tidak sia-sia. Ia mengaku sudah banyak perubahan yang diperoleh kaumnya dalam waktu belakangan ini. Bahkan pihaknya mengaku sudah difasilitasi oleh Komisi IX DPR untuk bertemu dengan pejabat Depnakertrans terkait peluang kerja bagi waria.
Bagi Widodo atau Shaqila, seorang waria adalah warga negara juga. Sampai kapan pun, ia tidak akan pernah malu menjdi seorang waria.
"Bahkan sampai sekarang saya masih sering dandan mas kalau ke sidang," pungkasnya.
(mad/nrl)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini