Keluhan
Minggu 6 Juli 2008. Gw dan sekeluarga (Nyokap, bokap, kaka gw, dan 3 keponakan gw yang lucu) ke PRJ (Pekan Raya Jakarta). Hmmm, walau kita bersusah payah mencari tempat parkir akhirnya dapat juga. Hari itu PRJ benar-benar penuh sesak dengan manusia dan kendaraan. Juga para tukang kerak telor. Berjejer di sepanjang jalan melingkar PRJ. Pukul 19:20 kita baru bisa memarkirkan mobil di pelataran parkir PRJ. Dekat tulisan merah besar bertuliskan JIEXPO.Sempat kita bersitegang dengan tukang parkirnya. Coz kita sempet memarkirkan mobil di lajur yang salah. Namun, situasi bisa terkendali. Nah, saat kita semua menuju loket terdengar operator berkata ada teknik terapi sengat lebah untuk berbagai penyakit.
Nyokap gw tentu bersemangat untuk mencoba. Perlu di ketahui nyokap gw saat ini menderita stroke ringan sejak dua tahun lalu, dan berbagai penyakit satelit juga menderanya yaitu diabetes, darah tinggi, dan kolesterol. Sisi kanan tubuh nyokap bisa digerakkan seperti biasa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan mendorong kursi roda nyokap gw, kita sekeluarga mendekati loket pembelian tiket, harga satu tiket 20 ribu. Lumayan mahallah menurut gw. Saat lihat jam di tangan sudah menunjukkan pukul 19:35. Tapi, bayangkan antrian loket masih begitu panjang. Akhirnya kita semua dapat masuk ke dalam berjejal dengan ribuan orang mungkin. Bokap mendorong kursi roda nyokap dan gw menggendong Defti keponakan gw yang mungkin dah lelah sehingga mengantuk.
Nah, berjubal dengan ribuan orang serta mutar-mutar dan diiringi dengan musik yang memekakkan telinga di masing-masing counter yang ada akhirnya kita menemukan tempat terapi sengat lebah itu. Setelah ditanya ini itu akhirnya nyokap memberanikan diri untuk disengat. Sang terapist yang bernama Agus Wijaya dan Sujarmo mengambil seekor lebah dengan tangannya dan mendekatkan ke kulit nyokap. Rencananya semua titik akupunktur di sisi kiri yang akan disengat, karena sisi kiri nyokaplah yang mati rasa atau baal.
Titik-titik akupunktur pada tangan dan kaki disengat, dan nyokap luar biasa menahan sakit. Rasanya bukan seperti digigit semut tapi seperti digigit 10 semut api. Begitu katanya. Sang terapi berkata bahwa terapi untuk sekian kali Insya Allah bisa jalan dan normal seperti sedia kala. Nah, setelah disengat 8 sengatan dan diberi penjelasan, sang terapis memberi bee pollen (atau serbuk sari yang dikumpulkan lebah). Harga Bee pollen dan biaya terapi sebesar 60 ribu.
Β
Setelah terapi dan sudah menunjukan pukul 9 malam juga keponakan dah pada ngantuk akhirnya kita sepakat untuk pulang saja. Hmmm, ke PRJ tanpa menikmati PRJ itulah yang gw rasakan malam itu. Tapi, tak apalah yang penting kita mendapatkan alternatif pengobatan baru yang mudah-mudahan bisa menyembuhkan nyokap. Bayangkan dua tahun lebih kita menjelajahi baik pengobatan modern sampai alternatif. Banyak obat yang telah dikonsumsi. Banyak uang yang sudah dikeluarkan, dan dengan terapi sengat lebah ini, mungkin Allah telah memberi jalan mudah-mudahan ke kesembuhan.
Senin, 7 Juli 2008
Seperti biasa gw berangkat kerja dan melakukan rutinitas biasa. Keceriaan di kantor dan sebagainya. Sorenya oby memberi obat berupa glukopast, catropril, vitamin tulang, lasyk (untuk bengkak kaki). Hingga sampai di rumah gw serahin obat-obat itu ke nyokap. Tak ada kejadian apa-apa. Semuanya normal.
Selasa, 8 Juli 2008
Jam pulang kantorlah yang selalu gw tunggu karena gw pingin lekas bertemu keponakan-keponakan gw yang telah datang jauh dari Pekanbaru untuk menghadiri acara tunangan gw. Kalo dah sampe rumah gw selalu bercanda-bercanda dengan keponakan gw, hingga gw tertuju ke nyokap gw. Hari itu beliau lemas banget, yang ada sekarang sisi kanannya melemah. Untuk bangun dari kamar ke kamar mandi untuk buang air kecil susah luar biasa. Ga seperti
biasanya, yang bisa ditemani atau dipegangi sendiri, kini gw ama bokap harus membimbing agar sampai ke kamar mandi. Tangan kanan yang biasanya bisa menopang kini menjadi ikutan baal kaya tangan kiri. Alhasil gw cemas banget menghadapi kenyataan itu.
Malam itu dari jam 10 malam beliau harus buang air kecil setiap jamnya. Badannya tambah lemas. Kini kursi roda diturunkan untuk mencapai ke kamar mandi yang jaraknya hanya beberapa meter. Luar biasa panik apalagi nyokap nangis dan berteriak-teriak "kenapa jadi begini" dan terus beristighfar. Setelah gw tanya-tanya obatnya ternyata di minum, salah satunya lasik yang berpengaruh hingga terus-terusan buang air kecil.
Semalaman itu gw ama bokap ga bisa tidur karena tiap jam minta ke kamar mandi untuk buang air kecil dan akhirnya bokap membuat lubang pada bangku plastik, sehingga tiap kali nyokap buang air, lewat bangku itu tanpa harus ke toilet.
Kamis, 9 Juli 2008
Karena jadi begitu akhirnya walau masih sedikit percaya dan keinginan untuk
dikembalikan ke kondisi normal, saat gw kerja, bokap dan nyokap kembali ke PRJ untuk menemui Sujarwo si terapi lebah. Terngiang janji Sujarwo kalo 4 kali terapi bisa jalan makanya mereka ke sana lagi. Saat itu cerita bokap kalo nyokap di sengat 39 sengatan di sekujur tubuh oleh Agus Wijaya.
Akhirnya hari-hari berikut nyokap total sisi kanannya lumpuh. Tak bisa gerak. Makin panik aja kita semua. Apalagi disekujur tubuh gatal-gatal. Tiap kali gatal nyokap teriak-teriak dan kejang-kejang. Semua badan kadang kaku dan sisi kanannya terlihat membengkak. Ya, ampun saat kita telepon Sujarwo dia jawab kalo itu reaksi normal dan gatal-gatal disebabkan banyak konsumsi obat selama dua tahun.
Seminggu Kemudian
Setelah mengalami hari-hari penuh teriakan dan tangisan, kita kembali menelepon Sujarwo. Entah apa yang dipikirkan melalui kepanikan-kepanikan itu, di sisi lain kita mau berhenti terapi. Tapi, di sisi lain takut kalo setengah-setengah malah jadi lebih kacau (padahal kondisi sekarang sudah sangat kacau).
Karena PRJ dah selesai kita beralternatif untuk mendatangi tempat praktek Sujarwo di daerah dekat belakang Trans TV Mampang. Tapi, pas ditelepon, Sujarwo bilang dia sedang Road Show di Surabaya atau apalah dan ga praktek di rumahnya dan dia memberikan alamat tempat praktek seorang
terapi lebah lain, namanya Pak Wima, di daerah Klender.
Sabtu pagi kita telepon Pak Wima. Dia kaget karena dia tak tahu apa-apa tentang kejadian nyokap gw dan dia menyarankan untuk segera membawa nyokap ke tempat praktek dia di Klender.
Siang pukul 13 kita sampai di tempat praktek Pak Wima di Klender dan setalah
mendengar penjelasan Pak Wima, masya Allah, betapa kaget kita semua. Ternyata yang namanya Sujarwo dan Agus Wijaya adalah penipu. Dia baru belajar terapi sengat sama Pak Wima dan sudah banyak korban, dan setiap korban kalo kondisinya dah parah kaya nyokap gw semua dialihkan ke Pak Wima.
Pak Wima bilang bahwa tubuh manusia tuh ga bisa langsung menerima 8 sengatan apalagi 39 sengatan dalam jarak dekat. Bahkan pasien-pasiennya yang pertama kali harus diadaptasikan dengan 1 sengatan lebah. Kalo pasien tidak apa-apa baru boleh dilanjutkan terapi dengan tahapan 2-2 tiap minggunya.
Tubuh tidak serta merta dapat menerima sengatan. Tubuh harus beradaptasi terhadap sengatan secara bertahap. Jangankan orang sakit orang sehat aja harus diadaptasikan dulu dengan sebuah sengatan lebah, jelas Pak Wima. Sungguh biadab sebab menyalahgunakan kesehatan dan nyawa orang demi uang.
Pak Wima berpesan kalo di pameran dan ada terapi-terapi begitu jangan langsung percaya. Apalagi kalo orangnya mengatakan hal mustahil, seperti empat kali terapi langsung sembuh dan bisa jalan. Yang namanya stroke itu harus sabar dan butuh kegigihan untuk melatih kembali saraf-saraf yang mati tersebut dan tidak mungkin bisa langsung sembuh dengan empat kali terapi sengatan lebah. Ya, namanya orang yang sudah sakit menahun pasti ingin sembuh
dengar iklan seperti 4 x bisa sembuh tentu langsung gimana gitu.
Semoga postingan gw ini bisa membantu agar tidak terjadi korban berikutnya oleh orang-orang yang tak bertanggung jawab yang berpraktek asal-asalan dan hanya mementingkan duit serta mempermainkan nyawa orang. Mohon pihak berwajib bisa mengusut tuntas.
Haris Agustin
Taman Pinang Indah Tangerang
haris1708@yahoo.com
08159961780
Keluhan diatas belum ditanggapi oleh pihak terkait
(msh/msh)
Kirimkan keluhan atau tanggapan Anda yang berkaitan dengan pelayanan publik. Redaksi detikcom mengutamakan surat yang ditulis dengan baik dan disertai dengan identitas yang jelas. Klik disini untuk kirimkan keluhan atau tanggapan anda.