Keluhan
Pada tanggal 20 Mei 2008 saya bersama keluarga (suami dan anak) bermaksud pulang ke Jakarta dari Solo menggunakan maskapai penerbangan Sriwijaya Air. Karena anak saya masih kategori infant (19 bulan) oleh pihak travel diinformasikan untuk membeli tiket infant di bandara.Sebelumnya, perjalanan dari Jakarta ke Solo tidak ada masalah. Saya dapat membeli tiket infant dengan harga Rp 58,000 (sayang sekali tiketnya sudah saya buang). Namun, saat akan pulang ke Jakarta saya mengalami kesulitan unuk membeli tiket infant (mungkin seharusnya saya beli tiket PP untuk anak saya dari loket Jakarta).
Bermula dari petugas loket menanyakan umur anak saya (satu petugas perempuan dan satu petugas pria). Saya jawab 1.5 tahun, kelahiran Oktober 2006 (sekitar 1 tahun 7 bulan tertanggal 20 Mei 2008). Namun, ternyata petugas tersebut seperti tidak percaya, dan mengatakan bahwa anak saya sudah besar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saya pun terpaksa meminta keterangan kembali apa definisi infant menurut maskapai penerbangan ini. Saya mendapatkan keterangan sebagai berikut:
1. Maksimal usia 23 bulan,
2. Digendong duduk, tingginya tidak lebih dari dagu orang dewasa.
Anak saya disebutkan tidak memenuhi poin nomor 2. Karena waktu itu anak saya sedang tidur saya tidak tega membangunkannya hanya sekadar untuk duduk. Jadi saya hanya sekadar memposisikan gendong miring agar petugas melihat tinggi duduknya anak saya. Namun, karena keterbatasan waktu akhirnya saya dan suami mengalah.
Kami terpaksa membeli tiket dewasa untuk infant. Setelah anak saya bangun saya kembali mempertanyakan kepada petugas tadi. Saya katakan saya tidak minta uang saya balik. Saya hanya minta sekarang tolong lihat baik-baik anak saya, digendong duduk oleh suami saya.
Saya bertanya pada petugas itu apakah sudah memperhatikan baik-baik, dan saya tanyakan lagi apakah anak saya kecil atau besar. Termasuk kategori infant atau anak-anak? Petugas tersebut tetap mengatakan anak saya masuk kategori anak-anak.
Lebih menyakitkan bagi saya saat saya menanyakan hal itu ada teman petugas itu (pria) yang nyeletuk dengan muka sinis melecehkan. Saat ada bayi lewat, "yang ini baru bener bayi. Kalau Ibu mau melapor, lapor saja".
Akhirnya saya pun menenangkan diri, mencoba bersabar, kemudian kami naik pesawat, dan ternyata pramugari bilang, "Ibu, anaknya masih kecil, dipangku saja ya". Saya bilang, "biar saja Mbak, kan saya sudah bayar tiket duduknya".
Kemudian pramugari itu mengatakan lagi, "tapi anak Ibu terlalu kecil, seharusnya dipangku". Akhirnya pramugari itu cross check dengan penjualan tiket. Dan kembali kepada kami dengan mengatakan, "infonya katanya tadi anak Ibu besar. Saya juga tidak mengerti kenapa dibilang besar. Lain kali jangan mau, Bu, diminta beli tiket lagi".
Saya yang sudah agak tenang jadi geram lagi. Apakah dalam waktu satu jam saja anak saya bisa menyusut? Benar-benar tidak jelas ini peraturannya. Akhirnya permintaan maaf keluar dari pramugari tersebut (kenapa bukan petugas loket tiket itu?)
Saya berpikir, seperti inikah petugas ticketing Sriwijaya Air Solo memperlakukan konsumennya? Saya merasa sudah dirugikan dan kecewa dengan pelayanannya sekaligus sakit hati.
Berikut saya meminta data petugas tersebut dan diberikan data sebagai berikut
(hanya satu data yang bisa saya peroleh, dua petugas yang lain sedang melayani customer). Dan, saya sertakan gambar anak saya sedang duduk dipangku (supaya jelas kriteria infant atau anak). Saya berharap ada kejelasan dan tindak lanjut dari pihak Sriwijaya Air.
Veronikha
Kota Wisata Blok UD4 No 28 Bogor
lovei98@yahoo.com
0817424777
Keluhan diatas belum ditanggapi oleh pihak terkait
(msh/msh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Kirimkan keluhan atau tanggapan Anda yang berkaitan dengan pelayanan publik. Redaksi detikcom mengutamakan surat yang ditulis dengan baik dan disertai dengan identitas yang jelas. Klik disini untuk kirimkan keluhan atau tanggapan anda.