Keluhan
Pada tanggal 17 September 2010 saya membeli tiket Garuda Indonesia untuk penerbangan Jakarta - Batam (PP) dengan kode booking RJTYTU dan nomor tiket 1261660628883. Segala sesuatu berjalan lancar ketika berangkat dari Jakarta pada tanggal 27 September 2010. Akan tetapi pada 1 Oktober 2010 ketika akan pulang dari Batam menuju Jakarta saya tidak menyangka profesionalisme Garuda ternyata perlu dipertanyakan. Tiket kepulangan saya tertulis jelas untuk jam 13.15 dan saya tiba di Bandara sekitar pukul 12.15. Ketika saya akan check in, salah seorang petugas Garuda, Bapak Ferryadi Barkah menghampiri saya dan meminta maaf karena ada kesalahan dari Pihak Garuda sehingga saya tidak dapat melakukan check in lagi.
Menurut beliau kapasitas penumpang lebih kecil dari yang semestinya direncanakan sehingga ada 6 (enam) orangΒ termasuk saya yang tidak bisa tertampung lagi. Saya coba bernegosiasi untuk di-up grade ke kelas bisnis untuk penerbangan saat itu atau pun penerbangan selanjutnya. Namun, hal tersebut tidak bisa saya peroleh karena alasan sudah penuh.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagai tambahan informasi saya sempat dijanjikan oleh Bapak Ferry untuk berbicara langsung dengan Station in Charge (Richard Wijaya). Namun, beliau sepertinya terlalu sibuk untuk bisa diganggu untuk urusan dengan rakyat biasa seperti saya ini.
Sebelumnya saya beserta 5 orang penumpang lain mencoba untuk mendapatkan kompensasi atas kesalahan dari pihak Garuda ini. Jika ada pembatalan dari penumpang di saat-saat terakhir akan ada penalti atau pun kerugian yang akan dibebankan kepada penumpang. Maka sudah sepantasnya Garuda pun punya itikad baik untuk melakukan hal yang sama atas keteledoran Garuda seperti ini.
Tapi, nyatanya tidak satu pun kompensasi yang saya peroleh. Mungkin karena di saat terakhir tinggal saya sendiri yang bertahan. Sementara 5 orang penumpang lainnya akhirnya memilih untuk ikut penerbangan Batavia yang ditawarkan oleh Garuda. Kurang lebih 6 jam saya harus menunggu di Batam namun sama sekali tidak ada tambahan service yang diberikan Garuda selain menunggu di Garuda Lounge.
Bukan bermaksud meninggikan diri tapi fasilitas seperti ini bisa saya dapatkan juga dengan cuma-cuma sebagai pengguna kartu kredit. Saya akhirnya memilih untuk kembali ke kota Batam menggunakan taksi sambil menunggu flight jam 18.55 tanpa ada inisiatif dari Garuda untuk memberikan sarana transportasi.
Betapa kecewanya saya dengan sikap Pihak Garuda untuk kondisi yang saya alami ini. Di mana keadilan di negeri ini? Apa karena saya tinggal seorang diri yang berjuang pada saat itu? Apa karena saya belum memiliki posisi penting di negeri ini sehingga tidak ada perhatian sedikit pun dari pihak Garuda?
Bagaimana halnya jika suatu saat seorang petinggi di negara ini mengalami hal yang sama dengan saya. Apakah akan mendapatkan perlakuan yang sama? Atau malah sebaliknya Garuda memberikan perlakuan yang istimewa walaupun kesalahan ada pada pihak penumpang?
Ternyata Garuda Indonesia tidak seprofesional yang saya bayangkan. Semoga ada tanggapan dari pihak Garuda yang bisa menjelaskan semua ini. Terima kasih.
Jerry Tobing
Jl Kirai I/41 RT 005/010 Jakarta Timur
jerry.tobing@pertamina.com
0813-1701-5554
Keluhan diatas belum ditanggapi oleh pihak terkait
(msh/msh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Kirimkan keluhan atau tanggapan Anda yang berkaitan dengan pelayanan publik. Redaksi detikcom mengutamakan surat yang ditulis dengan baik dan disertai dengan identitas yang jelas. Klik disini untuk kirimkan keluhan atau tanggapan anda.