Kepribadian Mie Ayam Pemuda Tebet

Suara Pembaca

Kepribadian Mie Ayam Pemuda Tebet

- detikNews
Selasa, 09 Des 2008 10:37 WIB
Keluhan
Pada tanggal 6 Desember 2008 pukul 10.30 saya ingin membeli 2 mangkuk Mie Ayam Baso seharga Rp 13,000 di Mie Ayam Pemuda yang berlokasi di depan Alfamart dekat Stasiun Tebet. Penjual ada 2 orang yang muda dan yang tua.

Saya memesan dan duduk di sebelah mereka berdua. Setelah itu sewaktu mereka sedang menyiapkan pesanan saya bilang ke yang muda kalau uang saya Rp 50,000 (saya bermaksud bilang lebih awal pada saat mereka masih menyiapkan mienya agar mereka bisa menyiapkan kembaliannya).

Kemudian penjual yang muda bilang kepada saya bahwa tidak ada kembaliannya. Terus saya menimpali, "jadi gimana? Saya gak punya uang kecil" (pada saat itu memang saya tidak punya uang kecil. Hanya sekitar Rp 3m000 dan kembalian dari Alfamart.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain itu yang ada di dompet saya hanya Rp 100,000 dan Rp 50,000. Kemudian, penjual yang muda hanya diam saja tidak berkata apa-apa. Saya bilang lagi, "jadi gimana? Cari tukeran saja". Saya bilang dengan intonasi yang rendah dan sopan. Penjual yang muda diam saja. Saya kemudian menunggu. Terus saya tanya lagi, "jadi gimana? Gak jadi nih?" Penjual yang muda tetap diam saja.

Saya bingung. Apakah saya harus menunggu selama seharian untuk mendapatkan tanggapan. Jadi saya putuskan untuk pergi saja dengan sebelumnya saya bertanya sekali lagi, "jadi gak jadi, nih?" Sambil memberesi plastik-plastik belanjaan saya.

Setelah beberapa langkah dari tukang mie ayam penjual yang tua  (memakai ikat kepala hijau) memanggil saya sehingga saya balik ke tempatnya. Dan, kemudian yang tua marah dengan intonasi nada agak tinggi menyalah-nyalahi saya dan bilang, "gimana sih Mbak, udah dibungkusin malah pergi begitu saja. Gak mau bayar. Saya kan bisa rugiiiii ... "

Saya jadi bingung banget. Kok malah saya yang dimarahi dan disalahkan. Karena saya tidak mau terima saya bilang saja ke dia, "lho, kan bukan salah saya. Saya mau bayar tapi Mas yang tadi bilang gak ada kembalian dan gak bilang mau tuker kek, apa kek. Hanya diam saja".

Lalu penjual yang tua bilang bermacam-macam hal yang intinya menyalahkan saya. Kemudian terjadi perdebatan aneh. Penjual yang tua meracau kalau dari pagi dia dapat uang besar terus. Terus, so what? It's not my business. Lemudian penjual yang muda mencari tukeran uang dan penjual yang tua tetap meracau dan melakukan debat kusir dengan saya.

Setelah uang kembalian ada saya dikasih uang kembalian beserta mie (yang saya sudah teramat sangat 'eneg' untuk memakannya) dan tidak ada sedikit pun rasa 'penyesalan' terlihat. Apalagi permintaan maaf.

Kemudian saya pergi dengan persaan yang teramat sangat jengkel dan marah (kemudian mienya itu saya kasih ke tukang ojek dekat situ). Setelah itu saya naik taksi dan saya melihat penjual yang muda ketawa-ketawa. Mendidih nadi saya melihatnya.

Saya hanya teramat sangat heran. Pengusaha Mie Ayam Pemuda sepertinya tidak mengedukasi pekerja-pekerjanya atau tenant-nya kalau sifatnya franchise. Selain mengunggulkan harga murah dan mungkin rasa (saya juga tidak tahu rasanya bagaimana. Belum sempat saya merasakannya hanya pedih yang saya rasakan), harusnya juga attitude atau kepribadian yang baik. Saya teramat kecewa.

Vivi
Kp Melayu Jakarta
vivy_ranzika@yahoo.com
02183703935



Keluhan diatas belum ditanggapi oleh pihak terkait

(msh/msh)
Kirimkan keluhan atau tanggapan Anda yang berkaitan dengan pelayanan publik. Redaksi detikcom mengutamakan surat yang ditulis dengan baik dan disertai dengan identitas yang jelas. Klik disini untuk kirimkan keluhan atau tanggapan anda.



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads