Ilustrasi : Edi Wahyono
Selasa, 16 Januari 2024Penggunaan ragam media sosial yang semakin masif dilakukan oleh kandidat Pilpres 2024. Fungsinya memoles citra politik untuk menarik atensi publik. Koordinator Media Digital TKN Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, Noudhy Valdryno, menangkap tren media sosial mewadahi identitas Prabowo.
“Terlepas dari visi-misi program-program beliau yang memang kita sudah sebarkan selama 10-11 tahun terakhir, tapi juga ternyata ada identitas baru. Tentunya kami juga memfasilitasi identitas itu. Dalam hal ini, tahun ini banyak dipanggil gemoy,” terang Ryno di media center TKN Prabowo-Gibran, Jumat (12/1/2024).
Istilah gemoy diketahui merupakan istilah yang berkembang di TikTok. Gemoy merujuk pada sesuatu ataupun seseorang yang lucu dan menggemaskan. Awalnya julukan gemoy untuk Prabowo dipopulerkan Viorenita Sutanto alias Nita Vior, brand ambassador ONIC Esports. Sebelumnya, Vior sering memberikan julukan gemoy itu ke banyak orang selain Prabowo.
“Dalam kampanye politik itu, terlalu banyak paslon yang kalau kita fokus hanya pada visi-misi, itu kan sulit untuk mendapatkan atensi masyarakat. Nah, kami lihat identitas gemoy ini juga menarik lebih banyak masyarakat untuk memperhatikan Pilpres 2024 ini,” katanya.
Gemoy pun tak berhenti hanya menjadi julukan semata, tetapi dikembangkan dalam ikon animasi yang tersebar di berbagai baliho, iklan TV, kaus, hingga filter augmented reality di TikTok. Ryno mengklaim, menurut analisis data internal, citra gemoy berhasil menjangkau masyarakat luas.
Udah banyak sekali, sudah di seluruh Indonesia kan, Pak Prabowo juga sudah keliling. Mas Gibran juga punya teman-teman. Udah sangat banyak influencer yang mendukung.”
Tak hanya memperluas pengenalan citra gemoy¸ Ryno mengatakan, banyak influencer yang sudah menjalin kerja sama untuk mengenalkan sosok Prabowo-Gibran. Raffi Ahmad, misalnya, baru-baru ini telah melakukan live streaming Instagram di akun pribadinya bersama Prabowo saat safari politik di Lampung pada Kamis, 11 Januari 2024.
Meski demikian, Ryno mengklaim para pemengaruh yang diajak bekerja sama dan difasilitasi tersebut merupakan mereka yang memutuskan mendukung Prabowo secara organik. Dimintai konfirmasi detikX, apakah jumlah pemengaruh yang sudah bekerja sama mencapai ratusan orang, Ryno tak membantah.
“Udah banyak sekali, sudah di seluruh Indonesia kan, Pak Prabowo juga sudah keliling. Mas Gibran juga punya teman-teman. Udah sangat banyak influencer yang mendukung,” jelas Ryno.
Adapun Komandan Fanta (Pemilih Muda) Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, Arief Rosyid, menyebut citra gemoy paling ampuh pada platform media sosial Instagram dan TikTok. Hal tersebut, menurutnya, dikarenakan segmentasi Instagram dan TikTok yang lebih banyak menyasar anak muda.
“Bahwa anak-anak muda sekarang itu sudah nggak senang, misalnya, perilaku-perilaku yang saling menjelekkan ya, bullying gitu, Makanya relevan dengan misalnya apa yang terjadi belakangan. Ketika dua kandidat (capres melakukan) bullying, responsnya ternyata positif ke Pak Prabowo,” kata Arief.
Lain capres, lain pula citranya. Capres nomor urut tiga, Ganjar Pranowo mendapatkan julukan ‘Ketua Penguin’, terutama di jagat X (Twitter). Deputi Kanal Media Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar Pranowo-Mahfud Md, Karaniya Dharmasaputra, tak menampik julukan yang mulanya dari guyonan tersebut kini dimanfaatkan untuk mencairkan suasana.
“Ya, di dunia medsos itu kan substansi penting harusnya. Maksudnya nggak mau ber-gemoy-gemoy saja, karena itu tadi pengalaman kuliah itu kalau ngobrol kan juga yang diomongin kan substansi. Nah, tapi ya yang lucu-lucu kayak gini juga kan penting gitu, kan biar post-nya cair, asyik gitu,” jelasnya.
Di sisi lain, menurut Karaniya, konten-konten gemoy yang ditujukan untuk kalangan muda justru merendahkan mereka. Sebab, generasi muda kini dianggapnya mulai kritis dan tak hanya ingin yang damai-damai saja.
“Kalau kita lihat sekarang, apa yang terjadi di kampus-kampus, itu mereka sangat kritis loh. Mereka justru sangat kritis, mereka menginginkan calon-calon presiden dan wakil presiden yang bisa menjawab berbagai hal yang buat mereka matters gitu untuk masa depan Indonesia dan masa depan mereka,” ucap Karaniya kepada detikX.
Kendati demikian, tak melulu pada kalangan muda di kampus, Karaniya juga mengungkapkan sebenarnya citra yang kini juga melekat pada Ganjar adalah kedekatannya dengan kalangan akar rumput. Ini dibuktikan dengan banyaknya blusukan Ganjar ke rumah-rumah warga desa yang mendapat sambutan hangat.
“Mas Ganjar kan memang sekarang terbentuk tuh, kalau sudah lihat tuh balihonya itu kan Ganjar Presiden Rakyat. Nah, itu fotonya dia dicium, dipeluk sama ibu-ibu. Itu (ibu-ibu) bukan talent. Itu yang terjadi benar-benar waktu Mas Ganjar di lapangan, dan nggak ada yang nyuruh ibu-ibu itu memeluk Mas Ganjar. Nah, foto-foto itu yang kami naikkan (ke media sosial) sekarang,” tutur Karaniya.
Jika menilik Instagram Ganjar Pranowo, memang terlihat sejumlah foto Ganjar yang menunjukkan momen kebersamaan dengan warga desa ataupun ketika Ganjar bersantai mengenakan kaus dan tidur di tikar dengan latar tembok rumah yang mengelupas. Unggahan tersebut berhasil memperoleh likes 480 ribu, melebihi rata-rata unggahan lainnya.
Sedangkan capres nomor urut 1, Anies Baswedan, tak ketinggalan memaksimalkan kampanye melalui media sosialnya. Juru bicara Tim Pemenangan Nasional Anies-Muhaimin (Timnas AMIN), Usamah Abdul Aziz, percaya diri Anies-lah yang mendominasi di X (Twitter) daripada dua paslon lainnya. Ini dikarenakan para pengguna X cenderung merupakan kalangan anak muda kritis dan terpelajar yang lebih menyukai pembahasan substantif.
Usamah menambahkan, hal itu diperkuat oleh analisis pendiri Drone Emprit, Ismail Fahmi. Rampung debat capres ketiga, Anies merajai topik pembahasan di Twitter dan memperoleh 61.078 mention. Sedangkan Ganjar Pranowo memperoleh 42.969 sebutan dan Prabowo Subianto 40.727 kali di Twitter.
Di sisi lain, kekuatan Anies di Twitter yang diklaim secara organik terbentuk adalah terbentuknya akun X Anies Bubble. Usamah menyimpulkan akun fans tersebut merupakan resonansi dari live TikTok yang dilakukan Anies. Namun Usamah menegaskan tim kampanye nasional tidak ingin terlalu mencampuri kegiatan Anies Bubble yang diasosiasikan dengan penggemar Kpop tersebut.
“Kami nggak mau intervensi, nggak mau ikut campur, kami ingin membiarkan teman-teman dari Anies Bubble sesuai dengan apa yang mereka harapkan,” kata Usamah.
Usamah menyebut bahkan kini para pengikut Anies Bubble sudah bergerak untuk melakukan fundraising dengan melakukan nobar debat berbayar serta menjual lightstick burung hantu, yang dikenal sebagai ikon Anies Baswedan.
“Bahkan mereka juga sudah ada yang kontak untuk mau nyiapin food truck kalau ada acara Desak Anies di Jakarta,” imbuh Usamah.
Baca Juga : Taktik Kampanye Pilpres di TikTok
Sejauh ini, Usamah mengatakan konten media sosial yang kerap laku dan banyak memperoleh atensi adalah konten potongan-potongan acara Desak Anies yang bersinggungan dengan isu akar rumput. Beberapa di antaranya adalah acara Desak Anies yang membahas topik gaji guru honorer, pedagang pasar di Riau, dan nelayan.
Oleh sebab itu, jubir muda AMIN, Jontario Zainudin, mengungkapkan, ke depannya, tim memberikan masukan untuk menggunakan bahasa yang lebih akrab untuk berbagai kalangan ketika sedang berinteraksi di media sosial.
“Kita juga selalu sarankan ke Pak Anies bahwa kita juga harus fokus ke middle yang ke bawah. Jadi menengah ke bawah itu artinya kalangan-kalangan mungkin di daerah-daerah gitu. Jadi bahasanya nanti lebih santai, lebih relaks, lebih bersentuhan,” tandas Rio.
Direktur Komunikasi Indonesia Indicator Rustika Herlambang menyimpulkan, dari berbagai platform di media sosial yang digunakan oleh para paslon untuk berkampanye, masing-masing memiliki kekuatan yang berbeda.
“Twitter paling banyak memposting terkait Anies Baswedan, dan engagement tertinggi dibandingkan dua kandidat lainnya selama setahun. Ganjar Pranowo punya engagement lebih tinggi (di Instagram) karena dia telah rajin memulainya sejak awal. TikTok dikuasai kubu Prabowo-Gibran,” tutur Rustika.
Meski demikian, dari ketiga paslon, keberhasilan penggunaan influencer untuk memperluas atensi di media sosial masih didominasi Prabowo-Gibran.
Reporter: Ani Mardatila, Ahmad Thovan Sugandi
Penulis: Ani Mardatila
Editor: Dieqy Hasbi Widhana
Desainer: Luthfy Syahban