Damaskus - Serangan kimia diyakini terjadi di Douma, Suriah dan menewaskan lebih dari 70 orang. Negara Barat menuding rezim Presiden Bashar al-Assad sebagai dalangnya.
Foto
Potret Menyedihkan Anak-anak Korban Serangan Kimia di Suriah

Organisasi White Helmets menyebut gas klorin beracun digunakan dalam serangan di Douma, pada Sabtu (7/4) malam waktu setempat. Tampak dalam foto ini seorang anak korban serangan kimia diguyur air mengalir. Foto: White Helmets/Handout via REUTERS
Dalam pernyataan bersama dengan Syrian American Medical Society, White Helmets menyatakan lebih dari 500 orang dibawa ke pusat-pusat medis 'dengan gejala-gejala yang mengindikasikan paparan ke zat kimia'. Foto: White Helmets/Handout via REUTERS
Salah satu warga Suriah membungkukkan badan agar air mengalir bisa membasuh bekas serangan kimia di badannya. Foto: White Helmets/Handout via REUTERS
Dilaporkan oleh para petugas penyelamat dan paramedis setempat di Douma bahwa sedikitnya 70 orang tewas setelah gas beracun dijatuhkan di Douma, kota terakhir yang dikuasai pemberontak Suriah di Ghouta Timur. Banyak anak-anak yang menjadi korban. Foto: White Helmets/Handout via REUTERS
Dalam foto ini terlihat dua bocah sedang diberi alat bantuan pernapasan usai terkena dugaan serangan kimia. Foto: Halil El-Abdullah/Anadolu Agency/Getty Images via CNN
Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya menuding rezim Assad sebagai pelaku serangan kimia itu. Tuduhan ini telah dibantah oleh pemerintah Suriah dan Rusia, yang menjadi sekutu utama rezim Assad. Foto: UOSSM via Sky News
Presiden AS Donald Trump menyatakan keputusan mengenai respons AS terhadap serangan kimia di Douma, Suriah akan disusun dalam beberapa jam ke depan. "Ini tentang kemanusiaan dan itu tak bisa dibiarkan terjadi," tegas Trump. Foto: Sky News
Duta Besar AS untuk PBB Nikki Haley menyebut, hanya monster yang bisa melakukan serangan keji seamcam ini. "Hanya monster yang menargetkan warga sipil dan kemudian memastikan tak ada ambulans untuk mengantarkan yang terluka. Tak ada rumah sakit untuk menyelamatkan jiwa mereka. Tak ada dokter atau obat-obatan untuk meredakan penderitaan mereka," ujarnya dalam sidang darurat Dewan Keamanan PBB. Foto: Anadolu Agency