Ketua MPR RI Bambang Soesatyo memandang upaya deradikalisasi terhadap pelaku, korban, beserta orang-orang di sekelilingnya membutuhkan keterlibatan berbagai elemen masyarakat. Adapun Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) bertindak sebagai leading sector dalam usaha tersebut.
MPR, kata Bamsoet, mendukung upaya melawan radikalisasi. Sejumlah cara dilakukan MPR untuk menyokong BNPT menjalankan misi deradikalisasi.
"Sebagai sebuah rumah kebangsaan, MPR RI senantiasa mendukung upaya kontra radikalisasi yang dilakukan BNPT melalui berbagai cara. Dari mulai narasi, sosialisasi, tindakan, maupun menyusup ke dalam jaringan teroris. MPR RI melalui Empat Pilar MPR RI juga senantiasa menggugah kesadaran kolektif bangsa bahwa kemajemukan Indonesia adalah berkah dari Tuhan Yang Maha Esa yang perlu kita rawat bersama. Jangan memutarbalikan agama sebagai sumber perpecahan, maupun menjadikan perbedaan sebagai sumber pertikaian," ujar Bamsoet di Kantor BNPT Jakarta, Jumat (3/7/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam perannya sebagai Wakil Ketua Umum Pemuda Pancasila, Bamsoet menegaskan organisasinya itu selalu mendukung BNPT dalam melindungi masyarakat dari paparan radikalisme dan ekstrimisme. Pemuda Pancasila, lanjutnya, bergerak di berbagai pelosok wilayah untuk menyukseskan langkah deradikalisasi.
"Mereka menjadi radikal salah satunya karena tak mengenal Pancasila. Dukungan Pemuda Pancasila akan semakin memperkuat BNPT, karena jutaan kader Pemuda Pancasila yang tersebar ke berbagai pelosok desa hingga daerah pedalaman, bisa menjadi mata dan telinga BNPT untuk mengetahui kondisi yang sesungguhnya terjadi di masyarakat," imbuh Bamsoet.
Ia menekankan, saat ini penyebaran radikalisme menjadi lebih mudah dengan memanfaatkan media sosial. Oleh sebab itu, perlu digiatkan patrol siber oleh BNPT maupun ormas seperti Pemuda Pancasila.
"Atas dasar itu jugalah, kini saya pribadi menggunakan media sosial YouTube melalui akun Bamsoet Channel untuk menyosialisasikan Empat Pilar MPR RI kepada para netizen dari mulai milenial, Gen Z, hingga baby boomer. Sehingga bisa turut membanjiri media sosial dengan konten kebangsaan," tutup Bamsoet.
(akn/ega)