Sejumlah mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa UNY Bergerak menggelar aksi. Mereka mengajukan sejumlah tuntutan, salah satunya adalah pemotongan uang kuliah tunggal (UKT) karena adanya pandemi virus Corona (COVID-19).
Aksi mahasiswa tersebut digelar di depan gerbang rektorat UNY di Jalan Colombo, Karang Malang, Caturtunggal, Depok, Sleman.
"Kita ada 7 tuntutan. Salah satunya untuk pemotongan UKT dan transparansi penggunaan anggaran," kata koordinator aksi tersebut, Senja, kepada wartawan, Jumat (3/7/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Senja menjelaskan ada sejumlah kebijakan kampus yang membuat mahasiswa keberatan. Mahasiswa berkali-kali mengupayakan audiensi, namun hingga saat ini pihak rektorat masih kurang membuka informasi yang transparan, terutama dalam penggunaan anggaran.
Selain itu, mahasiswa juga meminta kejelasan pembenahan pelaksanaan perkuliahan daring selama masa pandemi yang dinilai belum optimal.
"Ini jadi evaluasi bersama karena memang selama ini belum efektif sistem yang dilaksanakan UNY terkait pembelajaran daring," tegasnya.
Selain itu kampus juga belum meluluskan tuntutan pemotongan UKT selama masa pandemi COVID-19 terjadi. Dalam aksi tersebut mahasiswa UNY mendesakkan tuntutan pemotongan UKT dan SPP minimal 50 persen untuk seluruh mahasiswa dari D-3 hingga S-3.
Menanggapi hal tersebut, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni UNY, Anik Ghufron mengatakan semua tuntutan yang diajukan mahasiswa tersebut telah dilakukan. Karena itu Gufron mengaku heran ketika mahasiswa masih mempersoalkan hal tersebut.
"Semua tuntutannya itu sudah kami lakukan. Sudah saya jelaskan tadi. Entah ada apa di balik (aksi) mereka ini, " ungkapnya.
Gufron justru mengkhawatirkan terjadinya penyebaran COVID-19 jika ada aksi-aksi di masa pandemi. "Ini juga saat pandemi, saya sebenarnya khawatir ini nanti jangan-jangan ada klaster baru di UNY," pungkasnya.
Setelah ditemui pimpinan UNY, massa aksi mahasiswa tersebut membubarkan diri dengan tertib.
Di balik aksi yang digelar oleh Aliansi Mahasiswa UNY Bergerak, menyimpan berbagai keluhan dari mahasiswa terdampak kebijakan kampus yang dikeluarkan saat pandemi virus Corona (COVID-19). Mahasiswa mengeluhkan tentang fasilitas yang diperoleh tidak sebanding dengan UKT yang dibayarkan.
Cerita datang dari Novianti, salah satu mahasiswa UNY yang perekonomian keluarganya terdampak COVID-19. Ia menyayangkan apabila tidak ada pengembalian UKT dari pihak kampus.
"UKT aku dapatnya termasuk besar. Ayahku cuma buruh pabrik, penjualan utama pabriknya di pasar-pasar tekstil Jakarta dan impact COVID benar-benar langsung kerasa banget. Dari Maret sampai akhir Juni ayahku dirumahkan, nyebutnya aja sih dirumahkan. Tapi perlakuannya kayak udah di-PHK. Mikir gitu, kalau misal uang UKT ada pengembalian beberapa pasti sangat membantu buat bertahan hidup selama stay at home," tuturnya.
Ia merasa resah ketika mendengar kabar diputuskannya metode kuliah daring selama pandemi. Keputusan itu muncul pada bulan Maret, di mana masih terhitung awal semester baru.
"Resah banget. Kalau kuliah daring kan kaya gitu, perangkat-perangkatnya, perlu koneksi internet, dan benar-benar nambah pengeluaran," ungkapnya.
Sejauh ini, pihak kampus telah memberikan suplai kuota internet untuk seluruh mahasiswa. Namun, hanya ada tiga provider paket data yang disediakan oleh kampus. Pengguna provider internet di luar yang disyaratkan tidak mendapat injeksi paket data.
"Aku gak dapat sama sekali. Karena providerku bukan yang di sediakan," tambahnya.
Hal serupa juga dialami oleh Dita yang mengalami kendala sinyal ketika harus melaksanakan perkuliahan daring dari rumah.
"Terkendala sama sinyal. Susah. Apalagi kalau ujian. Kadang datang dan kadang pergi," ungkapnya kepada wartawan.
Permasalahan kebijakan UKT dan juga kendala internet akibat kuliah daring masih menjadi keluhan beberapa mahasiswa lain.
"Susah sinyal, tidak semua mendapat injeksi paket data dan bayar UKT full," pungkasnya.