Polisi mendatangi kediaman tersangka FCR di Desa Pulosari, Kecamatan Kalapanunggal, Kabupaten Sukabumi. Pemuda predator seks yang mengaku mencabuli belasan bocah lelaki itu kini mendekam di sel tahanan Mapolres Sukabumi.
Kediaman FCR berjarak sekitar 100 meter dari Jalan Raya Kalapanunggal. Sebuah gang yang hanya bisa dilalui satu mobil mengantar detikcom dan polisi hingga ke depan rumah guru les musik tersebut, Rabu (1/7/2020).
Posisi rumah berhimpitan dengan tetangga sekaligus keluarga dari orang tua FCR. Berada di tengah dua bangunan lainnya. Cat rumah yang dihuni pemuda berusia 23 tahun itu terlihat memudar. Di tempat inilah sehari-harinya ia tinggal bersama kedua orang tuanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terdapat beberapa ruangan di dalam rumah. Suasananya gelap karena minim penerangan. Tirai rumah dibiarkan menutup. Sebuah lorong kecil mengarah ke ruangan tempat FCR menyimpan gitar.
Masih di ruangan yang sama, begitu banyak coretan di tembok. Coretan tangan menggunakan tinta itu menampilkan deretan identitas yang mirip daftar nama. Entah siapa mereka, namun nama-nama itu identik dengan nama lelaki. Terpasang juga spanduk bertuliskan 'Jak Mania Cibojong Sukabumi'.
![]() |
Tonton video 'Buruh Serabutan di Purwakarta Cabuli Adik Ipar':
Di ruangan ini terdapat sebuah karpet biru. Ruangan itu diduga sebagai tempat pelaku mencabuli para korbannya. Tepat di hadapan bangunan itu terdapat satu ruangan lagi, menurut petugas di ruangan itu dipakai sebagai tempat ibadah pelaku dan keluarganya.
Dinding ruangan kecil itu terdapat tulisan 'Padepokan Hegarmanah'. Terkait 'daftar' nama orang di tembok tersebut, polisi belum bisa memastikan siapa yang menulisnya.
"Nama-nama itu apakah ditulis sendiri oleh terduga pelaku atau korban, belum bisa kita pastikan. Bentuk tulisan juga berbeda-beda. Nah di ruangan itu ada karpet, diduga di situlah pelaku diduga mencabuli korbannya," kata Kapolsek Kalapanunggal AKP I Djubaedi kepada detikcom.
![]() |
Adanya gitar di rumah, Djubaedi memastikan alat musik tersebut milik tersangka sodomi tersebut. Alat-alat musik inilah yang digunakan sebagai modus pelaku menggaet para korbannya, selain rayuan soal kanuragan. Di dalam hunian itu juga ada coretan kalimat berbahasa Arab dan gambar-gambar aneh.
"Motif terduga pelaku ini kan mengiming-imingi korban, mau enggak ilmu kebal. Ketika mau, akhirnya terjadi aktivitas (pencabulan) itu. Adapun gambar-gambar kerajaan, kemudian tulisan-tulisan kalimah itu, diduga merupakan visualisasi untuk meyakinkan korban yang mayoritas masih di bawah umur," tutur Djubaedi.